BAGIAN
SATU
Hidup
sebagai seorang artis itu tidak mudah,selain bekerja di bawah tuntutan manager
dan produser,mereka juga harus tampil apik di depan publik meski hati sedang menderita.Hal
inilah yang di rasakan oleh Lim Jung Ah,aktris papan atas yang sedang terkena
masalah dengan manager sekaligus kekasihnya,karena tak tahan melihat adegan
ciumanya dengan actor lain.
“kenapa
kau selalu menghindariku….” Sergah young guk manager jung ah sambil menarik
tanganya dengan kasar.Mendapat perlakuan kasar dari kekasihnya,jung ah pun
hanya diam tanpa menatap wajahnya.Sedangkan Young Guk yang sudah terbakar api
cemburu semakin geram saja dengan sikap Jung Ah.Sekali lagi ia tarik tangan kekasihnya
itu,tapi….dengan cepat Jung Ah menghempaskanya.
“Kenapa
kau bertanya tentang hal ini,kau tidak tau kalau itu hanya acting…kenapa kau
jadi kekanakan..” Ucap Jung Ah pelan seraya menahan airmata.
“Hah…kau
bilang itu acting…kau pikir aku bodoh!, Bukankah dia mantan kekasihmu,kau tentu
menikmatinya bukan…” Mendengar perkataan kekasihnya,perlahan Jung Ah berbalik
menatap kedua mata young guk yang agak sipit.
“Baiklah…anggap
saja aku seperti itu,lalu bagaimana denganmu…apa kau tak mau mengatakan sesuatu
padaku tentang rubah betina itu.” Seketika young guk terkejut.
“Bukankah
pernikahanmu sudah ditentukan oleh ayahmu,bukankah semua ini akan
berakhir…seberapa keras aku berusaha meningkatkan taraf hidupku agar kita
sama…pada akhirnya kita akan berpisah.Kau ingin aku diam melihat pernikahanmu…”
Airmata yang sedari tadi ditahan pun tumpah sudah membasahi pipi.Kedua pasang
mata sejoli itu saling menatap dalam seolah menyelami hati masing-masing.
“Apa….pernikahan…maksudmu
pernikahanku.” Tanya young guk tak mengerti.Jung Ah hanya menghela nafas
mendengar jawaban tak masuk akal itu lalu berlalu pergi.Tapi lagi-lagi young
guk menghalanginya.
“Jelaskan
padaku tentang semua ini,aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau katakan.”
Pinta young guk memohon,tapi Jung Ah tak mau mengerti dan berlalu begitu saja.
Young
guk hanya diam melihat kepergian kekasihnya yang berlinangan airmata.Dengan
geram ia mengepalkan kedua tanganya lalu melesat pergi masuk ke dalam gedung.
Sepanjang
perjalanan airmata tak henti-hentinya mengalir dari kedua mata Jung Ah,sesekali
ia menepuk-nepuk dadanya karena sesak.
Young
Guk langsung membuka pintu dengan kasarnya,lalu menggebrak meja ayahnya sambil
menatap tajam kedua mata orangtua itu.Nafasnya tersengal-sengal menahan amarah
yang siap ia lemparkan.Mendapat perlakuan kasar dari anaknya,presdir hanya
menghela nafas lalu bersandar sambil melipat tangan didada.
“Apa
yang ayah rencanakan dibelakangku,katakan padaku ayah!”….
“Kau
sudah lama bermain-main dengan wanita,akupun juga akan pensiun.Aku hanya
melakukan tugasku sebagai ayah saja.” Ujar presdir enteng,tapi young guk
semakin meradang.
“Dengan
menikahkan aku,yang bahkan aku sendiri tidak tau siapa calon istriku!,kenapa
ayah tak membiarkanku memilih istriku sendiri!”
“Sejak
kapan semua itu perlu,di dalam tradisi keluarga kita menikah dengan wanita yang
tidak jelas asal usulnya itu hanya membawa petaka!.Sampai kapan aku akan diam
melihat kegilaanmu bersama wanita itu!” Gertak presdir tak mau kalah.Young Guk
kaget mendengar ucapan ayahnya,iapun menengadahkan kepala menghela nafas sambil
menjambak rambutnya geram.
“Semua
ini tak seperti yang ayah lihat.” Sanggah young guk pelan
“Lalu…apa
kau bisa menjelaskan padaku,agar aku mengerti.Kau pikir ayahmu ini orang
bodoh,setelah film ini selesai harga sahamnya sudah melebihi harga saham
kita,kau tau artinya..”
Young
guk menoleh menatap ayahnya,mendengar ucapan itu.Kini emosinya sudah mulai
stabil.”Apa….apa yang ayah katakan.”
“Kau
terlalu bodoh untuk menjadi seorang manager,aku tak ingin perusahaan ini jatuh
ditanganya”.Dahi young guk mengkerut mendengarnya,ia semakin tak mengerti
ucapan ayahnya.
Dengan
langkah pelan presdir berjalan mendekati putranya yang berdiri tak jauh
darinya.
Kedua
mata young guk terbelalak begitu mendengar bisikan ayahnya.Ia tak menyangka
kalau ayahnya punya rencana yang sungguh di luar dugaanya.Young guk mematung
tanpa sadar,presdirpun tersenyum sinis melangkah pelan meninggalkan
putranya.Sepeninggal ayahnya,ia terkulai lemas dikursi dengan kedua tangan yang
gemetaran.
Dilain
tempat,nampak seorang pemuda bertubuh tinggi tegap sedang berdiri mondar mandir
dibawah lampu sambil melipat tangan didada dan memainkan batu-batu kecil
dijalan.Nampaknya ia sedang menunggu seseorang,terlihat sekali dari gerak gerik
tingkahnya.Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan
tanganya.Langkahnyapun terhenti saat samar-samar ia melihat bayangan sesosok
gadis berjalan pelan menghampirinya.”Kakaaaaaaak!!!!!”…..pekiknya keras sambil
berlari menghampiri gadis itu.Pria itu langsung menyeruak kedalam pelukan sang
gadis dengan eratnya,sepertinya mereka baru terpisah untuk waktu yang lama.
“Kenapa
kakak lama sekali,aku hampir pingsan menunggu kakak pulang.” Ucap pria itu
sambil melepas pelukanya.
“Kenapa
kau tidak menelfonku dulu kalau sudah pulang,kakak pasti akan menjemputmu.”
Ucap Jung Ah sambil membimbingnya masuk ke dalam rumah.Rupanya gadis itu adalah
Jung Ah,yang baru selesai syuting.
“Aku
tak mau merepotkan kakak,lagipula aku ingin memberi kejutan.” Ujar pria itu
lagi seraya tersenyum lepas.Tiba-tiba ditengah haru suasana,ponsel Jung Ah pun
berdering,melihat nama young guk berkedip-kedip di layar ponselnya,ia agak
malas menjawabnya.
Begitu
telfon tersambung, Jung Ah kaget tak percaya dengan ucapan Young Guk
Kedua
kaki Jung Ah melangkah pelan menghampiri kekasihnya yang mematung di ambang
jendela.Melihat kedatangan Jung Ah dengan cepat Young Guk pun langsung
merengkuhnya dengan haru.
“Ada
apa ini….apa yang kau lakukan…”Tanya jung Ah acuh
“Ayah
merestui pernikahan kita….”Ujar Young Guk tanpa basa basi seraya melepas
pelukanya.Kedua mata Jung Ah terbelalak tak percaya mendengar ucapan
kekasihnya.
Tiba-tiba
seulas senyum sinis mengembang di sudut bibir merah Jung Ah sambil menghela
nafasnya.
“Permainan
apalagi yang akan kau mainkan dengan ayah mu”
“Kenapa
kau bertanya seperti itu,bukankah seharusnya kau bahagia mendengar kabar ini’
Jung
Ah terdiam sejenak mendengar ucapan Young Guk,kedua matanya mulai berkaca-kaca
menatap wajah pria berambut ikal itu.Bibirnya yang merah mungil bergetar
menahan tangis.Ia bingung harus berkata apa…ia sendiri juga tidak yakin tentang
ucapan Young Guk.Akan tetapi seolah mengerti perasaan kekasihnya,dengan pelan
kedua tangan Young Guk langsung meraih tubuh mungil itu kedalam pelukanya.Saat
itu tumpah juga airmata Jung Ah membasahi pundak Young Guk.
Akhirnya
selang satu minggu kemudian, sebuah pesta pernikahanpun di gelar oleh presdir
dengan sangat besar dan mewahnya.Sebagai seorang insan film,tak ayal banyak
para artis dan tokoh perfilman yang nampak berlalu lalang di tengah hingar
bingar pesta pernikahan itu.Wajah tua sang presdirpun tertutup oleh senyum yang
terus ia lemparkan kepada setiap tamu yang datang untuk memberi ucapan
selamat.Dengan penuh suka cita ia menerima ucapan tamunya sambil mempersilahkan
mereka duduk menikmati hidangan yang sudah tersedia.
Tak
perlu menunggu waktu lama,kedua pengantinpun memasuki ruangan perkawinan.Dengan
balutan gaun berwarna putih tulang berhias renda-renda putih di dada,dengan
seikat mawar putih di tangan membuat jung Ah nampak mempesona.Apalagi saat ia
melangkahkan kaki,dengan anggunya ia melambaikan tangan menyapa para tamu yang
tak henti-hentinya memandang. Begitu juga dengan pengantin pria yang nampak
berwibawa dengan tuxedo putih dengan dasi kupu-kupu yang melingkar di
lehernya.Keduanya saling bergandeng tangan berjalan menuju meja
penghulu,sungguh mereka nampak sangat serasi.Begitulah kata-kata yang terus di
ucapkan para tamu sambil bertepuk tangan.
Tak
lama kemudian proses ijab qabulpun telah selesai,para tamu yang hadir bersorak
gembira melihat kedua pengantin saling berpeluk mesra.Presdirpun juga memeluk
Jung Ah dan Young Guk bergantian sambil mencium kening mereka,tanda sebagai
restu resmi telah diberikan,airmata Jung Ahpun menetes saat presdir mencium
keningnya dengan penuh kasih sayang. Tak mau airmata itu terlihat oleh para
tamu,iapun memeluk menantunya dengan lembut.
Kedua
mempelaipun beriringan menuju mobil pengantin,di iringi oleh siraman
bunga-bunga mawar merah dan sorak sorai para tamu yang turut merasakan
kebahagiaan sang pengantin.Setelah keduanya masuk ke dalam mobil,iring-iringan
pengantinpun segera berjajar di belakang mobil pengantin lalu melesat dengan
perlahan,dan bunga pengantinpun di lempar Jung Ah setingi-tingginya.Spontan
para tamu undangan berlarian berebut untuk menangkap bunga itu.
ENAM
BULAN KEMUDIAN
Enam
bulan mengarungi rumah tangga bersama, young guk dan jung ah semakin mesra
saja,akan tetapi kedua pasangan ini belum juga dikaruniai seorang anak.Meski
begitu mereka tetap tersenyum bahagia,mereka kadang merasa kewalahan mengurus
rumah tangga lantaran kesibukan masing-masing,jung ah yang seorang artis papan
atas terkadang masih saja mendapat api cemburu dari suaminya.Begitu juga
sebaliknya,jika young guk terlalu sering menemui relasi dan aktris pendatang
baru,jung ah sering di abaikan hingga membuatnya tak berarti.Tapi semua itu
hanya lika liku saja,dan mereka anggap hiasan rumah tangga.
Kenyataan
lain berkata pada presdir, ternyata niatnya dulu tak jua urung dalam hatinya.Ia
tetap ingin melanjutkan rencananya.
“Sudah
saatnya rencana itu dilakukan” ujar presdir tiba-tiba tanpa menatap putranya.
Young
Guk terperanjat mendengar ucapan ayahnya.Wajahnya tiba-tiba berubah pucat,ia
tak menyangka niat itu masih saja ada di kepalanya.Ia tak tau harus menjawab
apa,iapun terpaksa diam.Tapi sang ayah paham akan perasaan putranya.Iapun
membalikkan badan menatap young guk seraya tersenyum.
“Kenapa?...apa
kau ingin bilang kalau kau mencintainya.Apa kau pikir aku tidak tau masalah
dalam rumah tanggamu.”
“Ayah…biarkan
aku yang menyelesaikanya,bukankah ayah telah berjanji padaku untuk tidak
mencampuri urusanku,jika aku mengikuti perintah ayah.”
Presdir
tersenyum kecut mendengarnya seraya membuang muka.
“Baiklah….lupakan.”
“Bagaimana
promo film dengan tn.Yun…apa dia masih saja ingin meminta istrimu sebagai
pemeran utama dalam filmnya.” Tanya presdir mengalihkan pembicaraan sambil
menarik kursi lalu duduk dengan santainya.
“Iya…dia
tetap…..” sebelum young guk menyelesaikan kata-katanya,tiba-tiba ponsel ayahnya
berdering…..
“Ya…lakukan
nanti malam” jawab presdir dengan penuh kepuasan.
“Nanti
malam kau hadiri undangan makan malam Tn.Shin.Beliau sangat kagum dengan kerja
kerasmu.” Pinta presdir sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Tapi
ayah,malam ini aku ada janji dengan jung ah.Kami akan menjemput adiknya yang
baru pulang dari luar negeri.Tidak bisakah ini diwakilkan,atau ayah hadir tanpa
aku.’ Celetuk young guk.
Presdir
hanya diam mendengar ucapan putranya,lalu berlalu pergi sambil menepuk pundak
young guk pelan.
Sementara
itu jung ah sedang sibuk membersihkan sebuah kamar,sambil terus mengobrol
dengan ponselnya yang ia ikat dengan sebuah kain agar tak mengganggu kerjanya.
“Kak……kau
ingin oleh-oleh apa….kakak jangan sungkan,aku sudah bisa mencari uang
sendiri,kenapa kakak tak pernah minta padaku.”
“hei
anak kecil….simpan uangmu,kau jangan menghiraukan kakak.”
Rupanya
jung ah sedang sibuk menyiapkan sebuah kamar untuk adiknya yang baru
menyelesaikan sekolah aktingnya di luar negeri.
“Kenapa
kakak masih memanggilku anak kecil….aku kan sudah dewasa” celoteh sang adik
dengan manja.
Jung
ah tertawa lebar dengan tingkah adiknya yang memang dari kecil telah ia
besarkan,karena kedua orangtua mereka meninggal kecelakaan.
“Kakak
akan terus memanggilmu seperti itu sampai kau memiliki pacar…kakak akan
menganggapmu dewasa,,kalau kau telah menikah nanti…kau mengerti.”
“Baiklah
kak,akan aku buktikan kalau aku sudah dewasa….tunggu aku pulang ya kak..aku
sayang kakak…” pungkas si adik dengan penuh kasih sayang. Jung ah hanya
tersenyum mendengar celotehan adik semata wayangnya.
Malam
ini keadaan rumah tak seperti biasanya,semuanya tampak bersih dan rapi.Biasanya
jung ah paling malas membersihkan rumah karena dia alergi debu.Tapi kali ini
semua itu rela ia lakukan hanya untuk menyambut kedatangan adiknya.Apalagi
bermacam-macam menu makan malam telah berjajar rapi menghiasi meja
makan.Nampaknya ia sangat antusias menyambut adiknya,sampai-sampai ia lupa
waktu.Ia lupa kalau sebentar lagi suaminya pulang,tapi ia belum membersihkan
diri.
Benar
juga,tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil young guk memasuki tempat
parkir rumah.Jung ah langsung berlari terburu-buru menyambut suaminya.Tepat
saat jung ah hendak menarik gagang pintu,young guk sudah membuka pintu itu
duluan.Mereka berdua saling kaget,tapi yang lebih kaget lagi adalah young guk.
Kedua
keningnya berkerut melihat istrinya yang berantakan sambil memakai celemek
masak.Di pandangi istrinya dari ujung kepala sampai ujung kaki,lalu iapun
tertawa kecil seraya membuang muka.
“Kenapa…apa
yang kau tertawakan.” Tanya jung ah heran.Tapi young guk hanya diam saja
menahan tawa sambil terus berjalan masuk rumah.Tawa young guk meledak lantaran
melihat meja makan yang telah tertata dengan amat sangat rapinya lengkap dengan
lilin dan bunga.
“Kenapa…apa
yang kau tertawakan…” Tanya jung ah lagi semakin penasaran.
“Aku…..hahahhahaa…aku
hanya tak habis pikir dengan sikapmu.” Ucap young guk sambil terus memegangi
perutnya.
“Kau
rela melakukan semua ini hanya untuk menyambut adikmu pulang,kau rela
membersihkan rumah,rela memasak,bahkan kau rela memasang lilin dan bunga di
meja makan bukankah kamu paling tidak suka kalau ada lilin dan bunga di meja
makan.” Papar young guk menjelaskan.
“Kau
membuatku malu…dia adik semata wayangku yang paling kusayangi setelah
kamu.Hanya dia keluargaku satu-satunya,kalau bukan aku yang melayaninya..lalu
siapa lagi.” Tutur jung ah sambil melepas jas dan kemeja young guk.
“Istirahatlah
sebentar,mungkin sekitar satu jam dia sudah datang,aku mandi dulu.” Imbuh jung
ah sambil berjalan ke kamar mandi.
Selang
beberapa menit,jung ah keluar dari kamar mandi.Ia lupa membawa sabun mandi yang
baru ia beli.Saat berjalan disamping kamarnya,tiba-tiba langkahnya terhenti
lantaran ia mendengar pembicaraan suaminya yang mencurigakan tentang
dirinya.Seketika itu tubuhnya terkulai lemas tak berdaya,ia sama sekali tak
percaya dengan apa yang barusan ia dengar.Airmatanya mengucur deras membasahi
kedua pipinya,ia bungkam bibirnya yang bergetar menahan tangis dengan kedua
tangan yang terus gemetaran.Dengan sempoyongan ia berjalan menghampiri
ponselnya diatas kulkas.Jemarinya langsung mencari-cari no dalam ponsel sambil
mengusap airmata dan menata nafas.
“No
yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada diluar jangkauan.Cobalah
beberapa saat lagi.” Airmata jung ah kembali menetes,karena ponsel adiknya
tidak aktif.Berkali-kali ia mencoba menghubunginya .…lagi dan lagi sampai
akhirnya operator memintanya untuk meninggalkan pesan.
“Kau
jangan pulang sekarang…kakak masih ada jadwal syuting diluar.Kali ini turuti
permintaan kakak.”
Tiba-tiba
young guk keluar dari kamar hingga mengejutkan jung ah.Melihat ekspresi wajah
istrinya,iapun mendekat pelan…tapi jung ah menjauhinya dengan tatapan tajam.
“Ada
apa…apa yang kau lakukan…kau menangis…kenapa kau menatapku seperti itu.”
Berundul young guk.Tapi jung ah diam saja.
Dilain
tempat ternyata adik jung ah baru turun dari pesawat.Dengan senyum ceria ia
merentangkan kedua tangan karena kembali ke kampung halamanya.Dengan langkah
lebar ia menuruni tangga pesawat lalu berlari menghampiri taksi yang berjajar
parkir di area bandara.Disepanjang perjalanan ia terus tersenyum memandangi
pemandangan sambil memejamkan kedua matanya.Ia memang sengaja tak mengaktifkan
ponselnya kembali,karena ia tak mau mendengar suara dering telfon dari kakaknya
yang sudah tak sabar menantinya pulang.
Tak
lama kemudian iapun sampai didepan gang rumah kakaknya,ia memang sengaja turun
jauh dari rumah agar tak diketahui oleh kakaknya.Begitu turun dari taksi dan
membalikkan badan,ia kaget melihat sebuah mobil yang melintas dihadapanya itu
mirip mobil kakaknya.Ternyata dugaanya benar,itu adalah mobil kakaknya
hanya saja si pengemudi itu adalah young guk.Ia pun berteriak memanggilnya,tapi
mobil itu melesat dengan cepatnya.Tapi anehnya ada seorang gadis belia yang
duduk di jok belakang terus menatapnya dengan pandangan sinis.
Iapun
kembali melanjutkan langkahnya,tapi….baru beberapa langkah ia melangkahkan
kaki,tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang amat keras dari arah rumah
kakaknya.Seketika iapun kaget lalu berlari,langkahnya perlahan berhenti
manakala ia melihat awan hitam mengepul pekat di atas atap rumah
kakaknya,kobaran api menyala-nyala disekitar rumah.Ia seakan tak percaya,dengan
sangat panik ia merogoh saku mengambil ponselnya.
Kepanikanya bertambah saat melihat pesan suara kakaknya langsung muncul begitu ponselnya aktif.
Kepanikanya bertambah saat melihat pesan suara kakaknya langsung muncul begitu ponselnya aktif.
Kedua
matanya terbelalak kaget begitu mendengar pesan suara kakaknya,
ponselnyapun jatuh karena tangannya yang gemetar.Kedua kakinya lemas,
tubuhnyapun ambruk tak berdaya airmata tak mampu menetes hanya bibirnya saja
yang bergetar menahan tangis dadanyapun sesak.Airmatanya seketika pecah ketika
melihat tim evakuasi membopong jasad kakaknya yang terbujur kaku dibalik kain
putih.
“Kakaaaaaaaaaakkk!!!!!!......kakak..maafkan
aku…seharusnya aku membuka pesanmu dari tadi….maafkan aku kaaaaakkk….bukalah
matamu kak..lihat aku..ini aku sudah pulang kak…jangan tinggalkan aku sendiri
kaaakkk..kakak…kumohon buka matamuuuuuu….kak..kakak…sekali saja kak..buka
matamu..jangan diam kak…” Isaknya sambil menepuk-nepuk wajah kakaknya lalu
sesekali menggoyang-goyangkan tubuhnya.Akan tetapi semua itu sia-sia, kakaknya
hanya diam tak bergeming.
“Kakak!!!!!!!!......iapun
berteriak sambil memeluk erat jasad kakaknya.
Malam
ini setelah acara pemakaman kakaknya,ia berjalan gontai di sepanjang jalan
tanpa arah tujuan dengan menggenggam sebotol minuman keras.Ia mencoba berfikir
dan menebak, kenapa kakak ipar dan ayahnya tidak hadir diacara pemakaman
kakaknya.Apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya, kenapa pula kakak iparnya
melesat tanpa menghiraukan panggilanya. Banyak sekali teka-teki yang
bermunculan dibenaknya, hingga ia lupa kalau ia menyeberangi sebuah jalan,
dan……..ckiiiiiiiiiiitttttt!!!!…..cciiiiiiittttt!!1cciiiiiitttt!!!….brrraaaaaakkk!!!!!.....
Tubuhnya
terpental jauh bersimbah darah, iapun meregang nyawa seketika.
5THN
KEMUDIAN
Hari
berganti hari,tahunpun berganti tahun kini suasanapun sudah berbeda.Dunia
perfilman kini semakin ketat dan bersaing keras dalam menaikkan pamor
acara.Banyak para artis pendatang baru yang bermunculan lalu hilang begitu
saja.Ada juga yang suka tebar-tebar sensasi biar namanya exis di televisi. Tapi
itu semua tetap tidak mengurungkan niat seorang gadis untuk ikut terjun ke
dalam dunia film.
Dia
adalah zia, gadis cantik nan imut itu tak henti-hentinya menatap acara talk
show di salah satu chanell TV, sambil berdiri dan meliuk-liukkan tubuhnya di
depan cermin. Ia terus bergumam dalam hatinya, kalau ia ingin sekali menjadi
seorang model terkenal. Memang diakui oleh teman-temanya kalau porsi tubuhnya
itu mirip model, hanya saja ia agak sedikit tomboy dan urakan. Akan tetapi ia
tetap optimis maju pantang menyerah.
“Hei
nona….mau sampai kapan kamu terus berdiri di depan cermin seperti orang gila.”
Sapa pemilik sauna jengkel. Mendengar sapaan itu, dengan langkah lebar iapun
menghampirinya.
“Bibi
boleh menertawaiku sekarang…tapi..akan aku buktikan kalau aku juga bisa
terkenal dan masuk TV.” Jawab zia mangyun sambil berlalu masuk ke dalam sauna ..
BAGIAN
DUA
Sesampai
di pemandianpun zia tetap saja menggerutu teringat ucapan bibi pemilik sauna.
Nampaknya ia sangat marah dengan perkataanya.
“Kau
lihat saja bi…kalau aku sudah terkenal nanti…sauna inilah yang akan aku beli
pertama kali..” dumelnya terus tanpa melihat keadaan sekitar. Ia tak tau kalau
ia salah masuk sauna,tanpa dia sadari ia masuk ke area pemandian pria. Ia malah
menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan kedua matanya seolah menikmati hangatnya
air sauna. Tiba-tiba…….blaaaarrrrr!!!!!!......bbyuuyuyuuuuuuurrrrr…!!!!....zia
terperangah kaget mendengar suara dentuman keras yang tak jauh darinya.
Iapun
membuka mata dan langsung terbelalak tak percaya saat melihat sesosok pria
tengah berdiri dihadapanya sambil menutupi
kemaluanya.”Kyaaaaaaa!!!!!!.......spontan zia berteriak histeris, ia baru
menyadari kalau ia salah masuk sauna. Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi
bubur ia sudah kepalang basah. Tapi anehnya bukanya menutup mata tapi ia
malah menutupi dadanya sambil terus melotot dan berteriak-teriak. Hingga
memancing kedatangan para tamu lain tak terkecuali bibi pemilik sauna.
Melihat
kedatangan si pemilik sauna…...dengan cepat pria misterius itu menyambar baju
zia yang tersampir tak jauh dari tempatnya berdiri lalu berlari keluar. Zia malah semakin panik, tapi ia tak bisa
berbuat banyak. Lantaran posisinya yang tak mengharuskan ia berdiri. Iapun
terpaksa duduk diam melihat si pemilik sauna berjalan menghampirinya dengan
wajah garangnya. Zia memejamkan kedua matanya sembari menggigit bibirnya saat
merasakan langkah si pemilik sauna semakin lama semakin mendekat padanya.
“Ini
sudah kedua kalinya kamu mengacau ditempat saya….sekarang kau mau memberi alasan apa..?!”….bentak si bibi marah-marah.
Mendengar
ocehan si bibi…zia pun menghela nafas sambil mengalihkan pandangan.Tanpa
sengaja ia melihat sebuah baju tergantung tak jauh darinya.Dengan cepat iapun
berfikir lalu melirik si bibi yang masih berdiri tegak di hadapanya.Emang dasar
bandel, ia mempunyai seribu cara untuk mengelabuhi si bibi.Tiba-tiba ia
mendadak memegangi kepala sambil merintih-rintih tidak jelas, badanyapun
tiba-tiba gemetaran,kedua matanya mendelik keatas. Melihat keadaan zia, si bibi
langsung panik dan berteriak-teriak minta tolong kesana kemari. Tanpa menunggu
waktu lama ziapun melancarkan aksinya. Dengan cepat dan sigap ia melompat dari
pemandian lalu berlari menyambar baju yang sudah di incarnya.
Tak
lama kemudian si bibi pun datang bersama segerombolan pelanggan sauna, akan
tetapi si bibi langsung terperanjat kaget lantaran melihat zia sudah lenyap
dari tempatnya. Belum kelar rasa kesalnya tiba-tiba ada seorang pelanggan yang
komplen.
“Anda
ini sebenarnya becus apa tidak mengurus sauna!....kenapa baju yang saya taruh
disana bisa hilang begitu saja, apa anda kekurangan dana…..anda ingin
mempermalukan saya!” dumel si pelanggan dengan suara lantangnya sambil berkacak
pinggang. Si bibi benar-benar kehabisan kata-kata, ia hanya pasrah saat si
pelanggan itu meminta ganti rugi karena baju yang ia sewa lenyap.
Sementara
itu zia yang berhasil melarikan diri duduk terengah-engah dibawah pohon sambil
memeganggi kedua lututnya. Sepertinya ia baru lari untuk jarak yang lumayan
jauh, terlihat dari nafas dan keringat yang mengucur dari kedua keningnya.
Setelah mengamati keadaan yang dikiranya aman ia langsung menghela nafas dan
mengusap keringatnya. Dengan gontai ia berjalan menghampiri kursi yang tak jauh
dari hadapanya, lalu merebahkan badan dan memejamkan kedua matanya.
Selang
beberapa menit ia istirahat dikursi itu, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu
yang aneh menetesi tubuhnya. Dengan gusar iapun beranjak dari tidurnya dan
langsung mendongak ke atas. Seketika kedua matanya langsung melotot, tubuhnya
kaku, wajahnyapun perlahan-lahan berubah pucat, mulutnya yang menganga
nampaknya mulai kesulitan mengeluarkan suara.
“Kyyyyaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!......pekik zia yang langsung lari terbirit-birit
begitu melihat seekor makhluk aneh yang tengah bertengger di atas pohon. Tanpa
di duga, dalam larinya ia melihat pria yang mengambil bajunya di sauna melintas
di hadapanya, tanpa banyak kata lagi ia langsung menambah kecepatan larinya dan
mengejar pria itu.
Akan
tetapi si pria itu tetap melenggang dengan santainya, ia sama sekali tak
menyadari kalau zia tengah mengejarnya. Ia malah bersiul-siul sambil
tolah-toleh ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu. Melihat si pria tak
menyadari kedatanganya, ziapun langsung berteriak menyergap dari belakang.
“Kyaaaaaa!!!!!......grreeeepp!!!....Si
pria sangat terkejut, iapun berusaha melepaskan diri. Akan tetapi rupanya zia
tak rela melepasnya begitu saja, semakin pria itu memaksa semakin keras juga
pithingan tangan zia. “Kau pikir kau bisa lolos begitu saja…..setelah apa yang
kau lakukan padaku.” Ucap zia jengkel
Mendengar
ucapan zia, perlahan si pria itu menoleh. Ia tersentak kaget melihat wajah zia,
tapi ia dengan pintar menutupinya. Keningnya yang lebar tiba-tiba mengkerut,
sepertinya ia mencoba mengingat sesuatu. Tiba-tiba seulas senyum mengembang di
bibir tipis pria itu seraya menatap kedua mata lebar zia. “Rupanya kau si dada
kecil tadi ya....” ucap si pria lembut
“Bahkan
saat kau dekatkan di punggungku….semakin aku bisa merasakan seberapa kecil
ukuranya” imbuh pria itu dengan kedua mata yang terpejam. Wajah putih zia
berubah merah padam seketika lantaran mendengar ucapan si pria. Ia baru
menyadari kalau ia tidak memakai bra, karena ia buru-buru melarikan diri dari
sauna. Dengan cepat ia melepaskan tanganya, lalu berjalan mundur menahan rasa
malu yang bercampur marah dalam dadanya.
“Waaaaahhh….selain
pencuri..ternyata kau cabul juga….” Balas zia geram
“Cepat
kembalikan baju yang kau pakai, karena ulahmu…aku jadi sasaran si pemilik sauna
jahat itu.” Imbuh zia mengulurkan tanganya. Akan tetapi tiba-tiba saja ia jatuh
pingsan, setelah melihat sosok yang mirip panda tapi besar sedang berjalan dari
arah belakang menghampiri pria itu. Melihat zia tergeletak di tanah si pria pun
penasaran lalu mendekat sambil menepuk-nepuk kedua pipi zia.
“Haaaahh…manusia
memang seperti itu…suka cari perhatian kalau lihat cowok tampan.”
Pria
itu langsung terkejut mendengar suara dari arah belakangnya, dengan cepat iapun
menoleh. “Pou…..kau dari mana saja…apa kau tidak tau, kalau aku kebingungan
mencarimu.”
“Kau
juga keterlaluan….meski aku bukan manusia biasa…tapi aku juga bisa lapar!”
gerutu si pou ndongkol dengan melebarkan kedua matanya.
“Kenapa
kau tidak mampu menahanya sedikit saja….aku orang baru disini..aku butuh
adaptasi….”ucap si pria menjelaskan.Tapi sepertinya si pou tak mau tau, ia
malah nyelonong pergi begitu saja tanpa menghiraukan ucapan si pria.
“hei!.....kau
harus bertanggung jawab…gadis ini pingsan setelah melihatmu…cepat bawa dia
pulang!”…seru si pria semakin kesal.
“Apa
kau lupa….kalau aku tidak bisa menyentuh manusia.” Jawab pou melambaikan tangan
dan dalam sekejab menghilang begitu saja.
“Haaahh…gadis
ini belum apa- apa sudah merepotkan saja.”
Satu
jam dua jam berlalu sudah, tapi zia belum juga membuka kedua matanya. Wajahnya
yang putih ayu, membuat kedua mata si pria enggan berkedip. Bibirnya yang merah
mungil basah sangat memacu adrenalinya, apalagi saat ia mengamati tubuhnya yang
terbaring di atas meja yang lusuh. Dadanya berdegup kencang, lantaran ia
kembali merasakan bagaimana eratnya pithingan tangan zia. Ia langsung
menggeleng-gelengkan kepala membuyarkan lamunanya sendiri sembari beranjak dari
duduknya.
“Sudah
hampir 3jam…wanita itu tidak juga membuka mata. Menurutmu..apa dia manusia
normal…?” Tanya pou sembari tiduran di pohon. Kini giliran si pria yang
bungkam. Ia hanya menggelengkan kepala lalu merebahkan tubuhnya yang lelah di
kursi. Tetapi belum juga ia memejamkan mata,
tiba-tiba…….”Kyyaaaaaaaaaaa!!!!!!......zia ternyata sudah sadar dan langsung
berteriak histeris saat melihat pou yang bergelantungan di pohon. Tapi kali ini
ia tidak takut lagi, saking penasaran dan jengkel ia dengan cepat turun dari
atas meja lalu berjalan menghampiri pou sambil membawa batang kayu. Melihat
sikap zia, si pria tak tinggal diam. Ia langsung bangkit dan mencegah zia
dengan merentangkan kedua tanganya.
“Hei!..apa
yang kau lakukan!..kau ingin membunuh peliharaanku!..”
“Apa…membunuh..aku
hanya penasaran…makhluk apa itu!..kalau aku harus membunuh…itu adalah
kamu!..”gertak zia jengkel
Melihat
zia marah-marah pou pun perlahan-lahan meneteskan airmata lalu memasang wajah
memelas. Hingga zia benar-benar luluh dengan tangisanya.
“Apa…..kau
juga bisa menangis….kasian sekali kamu…apa kau lapar.” Sapa zia lembut sambil
meraih pou dan menggendongnya. Melihat pemandangan langka itu, si pria melongo
tak habis pikir. “Kau pasti menderita bersamanya….kau terlihat
lusuh..sepertinya kau tak pernah mandi..” imbuh zia lagi sambil mengelus-elus
bulu lembut pou dengan manja.
“Menderita
bersamaku katanya…..yang ada akulah yang menderita bersamanya. Dasar dua
makhluk yang tidak normal.” Sungut si pria sambil berjalan mendekati zia.
Zia
yang awalnya terkesan galak, kini lama-lama melunak juga dan mulai membuka hati
untuk mencoba mengenal si pria misterius itu.
“Hei…..kau
siapa…dari mana asalmu…?’’tanya zia sambil mengelus bulu halus pou.
“Tentang
siapa aku..itu tidak penting bagimu, aku juga tak kan lama berada di sini.”
“Hah…sudah
cabul…berlagak angkuh..”Umpat zia kesal
“Aku
bertanya bukan aku penasaran padamu…aku hanya heran saja…kenapa kau muncul
tanpa memakai sehelai baju…” imbuhnya menjelaskan sambil memindah posisi
duduknya lebih mendekati si pria itu.
“Kenapa
kau selalu bertanya ini dan itu padaku, sedangkan aku tak mengenalmu…tidak
bisakah kamu berhenti bertanya dan diam sebentar, agar aku bisa berfikir
jernih…” dumel si pria tanpa rasa sungkan sedikitpun. Kontan saja mata lebar zia
melotot tak terima dengan sikap kasar pria itu. Dengan gusar ia lempar si pou
dan langsung berkacak pinggang di hadapan si pria.
“Kau….cukup
saja tak punya malu…kenapa kau juga harus tak punya hati!” gertak zia yang tak
kuat menahan amarah.
“Kenapa…kau
marah..kau pikir aku tak berani menghajar wanita.” Tantang si pria yang
perlahan mendekat. Kedua pasang mata lebarpun saling beradu pandang sengit.
Keduanya sama-sama merasa kesal dengan sikap masing-masing. Dengan sigap dan
cepat zia langsung menarik krah baju si pria, akan
tetapi……”Hentikaaaaaannnnn!!!!!!....” Keduanya pun terkejut mendengar suara
itu. Rupanya itu teriakakn si pou yang berusaha melerai pekelahian.
“Honggi!.....kalau
kau melukainya…kau tidak akan mendapat kesempatan kedua.”
Jadi
pria aneh itu bernama Kim Honggi, ia sesososk pria yang sangat tempramen dan
dingin….tapi sok imut. Ia sangat tak mampu mengontrol emosi di saat marah,
makanya ia cenderung diam.
Mulut
zia menganga lebar melihat hewan itu bicara, matanya yang lebar kini semakin
lebar lantaran kaget dengan apa yang di lihatnya. “Apa…..dia mampu
berbicara…si..si..siapa kalian sebenarnya?” Tanya zia yang mulai pucat dan
lemas.
“Hmmmm…perkenalkan
namaku pou dan dia temanku Kim Honggi. Kami berasal dari planet lain, bukankah
baru-baru ini tim NASA sedang meneliti planet Mars. Bisa di artikan kami
terlempar dari sana.” Papar si pou dengan entengnya seraya memasang wajah melas
di hadapan zia. “Apa….planet Mars….kalian ingin bilang kalau kalian itu alien.”
Zia mencoba menjawab
“Mungkin
saja….kau lihat sendiri bukan kalau bentuk kami berbeda dari manusia di Bumi.”
Mendengar penuturan pou, zia langsung menampar-nampar kedua pipinya. Ia
berharap kalau semua itu hanyalah sebuah mimpi. Namun baru sekali tamparan, ia
sudah berteriak kesakitan. Itu berarti ini adalah kenyataan. Sedangkan Honggi
yang berdiri tak jauh dari zia, malah tertawa terbahak-bahak tanpa henti.
“Apa
di planet Mars juga ada orang gila.” Bisik zia lirih sambil menatap Honggi yang
masih saja tertawa. “Dia bukan gila….tapi lebih ke kebiasaan saja…di waktu
tertentu tabiatnya kadang berubah.” Jawab pou sembari mengangkat bahu.
Karena
penasaran zia mencoba menghampiri, ia langsung melipat kedua tanganya di dada
seraya membungkukkan setengah badanya. “Hei…!” sapa zia kasar
Suara
zia langsung mengejutkan Honggi, iapun langsung berhenti tertawa lalu kembali
menata penampilanya dengan gaya sok nya. “Ada apa…?” Tanya Honggi tanpa menatap
zia.
“Perkenalkan
namaku Yang zia mie….orang biasa memanggilku zia…” ucap zia memperkenalkan diri
sambil mengulurkan tangan. “ Aku sudah tau.” Jawab honggi datar dan berlalu,
tapi…..”Kruyuuuuuukkk…..” Spontan mereka bertiga terkejut mendengar suara itu
lalu…..” hwahahahhahahaaaaaa…..” Tawa zia langsung meledak lantaran suara itu
ternyata keluar dari perut Honggi. Wajah putih dan tampan Honggi kini berubah
merah padam, menahan malu bercampur marah. Dengan gusar iapun berbalik
menghampiri zia yang masih saja tertawa.
“Apa
yang kau tertawakan….kau senang melihat orang lain menderita, ha!...” gertak
Honggi kesal.
“
Kau….hhahaaa….kau….sudah kelaparan..masih saja bersikap angkuh, tinggi sekali
harga dirimu….’ Ledek zia yang masih tertawa
Honggi
semakin kesal dengan perlakuan zia. Tiba-tiba dengan kasar ia mendorong tubuh
zia ke tembok, lalu mencengkeram kedua pundaknya dengan erat. Zia tak menduga
kalau Honggi berani mendorongnya, ia pun berontak. Tapi….semakin ia
memberontak, semakin kencang pula cengkraman tangan Honggi. “ Apa yang kau
lakukan..”
“
Kalau kau terus membuatku kesal….jangan salahkan aku kalau aku juga bisa
berbuat kasar padamu….” Ancam Honggi ketus seraya mendekatkan wajahnya.
Tiba-tiba
detak jantung zia berdegup kencang saat menatap kedua mata Honggi yang agak
sipit namun tajam. Entah kenapa ia langsung mati kutu dengan tatapan itu.
“Baiklah….aku
akan mencoba baik padamu.” Sungut zia seraya membuang muka.
Honggipun
melepaskan cengkraman tanganya sambil menghela nafas begitu juga dengan zia.
Sepertinya kedua anak itu sama-sama gugupnya. Dengan wajah kesal zia berjalan
keluar, namun…”kyaaaaaaaaaa!!!!!......zia berteriak tiba-tiba lantaran melihat
pemandangan yang tak lazim di depan mata. “Tempat apa ini….kenapa setinggi
ini….”
Honggi
dan pou baru menyadari kalau mereka berada di atas awan begitu mendengar
teriakan zia yang histeris. Keduanya saling berpandangan sambil mengangkat
kedua bahunya dan…..ziiiiiinnnnnnnggggg!!!!!......
Lagi-lagi
zia dibuat heran setengah mati lantaran kini ia sudah berada di tempat yang
berbeda lagi. Perlahan ia bangun dari tidurnya sambil membuka kedua matanya
pelan, ia kedip-kedipkan matanya takut kalau itu hanyalah ilusi. Nampak dalam
pandanganya deretan rumah-rumah yang berjajar dan jalan yang menikung juga
rerumputan yang menghijau. Seulas senyum tersirat di bibir tipisnya saat ia
menyadari kalau itu adalah dunianya. “Kyaaaaaaaaaaa!!!!....akhirnya aku
kembali…..ternyata semua itu hanyalah mimpi!!!!....sorak zia kegirangan sambil
berlonjak-lonjak gembira. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama, tiba-tiba ia
melihat sesosok orang yang duduk di kursi taman bawah pohon seraya melambaikan
tangan ke arahnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Honggi. Spontan ia
langsung terperanjat kaget tak percaya, dengan langkah gontai ia berjalan
menghampiri teman anehnya itu.
“Hah…aku
lupa kalau kau bukan manusia biasa.” Desah zia kesal
“Tak
usah banyak alasan….sekarang cepat beri aku makanan.” Gertak Honggi ketus
sambil beranjak dari duduknya.
“Hei!...tidak
bisakah kamu bersikap sopan sedikit pada orang yang baru kamu kenal.” Dumel zia
menghalangi jalan Honggi. “kau benar-benar tidak menghargai pengorbanan orang
yang telah menolongmu, apa di planetmu semua orang bersikap angkuh dan dingin
sepertimu.” Imbuh zia lagi.
“Jika
aku amati baik-baik….mulutmu itu kecil….tapi kenapa dari tadi bicara terus…apa
kau tidak lelah..kalau kau kelebihan energi…sebaiknya kita berbagi saja.”
Zia
langsung mematung mendengar ucapan Honggi, Honggipun langsung berlalu sambil
menyentil pundak zia. ”Hei!.....tunggu….dimana peliharaanmu yang aneh itu,
kenapa dia tidak bersamamu…” seru zia membalikan badan dan mengejar Honggi,
tapi Honggi hanya diam melirik sinis saja. “Mmmmm…maksudku….si pou….dimana
dia…” Tanya zia lagi kali ini lebih halus.
“Kau
tak perlu tau.” Jawab Honggi ketus, dan berlalu.
Dengan
wajah kesal zia terpaksa mengikuti langkah Honggi. Mereka berjalan beriringan
menempuh jalan setapak. Sesekali zia melirik Honggi yang nampak kelelahan,
namun ditutupinya. Senyum kecilpun mengembang di sudut bibir kecil zia lantaran
melihat sikap kawanya. “Hah…baru berjalan segini saja sudah capek, lihat saja…kalau
kau tidak membaiki aku, aku juga tidak sudi membawamu ketempat makan.” Umpat
zia dalam hati seraya tersenyum sinis melirik Honggi.
Selang
kira-kira satu jam berlalu, tapi mereka masih saja berjalan tanpa tau tujuan.
Sesekali Honggi melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganya lalu
kembali memasukkan tanganya ke dalam
saku celana sambil menghela nafas. Ia lempar pandanganya ke kanan dan ke kiri
hanya untuk membuang jenuh. Tapi lama-lama ia tak betah juga.
“Hai!...sebenarnya
kau tau tempatnya apa tidak, kenapa dari tadi kita hanya terus saja berjalan
tanpa tujuan yang pasti. “ gertak Honggi kesal sambil berkacak pinggang di
hadapan zia. Namun zia hanya menatapnya sambil menyilangkan kedua tangan di
dada. “Atau jangan-jangan kau sengaja ingin mempermainkanku ya…..” imbuh Honggi
semakin kesal.
“Tidak….aku
tidak mempermainkanmu…..hanya saja aku iseng. Sebenarnya tempat makan itu sudah
terlewat jauh sekali.” Jawab zia enteng seraya tersenyum manis. Amarah Honggi
langsung meradang begitu mendengar ucapan zia, wajahnya yang putih tampan kini
terlihat merah membara siap meledak. “Kauuu!!!……” ucap Honggi geram.
“
Kenapa??!!....kau ingin marah, silahkan….itupun kalau kau ingin kelaparan.”
Dalih zia seraya membuang muka lalu tersenyum senang. Honggi pun terpaksa
meredam amarahnya, ia tarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya ke angkasa
agar amarahnya hilang. Lalu berbalik menghampiri zia. “OK….sekarang kita cari
tempat yang lain.” Ajak Honggi kali ini dengan suara yang pelan dan halus.
Akhirnya
mereka kembali berjalan menyusuri jalan setapak, tak lama kemudian sampailah
mereka di depan sebuah rumah makan sederhana pinggir jalan menikung. Karena tak
kuat menahan lapar, Honggipun bergegas lari masuk ke dalam dan langsung memesan
makan. Sedangkan zia hanya menggelengkan kepala melihat sikap aneh temanya
sambil berjalan di belakang.
Tak
lama kemudian makanan yang mereka pesanpun datang. Seketika wajah suram Honggi
berubah lantaran melihat kedatangan si pelayan yang membawa berbagai macam
makanan. Namun seketika pula wajahnya muram kembali, karena melihat hidangan
yang aneh di hadapanya. Seonggok daging yang masih basah dan agak mentah nampak
mengkilat terkena pantulan sinar matahari, terkadang daging itu bergerak
menggeliat-menggeliat.
“
Kenapa???....bukankah kau lapar….cepat habiskan makananmu lalu kita jalan
lagi.” Celetuk zia sambil menikmati makananya. Namun sepertinya tubuh Honggi
kaku melihat hidangan itu, kedua matanya terus saja menatap tanpa berkedip lalu
mendadak kedua tanganya gemetar. Zia langsung menghentikan makanya begitu
melihat Honggi yang aneh.
“ Kenapa???...Tanya zia sambil menenggak
minumanya.
“Ma…ma..makanan
apa ini…” Tanya Honggi terbata-bata sambil terus menatap makanan itu. “Oooo…ini
gurita asap.” Jawab zia enteng sambil memungut sebuah daging dengan sumpit lalu
mengangkatnya di hadapan kedua mata Honggi. Spontan kedua mata Honggi
terbelalak kaget, bibirnyapun bergetar. Kali ini nampak sangat nyata daging itu
masih bergerak.
“
Apa tak ada makanan lain….” Rintih Honggi memelas.
“
Bukanya kau sendiri yang berlari masuk kesini dan langsung memesan makanan.”
Jawab zia sambil menopangkan dagu di jemarinya. Akhirnya dengan amat sangat
terpaksa Honggipun mencoba memakanya, meski dengan kedua mata yang tertutup dan
tetesan airmata. Sangat lama ia mengunyah daging itu, kelihatanya daging itu
sulit sekali di cerna, apalagi saat ia mencoba menelan. Sepertinya daging itu
bergerak-gerak di dalam tenggorokanya, sehingga ia sulit sekali menelan. Untuk
membantu menelan, ia langsung meraih semangkuk sup dan langsung meminumnya
tanpa sisa setetespun. Akan tetapi……sesuatu hal di luar dugaan terjadi.
“Hoooooeeeeekkkk!!!!...hhhoooeeeekkkk!!!....Honggi
langsung muntah di tempat.
Dengan menekuk wajah ayunya Zia terpaksa menepuk-nepuk
tengkuk Honggi agar muntahnya mudah. Ia seakan tak menggubris pandangan para
tamu yang lain, tapi lama kelamaan ia tak tahan juga. “Haaaahhhh!……apes sekali
aku kalau terus bersamamu, tidak bisakah kau sekali saja tidak
mempermalukanku?” dumel zia kesal seraya membuang muka.
Honggi yang teler kini malah terkulai lemas di kursi, ia
seakan tak kuat membuka kedua bola matanya. Tapi samar-samar ia mendengar
keluhan zia, dengan terhuyung-huyung ia mencoba bangkit dari tempat duduknya
lalu ambruk lagi di kursi dan tak sadarkan diri.
“Apa…..dia pingsan…..hah..” desah zia yang menghela nafas
kekesalanya.
Saking tak tahanya, iapun berdiri dengan gusar lalu merogoh
saku celananya. Tapi ia tak menemukan selembar uangpun dari dalam saku itu. Ia
baru menyadari kalau yang ia kenakan itu bukanlah bajunya. “Kemana
uangku….seingatku…tadi aku mengantongi beberapa lembar uang di dalam saku, tapi
kenapa tidak ada.” Gumam zia mulai panik sambil terus memeriksa kedua kantong
saku celananya. Lalu tiba-tiba pandangan kedua matanya terhenti saat melihat
Honggi yang tertelungkup di meja. “Ya….bukankah yang ia pakai itu adalah
bajuku…..pasti uangku masih disana. Tapi….bagaimana cara mengambilnya” Gumam
zia mencari cara sambil menggigit bibirnya menatap Honggi.
BAGIAN TIGA
Tanpa pikir panjang iapun nekat mengambil uang yang ada di
dalam saku celana yang di kenakan Honggi. Dengan langkah pelan ia mulai
mendekat, lalu perlahan memasukkan tanganya ke dalam saku. “Dimana
ya…..seharusnya didalam sini.” Gumam zia sambil terus mencari, tapi tak
ada. “Tak ada disitu….berarti di saku
sampingnya.” Zia langsung kembali memasukkan tanganya ke dalam saku. Kali ini
telapak tanganya langsung menyentuh lembaran uang di sakunya, iapun langsung
menggenggamnya. Akan tetapi secara bersamaan, tiba-tiba Honggi membuka mata.
Ziapun terperanjat kaget menatap kedua mata Honggi yang masih sayu. Jantungnya
seakan berhenti berdetak, saat Honggi mulai sadar. “Apa yang kau lakukan…”
desah Honggi hampir tak dapat di dengar.
Dengan cepat zia langsung menarik tanganya, sambil menata
nafasnya kembali. Sepertinya Honggi belum benar-benar tersadar, buktinya kini
ia pingsan kembali. Ziapun terkulai lemas di kursi sambil menghela nafasnya
dalam-dalam. Lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan saat membuka uang yang ada
dalam genggamanya tak cukup muntuk membayar biaya makanya.
Segurat kepanikan terpancar dari wajah ayunya, berkali-kali
ia menghela nafas sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal lalu mondar
mandir tak tentu arah.
“Apa yang harus aku lakukan…..uangku tak cukup untuk biaya
dua orang.” Desahnya pelan seraya menatap petugas yang badanya lumayan besar.
Dilain tempat, rupanya si pou diam-diam mengawasi dari
kejauhan. Ia sangat mengerti akan perasaan zia. Iapun melakukan kontak batin
dengan Honggi, yang ternyata pura-pura pingsan.
“Hei!...apa yang kau lakukan, cepat bangun…kali ini zia
benar-benar dalam masalah rumit. Sampai kapan kamu akan terus menyulitkanya..!”
gertak si pou geram
“Jadi kau peduli padanya….kalau kau peduli..kau saja yang
menolongnya.” Elak Honggi enteng. “Kau….kau benar-benar….haaaaaahhh…” Pou pun
semakin geram dengan ulah Honggi yang kelewatan. “Sebelum dia benar-benar tulus
membantuku….aku akan tetap menyulitkanya, apa kau tidak melihat sikapnya tadi.
Dia berani meraba-raba tubuhku yang berharga.” Perang batinpun tak terelakkan,
keduanya sama-sama tak mau mengalah dan mencari benarnya sendiri.
Sedangkan zia yang masih saja bingung, tiba-tiba menarik
nafas panjang. Sepertinya ia sedang mengumpulkan segudang keberanian untuk
menghadapi sang petugas kasir. Akhirnya dengan langkah pelan ia mencoba
menghampiri, meski jantungnya seakan melompat keluar.
“Maaf…permisi…” sapa zia halus agak ketakutan
“iya nona….ada yang bisa saya bantu.” Jawab si petugas
dengan suara parau. Mendengar suara parau sang petugas, bulu kuduk zia langsung
berdiri.
“Mmmm…sebenarnya…..” ucap zia ketakutan
“Rumahku tak jauh dari sini…apa anda melihat belokan di
samping gang itu…rumahku di sekitar situ…kira-kira sekitar satu jam aku sudah
tiba di rumahku…..”celoteh zia mencoba menjelaskan dan menepis rasa takutnya.
Akan tetapi sepertinya sang petugas sudah memahami apa yang di alami zia.
Tiba-tiba….’’Brrrruuuuaaakkkkkk!!!!!.....dengan kasar si petugas menggebrak
meja dengan kedua mata yang hampir keluar. Spontan zia pun terkejut bukan main,
degup jantungnya semakin berdegup kencang. Kedua matanya langsung terpejam
begitu mendengar suara gebrakan meja itu. Nafasnya seakan terhenti di
tenggorokan.
“Jadi kau ingin makan gratis di sini…!’’ bentak si petugas
kasar
“Bukan begitu maksudku….aku membawa uang, tapi uangku ini
tidak cukup. Temanku….dia…dia pingsan….dan kami….kami…” Nampaknya zia sudah
kehabisan alasan karena saking gugup dan takutnya. Hingga akhirnya sebuah
kesepakatan dilontarkan oleh sang pemilik tempat makan. Kedua mata zia langsung
terbelalak tak menduga, mulutnya menganga lebar tak percaya begitu mendengar
permintaan si pemilik tempat makan.
Dengan wajah cemberut dan bibir meruncing, zia berjalan
dengan lesu menghampiri tempat duduknya. Dihempaskan tubuhnya disandaran kursi
seraya menyeka keringat yang masih nampak basah dikeningnya. “Kau…..awas saja
kalau kau sadar, aku tak akan membiarkanmu tenang sedikitpun.” Umpat zia geram
dalam hati sambil menatap tajam Honggi yang masih tertelungkup di meja.
Siang berganti sore dan sorepun berganti malam, kini
nampaknya para pelanggan tempat makan itu lama-lama berangsur-angsur sepi,
karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Memang tempat makan ini tutup
lebih awal karena, jam bukanyapun juga awal. Tapi yang sangat mengherankan,
dari tadi siang Honggi tak jua membuka kedua matanya. Sedangkan si pou, yang
melihat dari atas pohon tak jauh dari tempat makan itu merasa iba melihat zia.
Ia tak henti-hentinya mengusap airmata yang menetes dikedua pipinya, ingin
sekali ia membantu gadis itu. Tetapi takdirnya tak seperti itu.
“Waaaaahhhh….sebenarnya kau ini pingsan apa tidur, kau pasti
sengaja bukan.” Gumam zia, kali ini dengan tampilan yang berbeda. Kali ini ia
memakai celemek dan lengkap menenteng sapu dan tempat sampah di masing-masing
tangan.
Rupanya kesepakatan yang disepakati zia dengan si pemilik
tempat makan adalah, zia disuruh membersihkan tempat itu juga mencuci piring-piring
di belakang. Dengan sepenuh tenaga ia mulai membersihkan tempat itu satu
persatu, tetes demi tetes peluh bercucuran di kedua kening zia. Ia sama sekali
tak memperdulikanya, dalam hati kecilnya menggulung sebuah api kemarahan yang
berkobar-kobar lantaran sikap Honggi yang sangat keterlaluan.
Dilain tempat nampaknya Honggi perlahan-lahan membuka
matanya, ia tersenyum kecil melihat zia yang mondar-mandir menyapu dan
membersihkan meja-meja tempat makan dengan terus ngedumel yang tak jelas.
“Hmmm…rasakan…itu akibat dari mempermainkan ku. Kau pikir kau saja yang bisa
mengelabuhi orang.” Batin Honggi girang
“Kau memang keterlaluan.” Sahut si pou tak terima
“Kenapa kau tak menggunakan kekuatanmu untuk membantunya,
kau juga hanya melihatnya saja dari kejauhan.” Elak Honggi tak mau kalah
“Kau kan tau…aku tak boleh ikut campur urusan manusia!”
gertak pou kasar.
“Kau marah…..sepertinya kau serius…baru kali ini aku
melihatmu marah.” Jawab Honggi enteng sambil memejamkan mata lagi.
Kini zia sudah pindah posisi ke belakang, beban dibatinya
seakan bertambah lantaran melihat piring dan alat makan lainya tumpuk-menumpuk
seperti gunung. Iapun menarik nafas panjang seraya berkacak pinggang lalu
menggeleng-gelengkan kepalanya. Iapun segera melangkah dan mulai membersihkanya
meski tubuhnya sudah mulai terasa pegal dan letih.
“Lihat saja nanti….aku pasti akan membalasmu. Kau pikir aku
tak tau kalau kau hanya pura-pura pingsan. Dasar orang tak punya peri
kemanusiaan, seharusnya kau itu berterimakasih padaku, tapi kenapa kau malah
menyusahkan aku!...haaaaahhh…semakin aku mengingatmu…semakin aku ingin
menendang wajahmu yang memuakkan itu!” dumel zia berapi-api.
Tanpa terasa dentang jam sudah menunjukkan pukul setengah
dua belas malam, zia menggeliat melepas penat dan pegal diseluruh tubuhnya
sambil terus menatap Honggi dengan penuh amarah. “Kreeeeppeeeeekkk…..!”
Begitulah suara dari tubuh zia saat ia menggeliat. Tiba-tiba saja bulu kuduk
Honggi berdiri begitu mendengar suara itu, ia juga seperti merasakan hembusan
angin yang aneh dari belakang tubuhnya. Dengan pelan zia mulai berjalan
menghampiri Honggi yang masih saja menelungkup di meja.
“Kau….tidak tau bukan…kalau disini tiap tengah malam ada
arwah penasaran yang gentayangan. Apa yang akan terjadi….kalau kau aku tinggal
disini sendirian.” Bisik zia di telinga Honggi seraya tersenyum kecil.
“Kau ingin aku menggendongmu…..hmmm…awalnya
sih….iya..tapi…kalau dipikir-pikir, mana ada orang pingsan selama ini.
Jadi….lebih baik kita berpisah disini saja.” Kata zia yang langsung berlalu begitu
saja. Honggi langsung terhenyak mendengar kata-kata zia, iapun sedikit demi
sedikit membuka matanya. Betapa terkejutnya ia, saat melihat zia yang melambai
berjalan keluar dari tempat makan.
Zia melenggang dengan santainya ibarat narapidana yang baru
keluar dari bui. Sepanjang perjalanan ia menari dan menyanyi riang gembira
sesekali iapun bersiul merdu sambil menikmati suasana malam hari yang masih nampak
mobil berlalu lalang. Saking senangnya ia sampai tak menyadari akan bahaya yang
mengancamnya. Sebuah mobil yang hilang kendali tengah melaju dengan kencang
dari arah belakang. Mendengar suara rem mobil yang aneh, ziapun spontan menoleh
kebelakang. Tiba-tiba…”Kyaaaaaa!!!!!!!......ckkiiiiiiitttt!!!!!!......bruaaaghhh!!!!!!.......”
Degup jantung zia semakin berdetak kencang, keringat dingin
mengucur di kedua keningnya, Nafasnyapun tersengal-sengal, perlahan-lahan ia membuka
mata sambil menata nafas. Ia tersentak begitu melihat langit luas hitam dalam
pandanganya.
“Aneh…..apa aku sudah mati….kenapa aku harus mati di usia
dini. Aku bahkan belum menikah, aku juga belum membalas sakit hatiku pada
lelaki cabul itu.” Gumam zia meratap.
“teeettt!!!...tteeeeeeeettt!!!!.....”. Tiba-tiba terdengar
klakson bus, lamunan ziapun buyar seketika. Iapun langsung terbangun sambil
memegangi seluruh tubuhnya. “Aku masih hidup….aku masih hidup….aku masih
hiduuuuuuuuppp!!!!!!.....” sorak zia kegirangan sambil lonjak-lonjak tak
karuan.
Namun seketika senyum itu hilang lantaran ia melihat sosok
bayangan pria tengah bersandar di pohon
tak jauh darinya. Karena penasaran iapun mendekatinya sambil mengendap-endap.
“Hei!?.....berani sekali kau meninggalkanku.” Zia tersentak seketika mendengar
suara itu.
“Sekarang kau tak bisa lagi mengucilkan aku sebagai pria tak
tau balas budi.”
“Kenapa?!...” Tanya zia kesal
“Seharusnya saat ini kau berterimakasih padaku.” Jawab
Honggi yang berjalan mendekati zia
“Apa….bukanya kau yang seharusnya berterimakasih padaku.”
Gumam zia mengalihkan pandanganya.
“Jangan bicara sendiri dalam hati…kau pikir aku tak tau apa
yang kau pikirkan.” Ledek Honggi tersenyum kecil menatap zia. Zia kaget tak
percaya dengan ucapan Honggi, keningnya saling bertautan.
“Baiklah…..anggap saja kita impas, kalau begitu mulai
sekarang kamu jangan mengikuti aku lagi.” Ucap zia ketus dan berlalu begitu
saja. “Hei?!.....seru Honggi mengejar zia.
“Hei..impas bukan berarti kau harus meninggalkan aku disini
sendirian.”
Zia menghela nafas kesal mendengar ucapan Honggi, lalu
berbalik menatap Honggi dengan tajam. “Biarkan aku tinggal di rumahmu….eee….kau
jangan kuatir….aku juga akan bayar sewanya. Aku tak punya sanak saudara disini,
aku juga tak akan menyentuh apa yang menjadi milikmu..termasuk masuk kedalam
kamarmu.” Papar Honggi menggebu-gebu. Zia termangu sejenak, ia berfikir sambil mengamati
wajah dan seluruh tubuh Honggi mulai dari kaki hingga ujung rambutnya.
“Baiklah…..kau lumayan baik untuk seorang penjaga rumah.” Kata zia mencibir dan
melirik Honggi. “Apa….?!”….desah Honggi kesal.
Mereka berdua berjalan beriringan menyisir kelamnya malam.
Enaknya hidup di daerah kota, meski jam sudah menunjukan pukul setengah
duabelas malam tapi lalulintas kendaraan masih ramai oleh lalu lalang
kendaraan. Tiba-tiba zia menghentikan langkahnya. “Kenapa…?” Tanya Honggi.
“Bisakah kau berjalan di depan…..disekitar sini…..ada seekor anjing besar dan
galak.” Bisik zia sambil mendorong pelan tubuh Honggi. Honggi dengan polosnya
mengikuti apa kata zia, belum beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba sebuah
benda melayang diudara hampir mengenai kepalanya. “Ziiiiiiinnnnggggg….klontaaaaaang!!!!....”
Honggi kaget bukan main mendapat serangan dadakan seperti itu. Belum cukup rasa
kagetnya, tiba-tiba ia dikejutkan kembali dengan kehadiran seorang nenek-nenek
yang berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa pemukul kasur. Sementara zia malah
sembunyi dibelakang tubuh Honggi sambil menutupi kedua telinganya.
“Yang Zia Mie!!!!!!!.......apa kau pikir kau bisa aman
dengan sembunyi seperti itu!!”…teriak sinenek dengan suara lantangnya sambil
berkacak pinggang menatap Honggi. Honggi ketakutan setengah mati melihat raut
wajah sinenek, tubuhnya berdiri tegak, kedua matanya tak berkedip menatap
sinenek. Apalagi saat sinenek berjalan menghampiri zia yang bersembunyi
dibelakangnya, jantungnya seakan berhenti berdetak.
Setiba didalam rumah sinenek ngomel-ngomel tanpa henti,
ibarat komedi putar yang terus berputar. Selain ngomel sinenek juga
menggebrak-nggebrak meja dengan keras. Honggi yang sedari tadi berdiri diluar
semakin ketakutan mendengar amukan sinenek.
“Waaaaahhhh…ternyata nenek dan cucu sama saja….apa mungkin
ibunya juga seperti itu…..haaaaaahhh….malang sekali nasib ayahnya…”. Gumam
honggi dalam hati yang mondar mandir di depan pintu rumah. “Memang begitulah
manusia…mereka berupaya apapun untuk mendidik anak cucunya untuk menjadi baik.”
Celetuk pou yang tiba-tiba muncul. Honggi langsung menghentikan langkahnya,
lalu menatap pou tajam sambil berkacak pinggang. Akan tetapi sinenek tiba-tiba
juga muncul dihadapan Honggi. Melihat sikap Honggi, sinenek mengernyitkan
keningnya. “Hei….kau memelototiku….kau berani padaku.” Ucap nenek dengan suara
cemprengnya.
Entah kenapa suara Honggi sepertinya menyangkut di
tenggorokan, ia hanya memberi isyarat dengan kedua tanganya. Mungkinkah ia
masih trauma dengan lemparan sinenek yang nyaris mengenai kepalanya. Tetapi
bersamaan dengan itu hembusan angin yang aneh berhembus diantara mereka. Sang
nenek terdiam sejenak menatap Honggi yang ketakutan, sepertinya ia menangkap
sesuatu yang aneh dalam diri Honggi.
“Kau siapa?”…Tanya nenek dengan pelan. Rasa takut Honggi
langsung hilang saat mendengar suara lembut sinenek. Reaksi aneh juga dirasakan
oleh pou yang bertengger diatap rumah. “Nampaknya nenek tua ini tau jati diri
Honggi.” Gumam pou menengadah ke langit malam.
“Mmmm…maaf…namaku Kim Honggi, aku teman baru cucu anda.
Mmmm..kalau di ijinkan saya ingin menginap dirumah anda, saya juga akan
membayar sewanya. Tapi sepertinya cucu anda tidak mempercayai saya.” Tutur
Honggi dengan ekspresi memelas. “Kau jiwa yang malang.” Celetuk sinenek
tiba-tiba. “Maksud anda….?” Tanya Honggi kaget. Reaksi kaget juga dialami oleh
pou, iapun terpaksa agak mendekati Honggi karena penasaran dengan sinenek. Pou
merasakan aura yang luar biasa pada tubuh sinenek, apa yang dipikirkanya
ternyata benar. Iapun langsung mengkontak batin Honggi agar berhati-hati.
“Dia bukan orang sembarangan…..jaga bicaramu, satu
kesalahan…..akan membuatmu menyesal seumur hidup.” Kening Honggi mengkerut
mendengar ucapan pou, kini sorot matanya berubah tenang dan tajam menatap
sinenek. Seolah mereka menyelami diri satu sama lain dengan tenaga batinya.
Tiba-tiba zia muncul menghancurkan lamunan masing-masing.
“Nenek….apa nenek akan menerimanya..lelaki cabul ini bahkan
telah mempermalukan cucu nenek.” Celoteh zia membujuk neneknya manja. “Kenapa
kau masih saja menyebutku cabul…dasar wanita kasar.” Bisik Honggi menahan
kesalnya pada zia.
“Sejak kapan kau menjadi egois, siapkan satu kamar
untuknya.” Pungkas nenek dan berlalu. Kontan saja zia tak terima, ia balik
mengejar neneknya sambil merengek-rengek agar mengubah keputusanya, tapi
sinenek tetap teguh pada pendirianya.
Pagipun tiba, suasana pagi ini Nampak tak seperti biasa. Zia
dua kali lebih sibuk, karena harus menyiapkan makan untuk Honggi. Biasanya ia
tak pernah melakukanya, karena ia dan nenek selalu makan diwarung tak pernah
memasak sendiri kecuali malam hari.
“Apa yang kau pikirkan.” Tanya Honggi yang masih
malas-malasan ditempat tidur.
“Kau tak mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan masa
ini, semakin lama cobaanmu semakin besar, dan mereka datang satu persatu
menghampirimu. Saat kau menyadari mereka….itu akan membuatmu kesakitan yang
luar biasa. Apa kau tetap keras kepala meneruskanya.” Honggi bangkit dari
tidurnya lalu duduk dipinggir tempat tidur dan memijat dahinya, seolah
memikirkan ucapan pou.
“Aku tetap akan meneruskanya, walau apapun yang terjadi.
Mereka telah merusak hidup keluargaku, mereka harus mendapatkan balasanya.”
Tiba-tiba pintu kamar honggi digebrak zia dengan kasar.
“Brak!!!....Brak!!!....Cepat keluar….aku ingin bicara sesuatu padamu.”
Honggi dan pou pun tersentak kaget, “Haaahh…wanita
ini….kenapa aku harus bertemu denganya.” Desah Honggi beranjak keluar. “Ada
apa?.....”. Tanpa banyak kata zia langsung membimbing Honggi menghampiri kursi,
ia nampak sangat bersemangat sekali.
“Kau ingin bicara apa….?” Tanya Honggi penasaran lalu duduk
dihadapan zia.
“Ini mengenai uang sewa, mulai sekarang kau harus mencari
pekerjaan. Aku tak mampu mengurus kau dan nenek sendirian, lalu…ini ada
beberapa peraturan yang aku buat selama kau tinggal bersama kami.” Honggi
mengamati secarik kertas yang diberikan zia padanya, sepertinya ia sangat
serius membacanya. “Haaaahhh….kau kenapa sepelit ini, tidak bisakah sabun
mandi, pasta gigi juga sabun nyuci kita gunakan bersama, kenapa harus beli
sendiri-sendiri.” Dumel Honggi protes
“Penggunaan kamar mandi juga tidak adil, kenapa kau harus
tiga kali…sedangkan aku dua kali. Kalau pria bekerja, dia akan menghasilkan
banyak keringat.”
“Hei…..kau sudah beruntung tidak aku minta uang sewa, kau
hanya numpang tinggal dirumahku, sedangkan biaya hidupmu kau tanggung sendiri,
termasuk makanmu. Masalah makanan, aku akan memasak untukmu, sesuai dengan
perintahmu. Tapi itu juga tidak gratis….kau harus menggajiku.” Papar zia
menjelaskan dengan gamblangnya seraya tersenyum manis menatap Honggi yang
murung. “Apa…!!!???”…Honggi tak percaya mendengar pemaparan zia. Namun
sepertinya zia tidak memperdulikanya, ia malah langsung beranjak dari duduknya
dan berlalu. “Hei…!!!???” seru Honggi ketus. Ziapun berbalik, tapi kedua matanya
langsung terbelalak lantaran Honggi malah menyobek kertas itu dengan entengnya.
“Hei!!!...apa yang kau lakukan….!!!”…Seru Zia tak percaya sambil mengacak-acak
kertas sobekan Honggi. “Karena aku tak memerlukanya.” Jawab Honggi enteng dan
berlalu kekamar mandi.
Tak lama kemudian mereka berdua keluar dari rumah, tapi
sepertinya tujuan mereka berbeda. Honggi kearah barat, sedangkan zia kearah
timur. Pakaian mereka Nampak rapi, bahkan mereka membawa tas. Sepertinya mereka
benar-benar serius mencari pekerjaan. “Hmmmm…semoga saja mereka mendapatkan
yang terbaik.” Gumam pou saat melihat kepergian Honggi dan zia yang semakin
jauh.
Hari ini zia berencana ikut sebuah audisi iklan untuk suatu
produk shampoo. Setelah turun dari taksi, ia langsung berjalan masuk kedalam gedung
dan terus berlari-lari mencari ruangan audisi. Nampaknya ia sudah terlambat,
saking paniknya ia tak memperhatikan jalan yang dilaluinya
dan…..”Bruuuaaagggghhhhhh!!!!!.......” Tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
“Ah…maaf…aku terlambat, jadi aku tak begitu memperhatikan
jalan. Apa kau terluka….maaf..sekali lagi aku minta maaf….” Ucap zia yang terus
mengangguk-anggukan kepala. “Tak apa-apa…” jawab orang itu dengan suara
seraknya. Zia pun mengangkat kepalanya lalu tersenyum menatap wajah orang itu
dan berlalu melanjutkan perjalananya.
Diluar dugaan sepertinya orang itu terpana dengan kecantikan
zia, ia terus menatap kepergian zia sampai zia menghilang masuk kedalam sebuah
ruangan. “Maaf….Tuan sudah terlambat 10menit.” Celetuk pria disampingnya.
Spontan ia tersadar dari lamunanya dan segera melanjutkan langkahnya.
Sementara itu Honggi yang juga sedang mencari pekerjaan
nampaknya ia mulai merasa putus asa. Dihempaskan tubuhnya disebuah kursi taman
sambil menghela nafas panjang.
“Haaaahhh….kenapa susah sekali mendapatkan pekerjaan, aku
juga tidak begitu bodoh…kenapa mereka semua menolakku.” Gerutu Honggi kesal
“Begitulah hidup yang dijalani manusia, hari ini mereka
makan…entah besok atau lusa mereka makan atau tidak. Setiap hari mereka memutar
otak dan memeras tenaga untuk bertahan
dan memenuhi kebutuhan hidup.” Papar pou yang tiba-tiba duduk disamping
Honggi. Mendengar ucapan pou, Honggi menoleh menatap wajah imut pou. “Apa aku
dulu juga begitu….apa dulu aku bahagia….apa aku juga memiliki keluarga….nenek
seperti zia.” Tanya Honggi penasaran. “Kenapa kau tiba-tiba menanyakanya.”
“Kau tak mau menjawab….lupakan saja. Aku lelah….mau tidur
sebentar, zia pasti tidak akan membiarkan aku untuk tidur, Jadi aku tidur
disini saja.” Pou tiba-tiba menghela nafas panjang menatap Honggi yang tertidur
pulas disampingnya. “Kau bahkan lebih menderita dibandingkan hidupmu sekarang
ini, beruntung kau bertemu zia. Takdirmu…..selalu bergantung pada seorang
wanita.”
Dilain tempat zia akhirnya menjalani audisinya, setelah
mengantri cukup lama kini tibalah giliranyan untuk tampil. Jantungnya berdegup
kencang saat ia mulai melangkah maju menghadap dewan juri, keringat dinginyapun
ikut mengucur. Dengan menghela nafas yang cukup panjang ia berusaha mengusir
rasa groginya. “Apa ini pengalaman pertamamu naik diatas panggung.?” Tanya
salah seorang juri.
Zia hanya menganggukann kepala dan tersenyum, lalu bergegas
maju ke depan kamera. Iapun mulai beraksi didepan kamera. Selama proses audisi
berlangsung ia tak menyadari kalau ada sepasang mata yang terus memperhatikanya
dari arah meja juri. Sesosok pria yang mulai terpana dengan pesona senyum dan
geraian rambutnya, samar-samar pria itu terkenang akan bayangan wajah seseorang
yang pernah dicintainya. Semakin lama wajah itu ia pandangi, semakin jantungnya
berdebar tak menentu.
Jam sudah menunjukan dentang 13.00 siang, sinenek nampaknya
mulai mengantuk. Dengan tergopoh-gopoh ia berjalan menuju kamarnya, namun ia
menghentikan langkahnya lantaran melihat sobekan kertas yang berserakan
dilantai. Dengan pelan iapun memungutnya, keningnya berkerut melihat
tulisan-tulisan disobekan itu, karena penasaran ia mencoba mengumpulkan satu
persatu sobekan itu agar ia dapat membacanya. “Perjanjian……uang sewa….pemakaian
kamar mandi…..” gumam sinenek menggelengkan kepala.
Nenek menghela nafas pelan, pandanganya kosong menatap ke
langit biru. Tiba-tiba ia teringat akan Honggi. “Anak itu……apa yang dicari
dalam dunia ini, aku melihat penderitaan diwajahnya. Dimana pendampingnya…..mungkinkah
ia sendiri….” Gumam nenek dalam hati.
Tanpa diduga Honggi pulang kerumah dengan tergesa-gesa dan
membuat sinenek terkejut. Nenek langsung beranjak dari duduknya saat melihat
kedatangan Honggi. “Bisa aku bicara sebentar….” Pinta nenek sambil duduk
kembali. Honggi mengerutkan kening mendengar ucapan nenek, ia tak menduga kalau
sinenek bisa bicara halus juga. Iapun mulai berjan mendekat lalu duduk
dihadapan nenek.
“Siapa namamu…?” tanya nenek dengan tatapan dingin
“Kim Honggi…” jawab Honggi ketus. Nenek terdiam sejenak
sambil terus memandangi Honggi. “Kau percaya dengan reinkarnasi…..”. Honggi
terperanjat mendengar ucapan nenek.
“Kehidupan sesudah mati….kau juga mempercayainya. Apa kau
juga percaya, kalau jiwa basah itu sulit diterima syurga.” Berundul nenek yang
masih menatap Honggi.
Sepertinya Honggi menyadari akan ucapan nenek, tapi ia
berusaha tenang dihadapan orangtua itu. Kedua pasang mata itu saling menatap
jauh kedalam. Tak terkecuali pou yang ternyata mengamati dari kejauhan.
Sepertinya ia paham akan apa yang ada didalam pikiran sang nenek. Dengan cepat
ia langsung mengkontak batin Honggi.
“Sebaiknya kau berhati-hati dengan nenek….sepertinya ia tau
siapa kamu.”
Sementara itu zia tengah menunggu hasil audisi, sambil
menunggu ia pergi ke sebuah rumah makan. Ditengah ia menikmati makananya,
samar-samar ia mendengar pembicaraan seseorang.
“Kau tau…..kabarnya
putra presdir Jang Young Shin itu seorang duda.”
“Apa……??!!.....benarkah……kau tau darimana”
“Kabar itu sudah tidak asing lagi di telinga para orang-orang
petinggi perfilman, kau tau…di awal
meninggalnya mendiang istrinya ia sangat depresi. Sampai-sampai presdir harus
mengirimnya keluar negeri.”
“Waaaahhhhh…..ia pasti sangat terpukul….”
“Bukankah agensi ini adalah anak dari agensi presdir Jang
Young Shin……berarti agensi ini milik putranya.” Imbuh gadis itu lagi
“Kepemilikan agensi belum berubah…..setauku, putra presdir
belum lama kembali ke Indonesia.”
“Jangan bilang kau berharap dilirik olehnya.”
“Di zaman serba susah ini…..apapun akan kulakukan untuk
mendapatkan hidup yang layak.”
Zia menghela nafas panjang mendengarnya lalu bergegas pergi.
Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba terdengar suara pengumuman
dari mikrofon. Iapun kembali duduk dan siap mendengarkanya meski jantungnya
serasa meledak.
“Pengumuman diberitahukan kepada seluruh peserta audisi
untuk berkumpul dilobi, karena hasil pengumuman audisi sudah
keluar…terimakasih….”
Seketika zia langsung berlari menuju lobi bersamaan dengan
beberapa peserta lainya. Disana sudah banyak berkerumun para peserta audisi,
mereka saling dorong untuk melihat kertas pengumuman yang ditempelkan ditempat
papan pengumuman. Kedua mata zia langsung beradu kecepatan mencari namanya
dalam papan pengumuman itu. Tetapi nihil…..namanya tak ada dalam pengumuman
itu, artinya ia tidak diterima dalam audisi iklan itu.
Ziapun melangkah pergi dengan menekuk muka, semangatnya
surut seketika. Sesekali ia menghela nafas panjang sembari menengadah kelangit.
Dengan langkah lesu ia melangkah pergi meninggalkan gedung itu, tapi seseorang
menghentikanya. Zia mengangkat kepalanya menatap orang yang menghadang jalanya.
Rupanya ia adalah orang yang ditabraknya saat didepan lift tadi. Zia langsung
terkejut begitu menatap wajah pria itu.
“Maaf……aku hampir menabrak anda untuk kedua kalinya.” Ucap
zia dan berlalu, tapi pria itu mencegahnya.
“Ah….sebentar….apa…kau diterima?” Tanya pria itu penasaran.
Zia hanya diam sambil menggelengkan kepala pelan. Lalu pria itu melepas
pegangan tanganya sambil melirik kartu nama yang melingkar dileher zia, lalu
membiarkanya pergi dan melanjutkan langkahnya. Tapi baru beberapa langkah
berjalan tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dengan cepat ia membalikan badan
mengejar zia, namun rupanya zia telah masuk kedalam taksi dan berlalu.
“Aku akan mengikuti taksi itu…..kau hubungi bagian
personalia, minta data pada mereka atas nama Yang Zia Mie.” Perintah pria itu
sambil berlari menghampiri mobilnya yang terparkir didepan gedung.
Sekitar setengah hari bersama, Honggi dan nenek semakin
akrab. Mereka sudah bisa bercanda bersama. Sore itu mereka nampak sedang
bersantai sambil menikmati buah diberanda rumah. “Kau tau….saat ini hatiku
sangat tenang, “
“Kenapa nek…..?” Tanya Honggi sambil mengupas buah.
“Nenek tak perlu lagi repot menjaga zia…..karena sudah ada
kamu dalam keluarga kami.” Jawab nenek yang tersenyum menatap Honggi.
“Kau jangan marah dengan sikap kasarnya, sebenarnya dia
gadis yang baik dan berhati lembut. Dia berubah seperti itu semenjak kepergian
kedua orangtuanya, dia menjadi gadis yang urakan dan kekanakan.” Imbuh nenek
sambil menerawang menatap langit.
“Jadi nenek hanya tinggal berdua saja. Nenek jangan
khawatir…..aku pasti akan menjaganya dengan baik.” Ucap Honggi antusias.
Mendengar ucapan Hongggi, nenek terdiam menatapnya. Lalu
beranjak pergi masuk kedalam rumah.
“Kau mengerti maksud ucapan nenek?” ledek pou
“Kau benar…..apa yang dimaksud menjaga.” Si pou tertawa
terbahak-bahak dengan jawaban Honggi yang polos. “Ternyata benar apa yang
dikatakan senior, mereka terlahir kembali dengan kebodohan.”
“Hei…….kenapa kau malah tertawa…..apanya yang lucu.” Gerutu
Honggi
“Menjaga itu artinya melindungi….sama seperti aku
melindungimu. Aku melindungimu dari kejahatan dan nafsu manusia agar kau
kembali murni. Ibarat seorang suami yang melindungi istrinya, seekor binatang
melindungi binatang lainya. Seperti itulah maksud ucapan nenek tadi.” Papar pou
menjelaskan.
“Bagaimana aku harus melindunginya?” Tanya Honggi lagi
“Mmmmm……kau melindunginya dari orang-orang asing yang
mencurigakan, yang sangat ingin mengorek identitas zia. Orang seperti itu,
pasti memiliki maksud lain. Disaat itulah kau harus melindunginya.”
“Dengan berkata kalau aku suaminya….maka semua akan
berakhir, begitu maksudmu.” Tanya Honggi mencoba menebak.
“Mmmmm…..kurang lebih begitu.” Angguk pou enteng.
Tiba-tiba terdengar suara pintu pagar dibuka, rupanya itu
zia yang baru datang. Dengan langkah lesu dan wajah muram zia melangkah menuju
dalam rumah. Honggi yang penasaran, segera berlari mengejarnya. Akan tetapi
langkahnya terhenti lantaran ia mendengar bisikan suara aneh dari luar rumah
yang bersangkutan dengan zia.
“Halo…..bagaimana….apa kau sudah
mendapatkan alamatnya, aku kehilangan jejak disini.”
“Cepat katakan…..ya…sepertinya ini memang jalan Agung
Sucipto.” Jawab pria itu sambil menoleh kiri kanan seolah mencari sesuatu.
“No 88…..ya..aku akan mencarinya….terimakasih.” pungkas pria
itu menutup telfonya lalu keluar dari mobil. Sepertinya ia sedang mencari
alamat rumah seseorang.
Setelah cengingak-cenginguk kurang lebih 5 menit, akhirnya pria
itu melihat sebuah rumah dengan no88 di depanya. Tanpa banyak mengulur waktu
lagi, ia segera bergegas masuk kedalam rumah tersebut.
“Ting……tung…..ting….tung…..”
Mendengar suara denting bel berbunyi, Honggi langsung
berlari membuka pintu. Setelah pintu terbuka sipria sangat terkejut melihat
wajah Honggi yang nongol dari dalam pintu. Begitu juga denagn Honggi, ada
sesuatu yang tiba-tiba membuat kepalanya pusing. Honggi sempat hampir pingsan,
tapi dengan cepat ia menguasai kembali tubuhnya.
“Permisi…..maaf…apa benar ini rumah nona Yang Zia Mie.” Tanya sipria pelan
Honggi terdiam menatap pria itu lalu menganggukan kepalanya
pelan.
“Apa….nona Yang ada di dalam.”
“Anda siapa….?” Tanya Honggi dengan tatapan dingin
“Saya akan langsung bertemu dengan nona Yang, biarkan saya
masuk.” Ucap pria itu seolah mengacuhkan Honggi.
“Maaf…..tapi anda harus dapat izin dari saya dulu…..karena
saya adalah suami nona Yang.” Ucap Honggi ketus seraya melipat kedua tangan
didada dan menatap mata pria itu .
Pria itu sangat tercengang mendengar ucapan Honggi.
***
Sementara itu keramaian terjadi di bandara, karena menurut
berita di surat kabar. Hari ini artis terkenal Jang Hyo Sung akan kembali ke
Indonesia. Para wartawan dan juga para fans sudah berkumpul memenuhi jalan dan
area bandara. Tak ayal seluruh anggota tim keamanan bekerja keras untuk
memblokir jalan dan mengalihkan jalan agar tidak terjebak macet.
Setelah menunggu kurang lebih sekitar satu jam, akhirnya
pesawat yang dinantikanpun telah tiba. Spontan para wartawan yang telah
mendapatkan tanda khusus liputan langsung menyeruak menyerbu kedatangan
rombongan para artis turun dari pesawat.
Tak lama kemudian orang yang dinantikan mulai terlihat
keluar dari pintu pesawat dan mulai menapakan kaki menuruni tangga pesawat.
Seiring dengan langkah kakinya menuruni tangga, jepretan kamera para wartawan
tak henti-hentinya mengambil gambarnya.
Jang Hyo Sung langsung menyapa para fansnya dengan
melambaikan tangan dan melempar senyum dinginya lalu masuk kedalam mobil.
Di lain tempat, sepertinya sipria nampaknya masih penasaran
akan zia dan suaminya. Dengan menyandarkan tubuh dikursi, ia memejamkan mata
dan mencoba berfikir sesuatu. Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas
ia meraih ponsel di meja, melihat tulisan “simanja” berkedip-kedip dilayar
ponselnya, ia malah menghela nafas panjang.
“Halo…” sapanya malas
“Kenapa kakak tak menjemputku, bukankah aku sudah bilang
kalau aku akan pulang hari ini.!” Dumel suara dari dalam telfon.
“Ternyata tabiatmu tak berubah sama sekali, kau tau kan
kalau aku juga sibuk.”
“Hah…!......kakak juga sama saja.” Gerutu suara dari dalam
telfon
“Apa ayah ada dikantor….aku ingin langsung menemuinya.”
Tanya suara itu lagi.
“Ya…”
“BLUE” agency adalah, sebuah agency industri perfilman yang
terbesar di Indonesia. Saat ini agency
ini telah mampu melebarkan sayapnya dengan mendirikan cabang di daerah Jakarta
dengan nama “STAR” agency. Presdir Jang Young Shin adalah pemilik kedua perusahaan
besar itu. Beliau adalah seorang duda dengan dua orang anak. Putra pertamanya
bernama Jang Young Guk, ia seorang direktur di anak perusahaan yaitu “STAR”
agency.Dan putra keduanya adalah seorang wanita yang bernama Jang Hyo Sung yang
berprofesi sebagai seorang artis.
Sebagai seorang artis papan atas yang sudah melanglang buana
ke berbagai manca Negara, Hyo Sung termasuk orang yang sangat memperhatikan
imagenya. Hingga tak ayal ia sering berlebihan, apalagi didukung latar belakang
keluarganya. Ia selalu menuntut dirinya dan orang-orang disekitarnya untuk
tampil maksimal dan sempurna. Ia paling tak bisa menahan rasa marah karena malu
tentang penampilanya di depan publik.
Sementara itu didalam kamarnya yang tak begitu lebar, zia
mencoba mencari lowongan kerja lain. Lembar demi lembar koran dibukanya satu
persatu, berharap ia menemukan sebuah agency yang sedang mencari artis baru.
Tapi sepertinya harapanya itu sirna seketika, karena dari kelima tumpukan koran
itu tak satupun lembar memuat tentang pencarian bakat. Kebanyakan mereka
memasang iklan kerja paruh waktu. Dengan kesal ia langsung menghempaskan
tubuhnya dikasur sambil menghela nafas.
“Haaaaahhh…..kenapa susah sekali menjadi artis….”
Tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh seseorang yang tak lain
adalah Honggi. Zia langsung melompat dari tidurnya lalu bergegas menghampiri
Honggi yang berdiri diambang pintu.
“Kenapa kau berani memasuki kamarku…..bukankah aku sudah
memperingatkanmu.” Dumel zia kesal. Tapi Honggi hanya tersenyum meledeknya
sambil melipat kedua tanganya didada. Melihat sikap Honggi yang aneh, zia
mengernyitkan kedua keningnya. “Kenapa…..kenapa kau menatapku seperti itu.”
Tanyanya penasaran.
“Jangan kaget dengan apa yang akan aku katakana
padamu.”…..jawab Honggi seraya mendekatkan wajahnya. “Nenek sudah memberiku
ijin untuk bebas melakukan apapun mauku didalam rumah ini. Seharusnya kau
mendengar dan melihat sendiri, bagaimana senangnya wajah nenek kalau aku
tinggal disini.” Celoteh Honggi kegirangan sambil berbalik keluar dari kamar
zia. “Apa……” bisik zia kaget tak percaya.
Setiba di Blue Agency, Hyo Sung langsung menuju ruangan
presdir Jang, ayahnya. Sepanjang perjalanan seiring langkahnya melangkah semua
pasang mata tak henti-hentinya melihat. Mereka seolah terpana dengan pesona ayu
dan keanggunan Hyo Sung, dengan balutan baju dress selutut berwarna coklat di
tambah rompi bulunya. Seolah menambah pesonanya. Menyadari akan hal itu, Hyo
Sung lansung memakai kacamatanya lalu bergegas masuk kedalam lift.
Selang beberapa menit sampailah ia diruangan ayahnya.
Presdir tersenyum lebar melihat kedatangan putri kebanggaanya itu berlari
menghampirinya.
“Ayaaaaaaahhh…aku sangat rindu pada ayah….kenapa ayah tak
pernah mengunjungiku.” Kata Hyo Sung manja sambil merangkul pundak ayahnya dari
belakang.
“Ohhhhh……..hahahahaaaa…..maafkan ayah….kau tau kan kalau
ayah sibuk.”
“Ayah selalu saja mementingkan pekerjaan daripada keluarga,
tapi…aku tetap senang dengan ayah. Ayah….bagaimana kalau malam ini kita makan
malam bersama, aku yang traktir.” Ajak Hyo Sung penuh harap. “Apa kakak mu juga
ikut….?” Tanya presdir
“Kakak tak seperti dulu lagi…..kalau dia melihatku…..dia
akan menyuruhku untuk cepat-cepat menikah. Ayah tau kan…..aku paling tidak suka
kakak bersikap kekanakan seperti itu.” Cerocos Hyo sung yang mondar mandir
didepan ayahnya.
“Baiklah……malam ini kita dinner.”
“Kyaaaaaaaaa!!!....terimakasih ayah……” sorak Hyo Sung
kegirangan.
Dilain tempat, ternyata Young Guk masih memikirkan zia.
“Bagaimana mungkin ia sudah bersuami, benarkah dizaman sekarang….gadis berumur
25thn kalau belum menikah akan dianggap prawan tak laku.” Gumam Yong Guk dalam
hati.
Dengan ragu iapun mengangkat gagang telfonya. “Ya…..kau
selidiki tentang zia.” Perintahnya pada sekretaris pribadinya.
Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Honggi yang baru
selesai mandi berjalan perlahan menghampiri zia yang sedang sibuk menyiapkan
makam malam.
“Apa yang kau lakukan” tanya Honggi iseng. Tapi zia hanya
diam saja melanjutkan pekerjaanya. Merasa tak dihiraukan, Honggipun mulai
berulah. Adonan tepung yang susah payah dibuat oleh zia, ia tambahkan dengan
pewarna makanan. Awalnya zia tak menyadari, tapi saat ia akan menuangkanya
kedalam campuran tempe dan ikan. Mendadak kedua matanya terbelalak lebar.
“Hei!.....kau sudah bosan hidup.” Tukas zia kesal.
“Memangnya apa yang aku lakukan…”
“Hah…..lebih baik kau jangan menggangguku, selagi aku masih
bersabar.” Ucap zia menghela nafas menatap Honggi.
“Kau pikir kau mampu memasak semua ini….aku bisa jamin,
rasanya pasti tidak memuaskan. Kau lihat….mana ada adonan tepung sekental ini,
ini juga…..kau pikir aku dan nenek itu
kambing. Kenapa kau memotong sayuranya sebesar ini, waaaaahhhh…ini lagi,
sup ini mirip dengan makanan kelinci…banyak wortelnya.” Dumel Honggi meledek
zia.
“Kau sudah selesai bicara….”
“Belum..” jawab Honggi singkat. Keduanya kembali saling
menatap, kali ini Honggi sengaja menatap zia dengan tatapan menggoda. Walhasil
jantung zia berdebar-debar tak karuan.
Nenek yang masih tiduran dikamarpun terbangun mendengar
suara ribut dari arah dapur. Dengan sempoyongan nenek menghampiri keduanya.
“Kalian mirip anjing dan kucing…..kenapa kalian selalu
bertengkar, bahkan kalian mempermasalahkan hal sepele.” Dumel nenek sambil
menuang minuman.
“Nenek…..cucu nenek ini sering memarahiku, dia bertindak
seolah aku ini pembantunya nek, dia juga tak segan-segan untuk membentak ku. Terkadang
aku menjadi gampang terkejut nek.” Rajuk Honggi pada nenek. Melihat kelakar
Honggi, si nenek tertawa terkekeh-kekeh. Dengan wajah garang, tiba-tiba zia
memukul Honggi dengan pengaduk sayur. “Hei…..daripada kau terus menggangguku…lebih
baik kau pergi ke toko, kau tau kan….perlengkapan kamar mandi sudah minim.” Perintah
zia sambil berkacak pinggang menatap Honggi. “Aku tak akan pergi, mana bisa aku
belanja sendiri….seharusnya wanita yang lebih memahami.Lebih baik kita pergi
bersama.” Pinta honggi dengan senyum kecil tersungging di pipinya. Tapi zia
hanya diam saja sambil berlalu.
Dilain tempat, sepertinya Hyo sung dan ayahnya sudah
memasuki sebuah hotel yang mewah. Hyo sung sangat bahagia saat melingkarkan
tanganya ditangan sang ayah lalu berjalan menuju tempat yang telah dipesanya.
“Ayah mau pesan apa….kali ini biar aku yang traktir.” Ucap Hyo
sung sambil menarik kursi dan mempersilahkan ayahnya duduk.
“Benarkah….ayah boleh memesan apa saja sesuka ayah..?”
“Kenapa….ayah tak mau ku traktir, “ Presdir tertawa
terbahak-bahak mendengar ucapan hyo sung yang manja.
Tak lama kemudian petugas hotelpun datang membawa buku menu.
Lalu presdir menunjuk beberapa menu yang tetera di dalam buku itu. Hyo sung
terus saja tersenyum melihat ayahnya, sepertinya ia sangat bahagia memiliki
seorang ayah seperti dia.
“Kenapa….?” Tanya presdir kikuk.
“Ayah….aku sangat bahagia….dilahirkan sebagai putri ayah.
Ayah selalu memberiku banyak hal, apapun ayah lakukan untuk kebahagiaanku. Apa
ayah…..tak menginginkan sesuatu dariku.”
Presdir tersenyum mendengar kata-kata Hyo sung. “Cepatlah
menikah……sebenarnya, ayah ini sangat kesepian.”
“Ayah seperti kakak…..ayah menghawatirkanku. Ayah tau bukan…..kalau
diluaran sana banyak pria yang mengantri dibelakangku, aku hanya tinggal
memilih satu diantara mereka. Bukankah itu mudah.”
“Haaaaahhh…kau hanya membual saja…..buktinya sampai
sekarang, kau belum memperkenalkan satu priapun kepada ayah. Apa kau tau….semua
teman-teman ayah saling membandingkan cucu-cucu mereka, bahkan mereka juga
membanggakan menantu mereka. Disaat seperti itu, ayah hanya diam saja menyimak
pembicaraan mereka. Bukankah itu sangat menggelikan.” Papar presdir meluapkan
uneg-unegnya.
“Jadi ayah ingin cucu dan menantu hanya untuk jadi bahan perbandingan.”
Sungut Hyo sung kesal.
“Bukan begitu maksud ayah…..”
“Selama ini….tak ada satupun lelaki yang mampu menggetarkan
hatiku ayah. Aku akan terkesima pada dia yang hanya dalam satu tatapan mata
saja….sudah mampu menumbangkan hati seribu gadis. Dengan begitu….aku akan
bangga memilikinya, karna aku yang akan mengalahkan para gadis-gadis itu.”
Malam semakin larut, nampaknya zia sudah bersiap-siap untuk
pergi ke suatu tempat. Dengan memakai kemeja biru muda dan celana hot pantnya
ia melenggang keluar rumah, tapi Honggi yang tanpa sengaja melihatnya keluar,
dengan cepat menghadangnya.
“Kau mau kemana malam-malam begini..?”
“Bukankah tadi aku sudah bilang padamu, aku akan berbelanja.”
Jawab zia singkat sambil terus berjalan keluar.
“Baiklah….aku akan menemanimu.” Ucap honggi penuh semangat
“Hei….lebih baik kau jaga nenek dirumah. Mereka akan mengira
kita ini pasangan kalau kau menemaniku belanja.” Dumel zia menolak. Tapi Honggi
tetap memaksa. Akhirnya dengan berat hati zia pun membiarkanya ikut.
Hyo Sung dan ayahnyapun telah selesai menikmati makan
malamnya.
“Ayah….sudah beberapa tahun aku tidak berkunjung kesini, apa
ayah mau menemaniku berkeliling. Aku khawatir…..orang-orang tidak akan
mengenaliku sebagai putri ayah.” Pinta Hyo Sung manja. Presdir hanya tersenyum
menganggukan kepala mendengar permintaan putrinya.
Selang beberapa jam, sampailah zia dan Honggi disebuah mall.
Mereka masih saja berjalan beriringan berdua. Benar dugaan zia, semua orang
yang melihat berbisik kalau mereka adalah pasangan serasi. Apalagi saat melihat
tingkah mereka saat memilih barang.
Diluar dugaan ternyata Hyo sung dan ayahnya juga masuk
kedalam mall yang sama. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba perasaan pou tak
menentu. Ia langsung terperanjat kaget merasakan perasaan aneh dalam hatinya.
“Akhirnya mereka bertemu…” desah pou pelan.
Hyo Sung dan ayahnya berjalan beriringan sambil sesekali
melirik sana sini lalu tertawa saat melihat sesuatu yang mengingatkan akan masa
kecil Hyo sung. Di waktu yang sama, Honggi dan Zia pun melintas disampingnya.
Merekapun berpapasan saat sedang melihat-lihat barang dagangan dalam mall.
Seketika itu Honggi langsung menghentikan langkahnya, ia merasakan sesuatu yang
aneh pada dirinya. Tiba-tiba ia teringat saat ia bertemu dengan pria yang
tengah mencari zia kemarin siang.
“Perasaan apa ini…..rasa ini…sama seperti apa yang aku
rasakan, saat aku bertemu lelaki itu. Jantungku berdetak kencang tak beraturan,
keringat dingin juga membasahi tubuhku. Ada apa dengan perasaan ini.” Gumamnya
dalam hati, lalu perlahan menoleh kebelakang. Melihat siapa orang yang telah
melintas disampingnya.
“ Kau kenapa?” tanya zia penasaran sambil
cengingak-cenginguk ke arah pandangan Honggi. Zia lebih kaget lagi saat melihat
Honggi yang tiba-tiba gemetaran dan mendadak pucat. Tubuhnya tiba-tiba dingin
dan banyak mengeluarkan keringat.
“Hei….kau kenapa?...apa yang terjadi, kau jangan menakutiku.”
Ucap zia mulai panik sambil memegangi tubuh Honggi yang lemas.
“Mereka sudah datang…..aku sudah bilang padamu kan. Masa itu
akan datang, sakit yang kau rasakan adalah efek dari pergeseran masa lalumu.
Waktumu semakin berkurang..jangan terlalu lama dalam dunia ini, kita harus
segera menyelesaikanya.” Suara pou menggema keras dikedua telinga Honggi, lalu
iapun tak sadarkan diri.
“Honggi!....Honggi!...bangun….dasar payah…kenapa aku harus
direpotkan olehmu!!!!....” teriak zia geram.
“Huh…anak ini benar-benar lemah.” Desah pou di awan-awan
###
Pagi-pagi sekali Young Guk sudah memarkirkan mobilnya, lalu
ia bergegas berlari menuju ruanganya. Para sekretaris yang melihat langsung
berbisik tak menentu melihat kedatanganya yang tak biasa.
Setiba diruangan, ia langsung meraih telfon lalu menghubungi
asisten pribadinya.
“Halo…apa kau sudah berangkat.” Tanya Young guk
terengah-engah.
“Saya hampir saja sampai dihalaman kantor.”
“Segera kau putar balik, lalu pergi ke rumah zia…. Cepat
bawa dia kesini sekarang juga.”
Sementara itu sang putri BLUE agency baru saja membuka kedua
mata di ranjangnya yang empuk. Lalu berjalan menghampiri jendela yang langsung
menghadap bukit nan hijau. Sambil memejamkan mata, ia menghirup udara pagi itu
dalam-dalam.
“Halo ayah…..apa aku boleh bekerja dikantor ayah. Aku tak
ada pekerjaan selama cuti syutingku.” Rengek Hyo Sung dari dalam telfon.
“Datanglah ke kantor kakakmu, aku dengar dia sedang
membutuhkan seseorang untuk kepala bagianya yang baru.”
“Ayah…tidak bisakah aku bekerja bersama ayah, kakak tidak
akan mengijinkan aku mendekati wilayahnya.” Rengek Hyo sung manja mencari
alasan.
“Jangan khawatir….nanti aku yang akan bicara pada kakakmu.
Ayah ada rapat 10menit lagi, jadi ayah tutup dulu telfonya.”
Hyo Sung menghela nafas kesalnya, upaya untuk merayu ayahnya
ternyata sia-sia.
Tak lama kemudian, asisten pribadi Young guk sudah tiba
didepan rumah zia. Nampaknya pintu gerbang depan tak dikunci, tanpa
menghiraukan keadaan sekitar ia langsung nyelonong masuk saja kedalam.
Melihat kedatangan orang asing, sang nenek yang ternyata
sedang jongkok menata tanaman dibawahpun segera bangkit perlahan sambil
mengangkat ember air lumpur disampingnya. Lalu sambil berjalan berjingkat
sinenek mulai mendekati pria aneh itu, dan byyuuuuuurrrrrr…!!!”....bugh!!...bugh!!...”
“Ahh!!!....tolong!!!...tolong!!!,,,hentikan…..aduh!!...sakiiiittt!!!....”
teriak sipria itu histeris.
Mendengar suara teriakan itu, zia yang tengah selesai
mandipun kaget lalu berlari keluar melihat apa yang terjadi. Zia langsung
terbelalak kaget melihat neneknya sedang memukuli seseorang. Dengan cepat iapun
bergerak memegangi neneknya yang tengah membabi buta.
“Nenek!!..hentikan..apa yang nenek lakukan!!”….
Sipria itu merintih kesakitan sambil mengeluarkan sebuah
kartu nama dari dalam saku, lalu menyerahkanya pada zia. “Maafkan aku, mungkin
aku salah…..aku langsung masuk saja kerumah orang.”
Zia kaget saat melihat kartu nama yang dipegangnya itu
ternyata dari STAR agency.
“Star Agency!!”……seru zia tak percaya.
“iya….direktur kami ingin bertemu denganmu, jadi cepatlah
berdandan. Aku akan menunggumu di mobil.” Ucap pria itu beranjak pergi sambil
meringis menahan tubuhnya yang sakit.
Tak lama kemudian, zia berlari keluar rumah menghampiri
mobil yang sedari tadi parkir didepan rumahnya lalu melesat pergi.
Dilain tempat Hyo Sung juga tengah meluncur ke kantor
kakaknya, tapi ia mampir sebentar ke sebuah restoran faforit keluarganya. Ia
memesan makanan kesukaan kakak tercinta, sebenarnya ini lebih bisa dikatakan
sogokan.
Perlahan Honggi mulai membuka kedua matanya, kepalanya masih
terasa berat. Lalu perlahan ia beranjak
dari tempat tidurnya dengan tubuh sedikit terhuyung. Melihat gelagat Honggi
yang aneh saat keluar kamar, sang nenek langsung berkacak pinggang dengan kedua
mata yang terbuka lebar. Sepertinya ia sudah siap mengeluarkan sebuah bom atom
untuk menyerang Honggi.
“Kau semalam mabuk!!!”…..kata siapa kau diperbolehkan mabuk
disini!!!”….gertak nenek geram dengan suara paraunya. Honggi terperanjat
seketika begitu mendengar teriakan nenek yang amat keras.
“Tidak……aku tidak mabuk nek, kenapa nenek menuduhku yang
bukan-bukan.” Kata Honggi mencoba membela diri.
“Kau pikir kau mampu membodohiku!”,….jawab nenek tak mau
kalah sambil berjalan menghampiri Honggi dan mengendus tubuhnya. “Benar
juga…..tak ada bau alkohol ditubuhnya.” Gumam nenek dalam hati.
“Kalau kau tidak mabuk…..apa kau sakit.” Tanya nenek pelan
dengan memegangi dahi Honggi.
“Aku baik-baik saja nek…” jawab Honggi singkat lalu berjalan
menghampiri kursi makan.
“Zia kemana nek, kenapa sepagi ini dia sudah pergi.”
“Sepertinya seseorang tengah penasaran padanya, kalau nenek
tidak salah dengar…pria tadi menyebut direktur dari kemarin ingin
bertemu…..ya….kira-kira seperti itu.”
Honggi terhenyak kaget mendengar kata-kata nenek. Lalu
beranjak pergi kembali kekamar.
Selang satu jam akhirnya zia sudah sampai dikantor STAR
agency. Dalam hatinya masih tak percaya kalau ia diminta sendiri oleh direktur
untuk datang menemuinya. Ia bahkan tak merasakan gugup atau takut, ia malah
terlihat santai melenggang dengan gayanya yang tomboy.
“Tok….tok…tok…..Tuan…nona Yang sudah tiba.” Begitu sapa
asisten itu sambil membukakan pintu dan mempersilahkan zia masuk dengan
sopanya.
Zia melangkahkan kedua kakinya dengan perlahan, ia takut
kalau suara sepatunya memancing kebisingan.
“Silahkan duduk…” sapa Young Guk dengan senyum manisnya.
Tanpa banyak kata zia langsung menarik kursi dan duduk
dihadapan sang direktur. Akan tetapi tiba-tiba saja ia terkejut kaget saat
menatap wajah direktur. Sekelebat kejadian didepan lift kemarin saat audisi
sampo pun terngiang dikepalanya.
“Bukankah….bukankah anda yang aku tabrak didepan lift
kemarin.” Ucapnya panik
Young Guk hanya
menganggukan kepalanya pelan seraya tersenyum kecil kearah zia.
“Maaf…..jika saya telah mengganggu anda. Perkenalkan, nama
saya Jang Young Guk. Saya hanya ingin bertemu anda untuk menyampaikan sesuatu.”
Kata Young Guk tanpa basa basi.
“Tidak apa-apa…….saya hanya tak percaya saja kalau anda
meminta saya kesini, apalagi anda mengirim asisten pribadi anda untuk menjemput
saya.” Tutur zia tersipu malu
“Sebenarnya kemarin saya kerumah anda, tapi suami anda
menolak saya untuk menemui anda.”
“Apa…..suami!”…zia terkejut tak mengerti.
“Saya tak percaya, saya kira anda masih gadis…ternyata anda
sudah bersuami.” Tukas Young guk malu-malu. Sedangkan zia malah terlihat
cengengesan seperti orang bodoh.
“Gunakan bahasa formal saja biar kita bisa bicara nyaman
tanpa rasa canggung.” Pinta young guk seraya berdiri menghela nafas. Zia hanya
menganggukan kepala pelan.
“Begini….aku baru saja membuka staf bagian peran figuran,
melihat aktingmu kemarin aku ingin kau bergabung denganku.” Ucap young guk
membalikan badan menatap zia.
Zia agak terkejut tak percaya mendengarnya. “Apa……peran
pembantu….apa aku tidak salah dengar.”
“Untuk lebih jelasnya, nanti asistenku akan menjelaskanya
padamu.”
“Baik….terimakasih…” ucap zia dengan penuh suka cita lalu
berdiri meninggalkan ruangan, tetapi dengan cepat young guk menghalanginya.
“Mmmm….sebaiknya kau juga minta izin pada suamimu, terimakasih.”
Sekali lagi zia dibuat jengkel dengan kata-kata suami,
seolah-olah kata-kata itu telah membunuhnya. “Suami…..siapa suamiku, apa ada
orang lain yang mirip denganku atau….jangan-jangan aku dilahirkan kembar.”
Gumam zia yang masih terus memikirkanya.
Sementara itu Hyo sung sudah sampai di STAR agency, iapun
segera turun dari mobil dan langsung melesat ke ruangan kakaknya. Berkali-kali
ia melirik jam yang melingkar dipergelangan tanganya. Waktu terus saja
berjalan, ia takut kalau kakaknya telah pergi rapat. Iapun langsung mempercepat
langkahnya, tetapi tiba-tiba…..BRUAKh!!!!!.....
Ternyata tanpa diduga zia melintas dan menabraknya, hingga
membuat makanan yang ia bawa untuk kakanya jatuh berantakan dibaju dan
dilantai. Plaaaaaakkkk!!!!.......spontan Hyo sung menampar pipi zia.
“Apa kedua matamu itu hanya hiasan, kau pikir tempat ini
arena bermain, hingga kau harus berlari.Apa kau tak melihatku berjalan
dihadapanmu!!!!.....” gertak Hyo sung meradang dengan terengah-engah,
sepertinya ia sangat kesal. Gertakan Hyo sung langsung menyita perhatian
orang-orang yang melintas disekitarnya.
“Maafkan aku…..” desah zia lirih
“Hah…..hanya kata maaf…yang mampu diucapkan oleh mulut
orang-orang sepertimu.” Pungkas Hyo sung berlalu.
Zia menyandarkan tubuhnya ditembok sambil memejamkan mata,
ia masih merasakan panasnya tamparan Hyo sung. Hingga tanpa ia sadari
airmatanya jatuh menetes dipipi. Diusapnya airmata itu sambil menghela nafas
panjang, berharap rasa itu akan segera pergi.
Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya, tetapi tiba-tiba asisten Young
guk sudah berdiri di hadapanya.
“Ternyata anda disini, saya mencari anda dimana-mana. Mari
saya tunjukan ruangan anda juga saya jelaskan tentang kantor ini.” Ajak si
asisten yang berjalan didepan.
Young guk agak
terkejut dengan kedatangan Hyo sung. Melihat gelagat adiknya, ia hanya menghela
nafas sambil bersandar dikursi. Ia seolah tau apa yang tengah dialami adiknya.
“Kenapa…..” tanya Young guk lirih, tapi hyo sung hanya diam
dengan bibir manyun tanpa menatapnya sedikitpun.
“Kenapa lagi…..aku sudah mendapat pesan dari ayah. Bukankah
seharusnya kau tersenyum.” Ucap young guk lagi, tapi lagi-lagi Hyo sung hanya
membisu mematung tanpa kata.
“Gadis itu….selain telah mempermalukanku…dia juga merusak
suasana hatiku.” Gerutu Hyo sung dengan nafasnya yang sesak.
“Berhentilah kekanakan….bukankah kau sudah dewasa.”
“Kakak!”….gertak Hyo sung yang semakin kesal lalu
memalingkan wajah menatap tajam kakaknya. “Apa kakak harus mengatakan itu
padaku, kenapa kakak tak pernah mau mengerti aku.” Akhirnya airmata Hyo sung
menetes. Young Guk berjalan pelan menghampiri adiknya yang menangis
sesenggukan.
“Hyo sung….beginilah caraku menyayangimu, kakak tak ingin
seperti ayah. Apa kau ingin kakak memuji kesalahanmu.” Tutur Young guk sambil
memeluk erat adik semata wayangnya itu. Hyo sung tak kuat menahan tangisnya
dalam pelukan hangat sang kakak.
Honggi berdiri diambang jendela dengan kedua tangan terlipat
didada, kedua matanya jauh menerawang keatas awan. Terkadang sesekali ia memejamkan
mata sambil menghela nafas. Bulir-bulir air dari rambutnya yang masih basah
menetes mengalir dipelipisnya.
“Pria itu…..juga gadis itu, entah kenapa…tiba-tiba aku
menjadi penasaran denganya. Sepertinya aku sudah tak asing lagi dengan wajah
itu.” Tiba-tiba ia menggaruk-garuk rambutnya kesal.
“Tidak bisakah kau mengatakannya langsung padaku, kau bilang
waktunya akan segera habis….tapi caramu ini, bukankah malah mempersulit dan
menghambat waktuku.” Dumel Honggi yang semakin kesal.
“Apa kepalamu itu hanya penambah tinggi badanmu saja, apa
otakmu juga ikut mati.Bukankah kau tau, kalau aku tidak boleh ikut campur
urusan manusia. Mendampingimu saja itu sudah merepotkan, apa kau harus
mempersulitku dengan masa lalumu.” Dumel sipou yang tak mau kalah.
Tiba-tiba ditengah perdebatan itu ponsel Honggi berdering.
Melihat nama zia berkedip-kedip dilayar ponselnya ia langsung menjawabnya.
“Halo…..kau di…..” Honggi tak melanjutkan sapaanya.
“Suamiku…..bisakah kau menjemputku.” Ledek zia manja.
Honggi bergidik risi mendengar ucapan zia. “Apa kepalamu
terbentur sesuatu.”
“Hei!!!!”……siapa yang mengaku telah menjadi suamiku!!!”
bentak zia geram dengan suara cemprengnya.
Honggi langsung terbelalak mendengar teriakan zia lalu
terdiam sebentar dan…..”Hwahahahahaaaaaaaaa…….” Honggi tertawa lebar sambil
memegangi perutnya.
“Kau masih ada waktu untuk tertawa sampai aku tiba dirumah,
setelah itu…..aku akan menghabisimu.” Umpat zia semakin geram lalu mematikan
ponselnya.
“Hahahahaaa…gadis itu…mudah sekali dibodohi.”
Entah kenapa perasaan Honggi sangat bahagia saat itu.
Setelah mendapat telfon dari zia apalagi permintaan untuk menjemput dan
panggilan suami itu, seolah telah menyihir pikiran sadarnya. Senyumnya terus
saja mengembang dibibirnya yang merah nan tipis itu. Wajahnya nampak
berseri-seri dicermin sambil menyisir rambutnya yang agak pirang. Bahkan ia
melakukan suatu hal diluar dugaan pou yaitu, parfum. Honggi paling tak suka
bila ada bau wangi disekitarnya, tapi saat ini ia melihat dengan mata kepalanya
sendiri Honggi menyemprotkan parfum ditubuhnya. Setelah beberapa menit
berdandan dalam kamar, iapun melenggang keluar dengan santainya sambil sesekali
mulutnya komat kamit mendendangkan sebuah lagu.
“Kau nampak aneh hari ini, begitu bahagianya kau hingga kau
melanggar pantanganmu.” Celetuk pou tanpa ragu.
“Apa kebahagiaan itu memerlukan alasan, kalau iya….katakan
padaku apa alasannya.” Ucap Honggi dengan senyum manisnya tanpa menatap pou.
“Kau bahagia karna Zia…” tanya pou mencoba menebak.
“Sudah tentu aku bahagia karna dia, didunia ini hanya dia
yang aku miliki setelah kau. Setelah sekian lama akhirnya ia mau menganggapku
ada. Gadis itu terkadang kasar….terkadang halus…terkadang juga lucu. Kau
tau….ia tak pernah membuatku bosan selama aku bersamanya.” Papar Honggi dengan
wajahnya yang merona.
Pou terkejut lalu menghentikan langkahnya mendengar
penuturan Honggi. Tiba-tiba ada perasaan aneh menyelimuti pikiranya, semacam
mencemaskan sesuatu. Ya…..ia tengah mencemaskan perasaan Honggi, ia khawatir
kalau Honggi terpikat oleh zia.
“Tidak…..ini tak boleh terjadi, mereka tak boleh jatuh
cinta. Jangan sampai Honggi memiliki perasaan pada zia. Harus…aku harus
memastikanya.” Gumam Pou sambil berlari mengejar Honggi.
“Hei…Honggi, secantik dan semenarik apapun ia…tetap saja,
kalian tak bisa bersatu. Jadi aku sarankan jangan berharap terlalu jauh.” Tukas
Pou melancarkan aksinya.
“Waaaaahhhh….kenapa kau begini, kau berlebihan. Apa kau
mengkhawatirkanku….pria mana yang tak jatuh cinta bila melihat gadis secantik
dan semenarik zia.” Elak Honggi tertawa lebar.
“Hei…aku serius, sudah wajar kalau aku mengkhawatirkanmu.
Kalau aku sampai gagal melindungimu, aku juga dalam bahaya.”
“Benarkah.” Tanya Honggi sambil menatap pou.
“Selama bertahun-tahun aku mendapat gelar malaikat
pendamping terbaik, sebentar lagi aku akan dilahirkan kembali. Kalau sampai aku
gagal dalam tugas ini, maka aku akan menunggu seribu tahun lagi untuk
dilahirkan kembali.” Papar pou bersungut-sungut.
“Kau benar…..kita harus bisa dilahirkan kembali, setidaknya
untuk menebus dosa dimasa lalu.” Sorak Honggi kegirangan.
“Hei bodoh…kalau kita terlahir kembali, semua ingatan kita
dimasa kini telah sirna.”
“Ah….kau benar. Jangan khawatir…..kita pasti akan terlahir
kembali aku janji padamu, kau juga jangan terlalu mencemaskan perasaanku
terhadap zia.” Ucap Honggi meyakinkan pou seraya menepuk-nepuk punggungnya lalu
kembali meneruskan langkah bersama-sama.
Sementara itu zia mondar mandir kesal didepan kantor sambil
sesekali melihat jam tanganya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan Young
guk yang mendadak muncul dihadapanya.
“Maaf….apa aku mengejutkanmu.” Ucap Young guk basa basi. Zia
hanya tersenyum malu mendengar sapaan lembut pria bermata indah itu. Wajahnya
yang putih langsung merona merah.
“Apa kau sedang menunggu suamimu.”
Seketika wajah yang tadinya merah merona kini tiba-tiba
berubah menjadi merah padam, lantaran zia sebal mendengar kata-kata
direkturnya. Akan tetapi ia mencoba menutupinya dengan senyum manis yang sangat
ia paksakan.
“Kalau kau tak keberatan….aku ingin mengajakmu minum kopi
sambil menunggu suamimu datang.” Pinta Young guk tanpa ragu. Zia hanya
menganggukan kepala pelan lalu berjalan beriringan ke sebuah tempat, akan
tetapi tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
“Mmmm…..begini…maaf, bisakah anda…maksudku….kamu. Bisakah
kamu tak menyebut suamiku dikantor ini.” Tukas zia agak ragu. “Kenapa….” Young
guk berkerut penasaran.
“Ah…..agak tak nyaman saja.” Jawab zia enteng lalu
melanjutkan langkahnya.
Diluar dugaan rupanya Hyo sung melihat mereka melintas
didepanya, dengan cepat ia berlari mengejar untuk memastikanya. Ternyata benar itu adalah
kakaknya, iapun berbalik masuk kedalam kantor lagi. Tapi saat itulah ia melihat
seorang pria tengah berjalan menuju kearahnya.
Kharisma pria itu mampu membuat Hyo sung terpana, seorang
pria tinggi tegap berwajah tampan dengan style rambut yang acak-acakan dengan
tubuh yang meski dibalut dengan kemeja putih namun tetap saja mampu menampakkan
ototnya yang sixpack. Sungguh pria itu telah mampu mendebarkan jantung Hyo sung. Lambat laun pria itu
semakin mendekat, semakin tercium pula bau harum tubuhnya menusuk kedua lubang
hidung hyo sung, hingga tanpa sadar ia memejamkan kedua matanya dan
….“Bruagh!!!”……ponsel yang digenggamnyapun terjatuh.
“Maaf….ponsel anda terjatuh.”
Seketika Hyo sung langsung membuka mata begitu mendengar
suara itu. Betapa tercengangnya ia melihat pria itu sedang tersenyum manis
dihadapanya sambil mengulurkan ponsel. Sekejap ia telah tersihir oleh tatapan
tajam pria itu hingga ia hanya mampu terpaku tanpa suara sambil menerima
ponselnya.
“Pria itu….siapa pria itu….dia yang mampu menggetarkan
hatiku. Ya….dialah pria impianku.” Gumam Hyo sung dalam hati lalu berbalik dan
mengejar si pria namun ia kehilangan jejak.
Sedangkan si pria yang tak lain adalah Honggi, rupanya ia
tengah bersembunyi dibalik tembok. Ia kembali merasakan sakit kepala yang
menyakitkan, tapi kali ini lebih sakit dibanding biasanya. Ia sampai
menggelepar dilantai sambil terus memegangi kepalanya dan terus mengerang
kesakitan.
“Terus Honggi….kau harus mampu mengingat masa lalu itu,
sesakit apapun itu….cobalah untuk menahanya. Kau harus secepat mungkin
mengingat semuanya.” Ucap pou menggebu-nggebu ia seolah tak memperdulikan
Honggi yang menggelepar meronta
kesakitan.
“Arrrggghhhh!!!.....hah…haaahh….gadis itu….dia….hah…aku…aku
harus….mencoba mengingatnya…..kenapa sesakit
ini…haaah…hah…aarrggghhhhh!!!!....” Honggi terus berusaha memaksa dirinya
untuk mengingat masa lalunya, meski
tubuhnya bermandi keringat.
Perlahan samar-samar sekelebat bayangan silih berganti
melintas dipikiran Honggi. Seperti mimpi disiang bolong, namun mungkinkah itu
bayangan masa lalunya. Dalam kilasan bayangan itu, nampak pula bayangan seorang
lelaki dewasa kira-kira umurnya sebaya denganya. Wajah itu nampak tak asing di
ingatanya. Ada pula bayangan lelaki lain, yang ini umurnya lebih tua darinya.
Tanpa diduga wajah Hyo sung tiba-tiba muncul dalam
bayanganya hingga mengejutkan hatinya, hal itu membuat pikiranya semakin
menyakitkan. Namun ia terus memaksa pikiranya untuk mengingat semuanya.
Tiba-tiba ia terhempas keras ketembok lantaran dalam bayangan itu, Hyo sung
memanggil pria yang sebayanya dengan sebutan kakak lalu mendadak wajah kakaknya
muncul bersama pria itu.
Honggi tersadar sambil terengah-engah mengingat semua
bayanganya. Ia tak percaya akan apa yang telah ia ingat, terlebih lagi ia
melihat wajah kakaknya bersama hyo sung.
“Bagaimana……apa kau mengingat sesuatu.” Tanya pou yang sudah
kehilangan kesabaran. Namun Honggi hanya menjawabnya dengan anggukan kepala
saja.
“Apa yang kau lihat.”
Sebelum Honggi menjelaskan semuanya pada pou, tiba-tiba
ponselnya berdering. Sepertinya zia sudah lama menunggunya, terlihat dari layar
ponselnya ada 5 panggilan tak terjawab dari zia.
“Halo…” sapa Honggi pelan sambil berusaha menutupi sakitnya.
“Malam ini kau ingin tidur diluar atau tidak mendapat jatah
makan malam.”
“Apa.”
Honggi kaget dan tak terima, ingin sekali membantah ucapan
zia namun apa daya ia tak punya tenaga lebih untuk berdebat.
“Aku minta maaf…..aku akan segera datang, kau tutup dulu
telfonya.” Jawab Honggi pelan lalu beranjak berjalan keluar meski tubuhnya
gemetar.
Kening zia berkerut saat mematikan ponselnya, sepertinya ia
merasakan keanehan dalam diri Honggi. “Kenapa hari ini dia menurut, dia tak
berkomentar sedikitpun. Apa telah terjadi sesuatu denganya.”
“Lebih baik kau ikut mobilku saja, sepertinya dia tidak
datang.” Celetuk Young guk yang baru keluar dari kamar mandi.
“Terimakasih…..dia dalam perjalanan kemari. “
Tak lama kemudian Honggipun datang dengan berlarian.
Langkahnya berubah pelan saat ia melihat sesososk pria yang tengah berdiri
disamping zia. Sepertinya wajah itu baru saja dilihatnya, samar-samar ia
teringat bayanganya tadi. Benar….pria itu memang muncul dalam bayangan masa
lalunya, dia tengah menggandeng tangan kakaknya sambil tertawa riang. Dengan
terengah-engah ia terus memandangi wajah pria itu. Tubuhnya berdiri mematung
tak jauh dari zia berdiri.
“Pria itu…..dia juga muncul dalam masa laluku, siapa
dia….kenapa dia menggandeng tangan kakak. Getaran yang kurasakan sama seperti
dengan gadis tadi, mereka muncul dalam masa laluku.” Gumam Honggi yang masih
terus berusaha mengingat masa lalunya.
“Akan lebih baik lagi…kalau kau juga ingat nama mereka,
sayangnya pertimbangan permintaanmu terlalu berat. Jadi terpaksa memorimu
terhapus semua.” Ucap pou sambil melipat tangan didada diawan-awan.
Ziapun menyadari kedatangan Honggi, iapun segera berjalan menghampiri
dan meraih tangan Honggi dengan lembut lalu mengenalkan pada direkturnya.
“Perkenalkan…dia Kim Honggi.”
Honggi dan Young guk saling berjabat tangan seiring dengan
ucapan Zia. Kini kedua pasang mata itu mulai saling menatap. Namun Honggi agak
terbelalak sedikit, ternyata sorot tatap mata Young guk telah memberinya sebuah
bayangan lagi.
“Tidak…..tatapan mata itu….” Gumam Honggi mencoba menerka.
“Namaku Jang Young guk, senang bertemu denganmu.” Sapa Young
guk dengan nada dingin. Namun Honggi hanya diam menganggukan kepala dan terus
menatapnya. Zia menggelengkan kepala melihat sikap Honggi yang aneh.
“Baiklah….aku pergi dulu.” Pungkas young guk melambaikan
tangan dan berlalu.
“Tunggu…” seru zia menghentikan langkah Young guk.
“Begini….mengenai suami, sebenarnya…..dia bukan suamiku,
kami tak punya hubungan apapun. Kami hanya saling kenal dan aku menolongnya,
kira-kira begitulah hubungan kami.” Papar zia mencoba menjelaskan dengan ragu.
Honggi kaget tak percaya dengan apa yang dikatakan zia, ia sama sekali tak
menduganya.
“Kenapa kau begitu….bukankah kita tinggal bersama.” Elak
Honggi mencoba menyela, tapi dengan cepat kedua tangan zia langsung membungkam
mulutnya.
“Apa katamu….” Young guk lebih mendekat pada zia untuk lebih
jelasnya.
“Mmmm…intinya begini. Aku…adalah gadis yang belum menikah,
jadi mulai detik ini tarik ucapan suami dari mulutmu.” Ucap zia tersipu malu.
“Aaa…jadi begitu….Baiklah….terimakasih, sampai jumpa.”
Sepeninggal Young guk, Ziapun melepas bungkaman tanganya
sambil menghela nafas panjang.
“Hei…apa kau sudah gila, kau tau kenapa aku melakukan itu.”
Dumel Honggi tak terima.
“Aku melakukanya untuk melindungimu, wajah pria itu sangat
tidak meyakinkan. Bagaimana kalau dia menggodamu.” Imbuh Honggi lagi.
“Apa….melindungiku, kata suami kau sebut dengan
melindungiku. Waaahhh….kau ini pintar atau sangat bodoh sekali ya.
Kau….mempermalukanku….bukan melindungiku.” Sungut zia yang mulai meradang.
“Setidaknya dia tidak mesum sepertimu.” Imbuh zia seraya
mengalihkan pandangan.
“Hei!!...Yang Zia Mie!!!....apa kau sudah tidak waras.”
Gertak Honggi yang mulai kesal.
“Tidak….sepertinya kau yang mulai tidak waras. Apa kau tidak
merasa sikapmu hari ini aneh. Saat aku memintamu datang dengan teriakan, tak
biasanya kau menurut. Lalu…tatapan matamu yang lebar pada direktur seolah-olah
kau telah melihat hantu. Kenapa…..kenapa denganmu.” Berundul zia sambil
mendekatkan wajahnya pada honggi.
Honggi terhenyak kaget, jantungnya berdegub kencang saat
menatap kedua mata lebar zia.
“Kau jangan khawatir….aku tidak apa-apa.” Jawab Honggi
sambil mendorong dahi zia dan berlalu pergi.
Sementara itu Hyo sung yang masih sibuk mondar mandir
mencari asisten pribadi kakaknya didalam kantor kini mulai merasa lelah dan
putus asa. Ia sandarkan badanya ditembok sambil menata nafas. Namun dalam
istirahatnya itu, ia melihat Honggi dan zia melintas tak jauh dari hadapanya.
Dengan cepat ia bangkit dari duduknya lalu mengamati Honggi.
“Itu….bukankah dia pria yang tadi….kenapa mereka bersama.
Bukankah dia wanita yang kutampar tadi, sepertinya mereka akrab.” Gumam Hyo
sung yang masih terus mengawasi dari jauh.
Setiba dirumah zia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur,
lalu menghentak-hentakan kedua kakinya sambil menutup wajahnya. Ia tertawa
terbahak-bahak setelah apa yang dialaminya hari ini. Mendengar suara gaduh dari
kamar zia, sang nenek penasaran dan menghampirinya.
“Apa yang terjadi…apa kau dilamar seseorang.” Tanya nenek
berjalan mendekati zia.
“Nenek…..aku akan segera jadi artiiiiiiiissss!!!!!.....”
sorak zia kegirangan sambil memeluk erat neneknya.
“Apa…..artis.”
“Iya nek…..pria yang nenek pukuli tadi, dia adalah asisten
pribadi direktur STAR agency. Direktur sendiri yang memintaku untuk bekerja
diperusahaanya.” Papar zia menjelaskan pada neneknya dengan wajah yang berbinar-binar.
“Benarkah……benarkah cucu kesayanganku akan menjadi artis.
Waaaaaaahhhhh….terimakasih Tuhaaaaaannnn…….”
Honggi dan pou yang sedari tadi menguping dari balik tembok
menghela nafas bersamaan sambil melipat tangan didada lalu kembali kekamar.
“Begitu senangnya ia kalau jadi artis.” Gerutu Honggi
Waktu terus berputar dari detik menit ke jam, malampun
semakin larut. Namun rupanya Honggi tak bisa memejamkan mata. Ia masih
berguling kesana kesini, sepertinya ia gelisah. Dengan gusar ia bangkit dari
tidurnya lalu mengarahkan pandanganya keluar jendela, menatap gelapnya langit
malam yang tanpa bintang.
“Kenapa….kau tak bisa tidur.” Sapa pou yang tiba-tiba
muncul.
“Iya….orang-orang yang muncul dalam bayangan masa laluku,
kini juga muncul dalam hidupku. Itu artinya mereka ada kaitanya dengan kematian
kakak ku, tapi yang membuat aku gelisah. Pria yang bersama zia tadi…..dalam
bayanganku dia menggandeng tangan kakak.” Papar Honggi antusias lalu menoleh
menatap pou. Begitu menoleh Honggi kaget bukan kepalang saat melihat pou sudah
terkapar ditempat tidur.
“Hei!!!......kau pikir aku sedang mendongeng untukmu!!!”
gertak Honggi kesal sambil menghampiri pou. Namun apa daya, meski Honggi dengan
sekuat tenaga menggoyang-goyangkan tubuhnya, sipou tetap tak bergeming
sedikitpun. Lalu terdengar bunyi aneh dari dalam perut pou. “Krruukk…”
“Apa…..jangan bilang kalau kau lapar.”
Pou langsung menganggukan kepalanya begitu mendengar ucapan
Honggi. Sedangkan Honggi mendesah kesal menatap pou.
Honggi terpaksa keluar kamar mencari makanan, ia berjalan
berjingkat pelan agar tak membangunkan zia dan nenek. Dengan sangat hati-hati
ia mengendap-endap dan cengingukan kesana kesini agar tak ketahuan. Akan tetapi
saat melintasi kamar zia, disaat yang bersamaan zia tiba-tiba muncul dari balik
pintu. Kontan saja zia kaget dan berteriak, tapi dengan cepat Honggi langsung
mendorong tubuh zia dan membungkam mulutnya.
Tanpa diduga kaki zia tersangkut sebuah kain
dan……..bruagh!!!........merekapun jatuh terjerembab diatas kasur. Zia tak terima
dengan perlakuan Honggi, iapun sekuat tenaga meronta sambil memukuli Honggi.
Honggipun tak mau kalah, ia masih mampu menahan pukulan-pukulan zia, namun ia
merasa kewalahan saat zia terus saja meronta.
Dengan sangat terpaksa sekali lagi Honggi harus mendorong
tubuh zia, kali ini ia harus menindihnya. “Ssssssttttt…..” desis Honggi sambil
membuka bungkamanya.
Zia terengah-engah, marah, kesal dan geram menjadi satu saat
menatap Honggi, tenaganya sudah tak cukup untuk melawan tubuh Honggi yang
kekar.
“Jangan bergerak, apalagi berteriak kalau kau tak mau nenek
terbangun dan menghukum kita.”
“Kenapa…..” tanya zia yang masih terengah-engah.
“Kau tak sadar bagaimana posisi kita, dengan posisi yang
sulit dijelaskan ditempat tidur ini…sudah pasti nenek akan mengira kita berbuat
itu.” Ucap honggi menjelaskan dengan pelan.
“Kau sengaja kan, kau pasti telah merencanakan sesuatu untuk
menyelinap kekamarku. Kau memang mesum…kau lihat saja besok kalau….” dumel zia
yang sepertinya sudah tak tahan. Tapi sebelum suara zia mulai terdengar keras
dengan cepat Honggi mendekap wajah zia
kedalam pelukanya tapi…..”Aaarrgghhh!!!....pekik Honggi dengan suara yang
tertahan.
“Kenapa kau menggigit dadaku.”
“Kau tak mau bangkit dari tubuhku…atau kau menunggu aku
menendangmu.” Ancam zia semakin kesal. Honggi tersadar lalu dengan cepat
bangkit dari atas tubuh zia sambil menahan malu.
“Kenapa kau mengendap-endap….apa yang sedang kau lakukan
ditengah malam begini.” Tanya zia ketus. Namun Honggi hanya membisu menghindari
tatapan perempuan itu. Lalu berbisik pelan. “Aku lapar…..”
“Apa!!!”……zia terkejut tak percaya.
“Karena kau terbangun, bagaimana kalau kau buatkan makanan
untuk ku.”
“Tidak….” Jawab zia tegas seraya menggelengkan kepala.
“Baiklah…..aku akan berteriak.”
Wajah zia merah padam, berkali-kali ia menghela nafas
panjang menahan amarah karena ulah Honggi yang menjengkelkan. Dengan berat hati
iapun beranjak dari tempat tidurnya.
Disaat tengah malam begini, tak banyak bahan makanan yang
tersisa didalam kulkas. Hanya ada dua butir telur, sayuran dan sosis. Tanpa
banyak kata lagi, zia langsung mencincang bahan lalu mencampur jadi satu dan
menumisnya.
“Oh iya…..aku hampir lupa, ngomong-ngomong kemana perginya
pou. Sejak kau tinggal disini aku tak pernah melihatnya.” Tanya zia
ditengah-tengah kesibukanya.
Honggi terperanjat kaget, ia terdiam panik dan tak tau harus
menjawab apa.
“Apa kau tertidur…?” tanya zia lagi sambil menoleh
menatapnya.
“Aaa…dia…dia kembali ke asalnya.” Jawab Honggi gugup.
Tak lama kemudian makananpun telah siap, dengan hati-hati
zia menuang makanan itu dipiring, lalu dengan cepat Honggi membawanya pergi,
namun….”Hei…..mau kau bawa kemanan makanan itu.”
“Aku akan memakanya dikamar, aku takut kalau nenek
terbangun.” Bisik Honggi pelan dan berlalu.
Begitu tiba didalam kamar, Honggi menghela nafas
panjang sambil memegangi dadanya.
“Apa kau ketahuan…sepertinya aku mendengar suara gaduh dari
kamar Zia.” Tukas pou yang langsung melahap makananya.
“Zia mendadak bangun dan keluar dari kamarnya, jadi terpaksa
aku menyergapnya.” Jawab Honggi sambil tiduran.
“Kau….kontak fisik denganya!” Berundul pou mulai panik.
Karena kantuk tak tertahankan Honggi hanya mengangguk saja. “Sudah aku bilang,
kau tak boleh kontak fisik dengan manusia apalagi dengan wanita!....kenapa kau
melanggarnya” dumel pou menghentikan makanya lalu memelototi Honggi. Dengan
gusar Honggipun bangun lalu membalas menatap tajam dengan kedua kening yang
bertautan.
“Semua ini tak kan terjadi kalau kau tak kelaparan ditengah
malam. Aku sudah mengendap-endap layaknya maling, kalau zia bangun….apa itu
keinginanku. Aku terpaksa menyentuhnya untuk melindungimu juga. Apa kau tau
kalau dia tadi mencarimu.” Pou menggeleng melanjutkan makanya.
“Seharusnya kau berterimakasih padaku, bukanya malah
memarahiku” gerutu Honggi
“Kau benar, kini aku sudah menjadi manusia. Ini masih
terlalu dini untuk Zia ketahui. Tapi tetap saja….aku tak mau berterimakasih
padamu. Karena kecerobohanmu, kau hampir mencelakaiku.”
“Hei!”…..gertak Honggi kesal.
“Kau masih berani protes. Kau pikir aku tak tau apa yang ada
di otakmu saat melihat Zia. Aku…sebentar lagi akan menjadi manusia seutuhnya,
kalau kau membuang pikiran kotormu itu.” Dumel pou lagi yang semakin meluap.
Tiba-tiba pou meletakan makananya lalu berdiri sambil
merapikan diri dan rambutnya yang kusut.
“Kini….aku punya nama, kau jangan lagi memanggilku pou.
Panggil aku Jaejin.” Ucapnya dengan kedua tangan terlipat didada, seraya
menatap Honggi dengan penuh bangga. Honggi hanya mencibir lalu membuang muka.
“Kuberitahu kau.” Kata Jaejin merangkul pundak Honggi.
“Tanpa sengaja, senior keceplosan padaku. Disuatu hari
nanti….akan ada seorang gadis yang dengan rela memberi separuh energinya
padamu.” Honggi terkejut dengan ucapan malaikatnya. “Apa maksutmu….”
“Kalau aku tau…semua akan selesai sekarang.” Pungkas sang
malaikat sambil merebahkan tubuhnya.
“Apa senior tak memberitahumu, siapa gadis itu….lalu,
bagaimana caranya dia memberi energi padaku. Paling tidak ciri-cirinya saja.”
Hardik Honggi menyusul Jaejin yang sedang rebahan.
“Apa kau akan mencarinya, meski keujung dunia.” Jaejin mulai
melotot lagi kearah Honggi. “Kau lupa tujuanmu datang kedunia ini, kau ingin
aku mengingatkanmu lagi.” Kali ini jaejin mengangkat kepalan tanganya dengan
geram. Sedangkan Honggi, lagi-lagi hanya mampu mencibir.
Sementara itu, Zia tak mampu memejamkan mata. Ia terus
terbayang saat Honggi mendekapnya. Entah kenapa, tiba-tiba jantungnya berdetak
tak menentu.
“Apa yang terjadi padaku, seperti ada sesuatu yang menjalar
ketubuhku, saat Honggi menyentuhnya. Rasa tersentak yang tak biasa, malu dan
salah tingkah. Kenapa…..” desah zia sambil membenamkan dirinya kedalam selimut.
Hari ini mungkin nampak tak seperti biasanya, pagi-pagi
sekali Hyo sung dan Young guk sudah duduk dengan rapi dimeja ruang makan
menunggu ayahnya turun dari kamar. Wajah mereka nampak berseri bahagia.
“Sepertinya kakak sedang bahagia, tak biasanya kakak bangun
sepagi ini.” Celetuk Hyosung basa basi mencoba menggoda kakaknya.
“Sepertinya suasana hatimu juga sedang baik, apa kau sudah
mendapatkan pasangan.” Balas Young guk tak mau kalah, sambil tersenyum genit
menatap adik semata wayangnya. Merekapun spontan tertawa bersama.
“Ehm…ehm….sepertinya semalam ayah tidak bermimpi apa-apa,
tapi kenapa mendadak putra putriku bersikap aneh.” Sahut sang ayah yang turun
dari tangga.
“Ayah berharap, kalian tetap seperti ini selamanya. Suatu
saat nanti, keluarga kecil ini…pasti akan menjadi sebuah keluarga yang besar.”
Ucap presdir Jang seraya tersenyum bangga.
“Ayah terlalu berlebihan, aku hanya senang bisa bekerja
bersama keluarga. Namun terkadang kakak masih mempersulitku.” Gerutu Hyo sung
manja menatap kakaknya.
“Hei…..sudah kubilang, kalau dikantor kau jangan bersikap
kekanakan.”
“Jangan berdebat dimeja makan, cepat habiskan makanan
kalian. Jujur…..ayah bangga pada kalian.” Puji presdir sambil menatap anaknya
bergantian.
Pagi-pagi sekali Zia sudah bangun dan mempersiapkan sarapan.
Hari ini adalah, hari pertamanya masuk kerja setelah penantianya sekian tahun.
Melihat perubahan pada sikap cucunya, sang nenek merasa senang.
“setelah kejadian itu, baru kali ini aku melihat zia
melakukan aktifitas normalnya.” Gumam nenek yang mematung diambang pintu sambil
mengamati zia.
“Nenek sudah bangun.” Sapa zia seraya tersenyum lebar
menyapa nenek kesayanganya.
“Cucu nenek sangat rajin. Sepertinya kau sangat antusias
untuk menjadi seorang artis.”
“Nek, apapun yang terjadi..aku tetap cucu nenek dan
nenek…adalah nenekku yang tercinta. Nenek jangan khawatir, meski aku jadi artis
terkenal…aku akan tetap disisi nenek.” Ucap Zia sambil merangkul neneknya dari
belakang.
“Kini kau sudah dapat pekerjaan, haruskah aku juga bekerja.”
Celetuk Honggi yang baru keluar dari kamarnya dengan terhuyung-huyung.
“Tetap saja, kau harus bekerja dan bayar uang sewa.” Jawab
zia ketus.
“Wanita ini…..seharusnya semalam kubereskan dia.” Gerutu
Honggi dalam hati.
“Semalam….apa terjadi sesuatu, sepertinya nenek mendengar
suara ribut-ribut.” Honggi dan Zia serentak terkejut mendengar ucapan nenek
lalu saling berpandangan.
“Eee…..sepertinya airnya sudah penuh.” Elak Honggi mencari
alasan dan langsung nyelonong kekamar mandi. Begitu juga dengan Zia, iapun
segera berpamitan kekantor takut ketahuan.
“Nenek….sepertinya sudah siang, aku berangkat dulu.”
Sang nenek hanya menggelengkan kepala melihat gelagat mereka
yang aneh.
Setiba dikantor, zia langsung mendapat telfon dari sang
direktur agar datang keruanganya.
“Zia, mulai hari ini kau bekerja bersama manager Hyo sung.
Karena dia yang bertanggung jawab dalam bidang ini. Apa kau tidak keberatan.”
“Tidak,….terimakasih.” sapa zia dan berlalu pergi.
Tok….tok….tok….begitu selesai mengetuk pintu, Zia masuk
kedalam ruangan. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat wanita yang tengah
duduk itu tak lain adalah orang yang menamparnya kemarin. Begitu juga dengan
Hyosung, ia sama sekali tak menduga kalau nama yang ia pilih itu adalah wanita
yang ditamparnya kemarin.
“Silahkan duduk. Perkenalkan…namaku Jang Hyo sung dari
bagian staf manager kakak ku.” Ucap Hyo sung memperkenalkan diri. Zia agak
terkejut mendengarnya, namun ia tetap berusaha tenang. Tak bisa dipungkiri
kalau dalam hatinya sangat tak nyaman dengan atasanya terlebih setelah sedikit
mengenalnya.
“Gadis ini, kalau saja kau bukan atasanku…pasti aku sudah
menghajarmu. Ternyata kau masih kekanakan….kau pikir, dengan menyebut Young guk
kakak….aku akan takut. Kau salah, aku…bukan tipe gadis yang bisa kau
permainkan.” Batin Zia dalam hati.
“Kau….kenapa harus kau yang aku pilih. Menurutku ini adalah
sebuah takdir, jangan kira kau mampu memperdaya kakak ku. Lalu…tentang pria
itu, kalian terlihat akrab sekali. Tapi….semua itu tak kan lama, karna aku akan
mengambilnya darimu.” Gumam Hyo sung dengan senyum liciknya.
“Nona Yang Zia mie….bagaimana ini, jika dilihat dari segi
umur….kau lebih tua dariku. Tapi…jika dari management….aku adalah atasanmu,
lalu….aku harus memanggilmu apa.”
Zia menengadahkan kepala menatap Hyo sung dan berkata.
“Bagaimana kalau formal saja, kita saling memanggil nama.
Namun….akan terlihat tidak sopan kalau sampai orang luar tau. Kita akan saling
memanggil nona…agar mereka tidak curiga.”
Hyo sung terperangah mendengar penuturan Zia yang terlalu
berani terhadapnya. Perlahan ia bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati
gadis bermata indah itu.
“aku sangat terkejut dengan ucapanmu.”
“Maksud anda…..apa aku terlihat sangat jelas membenci anda.”
Tantang zia dengan senyum kecil diujung bibirnya.
Hyo sung menghela nafas dan kembali menghampiri tempat
duduknya.
“Kenapa kau sangat terbuka, seharusnya kau bersifat manis
padaku agar tujuanmu tercapai. Sepertinya kau tak takut kupecat.” Ucap hyo sung
dengan pandangan tajam menatap zia. Zia terdiam sejenak melihat hyo sung yang
mulai meradang, lalu tersenyum kecil.
“Tidak….kenapa, karna aku bukan udang yang suka sembunyi
dibalik batu.” Pungkas zia dengan tegasnya.
Sementara itu Honggi masih berkeliaran kesana kesini mencari
pekerjaan, namun tak jua dapat yang sesuai dengan keinginanya.
“Sudah berapa kerjaan yang kau tolak, kenapa masalah
pekerjaan saja kau juga pilih-pilih.” Dumel jae jin yang mulai kelelahan.
“Hei!....meskipun hanya pekerjaan, aku tak mau bekerja
sembarangan. Aku akan bekerja jika pekerjaan itu sesuai dengan imageku. Mana
mungkin, cowok setampan dan sekeren aku bekerja sebagai pelayan restoran.”
Terang Honggi sambil membenahi penampilanya.
“Apa….apa kau bilang. Kau benar-benar tak waras.” Sungut
jaejin kesal.
Tanpa
sengaja Young guk melintas tak jauh dari mereka, dan melihat kedua orang itu
sedang berdebat. Tanpa pikir panjang iapun segera menghampirinya. Melihat
kedatangan Young guk kearahnya, kedua mata Honggi langsung memicing seakan
hendak menangkap mangsa.
“Apa kabar….apa kau sedang menunggu seseorang.” Sapa Young
Guk sambil menarik kursi disamping Honggi. “Tidak.” Jawab Honggi singkat.
“Tapi sepertinya kau sedang berbicara dengan seseorang.”
“Apa aku perlu menjelaskan padamu tentang apa yang aku
lakukan.” Ucap Honggi dingin.
Young Guk agak tak enak hati mendengar jawaban Honggi, ia
menjadi salah tingkah lalu mengalihkan pandangan seraya menghela nafas kesal.
“Ada perlu apa anda kesini, aku pikir anda selalu sibuk
bekerja.” Tukas Honggi mencairkan suasana yang berubah dingin.
“Hmmm…tidak ada apa-apa, aku hanya tak sengaja lewat dan
melihatmu duduk disini.”
“O….jadi kebetulan saja.”
Young Guk terdiam menatap pria berambut pirang dihadapanya
itu. Menyadari kalau dirinya diperhatikan, Honggi perlahan merubah posisi
duduknya seraya berkata.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya, hingga kau harus
menatapku seperti itu.” Ucap Honggi membalas tatapan young guk.
“Mungkin belum…mungkin sudah.” Jawab young guk datar.
Honggipun tersenyum sambil menggeliat mendengar ucapan young guk.
“Maaf…bisa kita memakai bahasa formal saja, aku kurang
terbiasa.” Celoteh Honggi. Sedangkan Young guk hanya tersenyum sambil
menganggukan kepala.
“Kau benar…..mungkin pernah mungkin belum. Bagaimana aku
harus mengatakan belum, sedangkan kau adalah orang yang berpengaruh. Semua
orang pasti sudah pernah bertemu denganmu.” Ungkap Honggi cengengesan.
“Apa aku boleh bertanya sesuatu.” Pinta Young guk mendekat.
“Tentu…”
“Kenapa kau harus mengaku kalau kau adalah suami zia, apa
kalian punya hubungan.”
“Aku pikir kau ingin bertanya apa, ternyata masalah kecil
itu kau pikirkan juga.” Jawab Honggi beranjak dari duduknya. “Maaf…..untuk hal
pribadi sebaiknya disensor saja.” Imbuhnya berlalu begitu saja sambil menepuk pundak
Young guk.
Young guk merasa tersinggung dengan sikap Honggi. Ditatapnya
terus lelaki yang berjalan menghampiri pintu itu hingga bayanganya hilang
diantara deretan mobil yang terparkir didepan.
“Sepertinya aku pernah bertemu denganya, entah kenapa
wajahnya tak begitu asing diingatanku.” Gumam Young guk dalam hati.
Honggi terus melenggang sambil sesekali menata rambut dan
penampilanya. Baru beberapa langkah ia meninggalkan cafe, samar-samar ia
mendengar suara teriakan orang memanggil namanya. Karena penasaran, perlahan ia
membalikan badan lalu melayangkan pandangan mencari asal sumber suara
tersebut.
Pandanganya terhenti pada sosok pria berbaju coklat yang
tengah berlari kecil menghampirinya. Dalam hatinya bergumam, “ Siapa orang
ini…..bagaimana ia bisa mengenalku, sedangkan aku sama sekali tak mengenalnya.”
Pria itu langsung memeluk Honggi dengan erat sambil
menepuk-nepuk punggungnya, seolah mereka telah berpisah untuk waktu yang lama.
Hingga tanpa terasa pria itu meneteskan airmatanya. Honggi semakin tak mengerti
dengan sikap orang itu, karena merasa tak mengenal Honggi dengan kasar
mendorongnya.
Kontan saja pria itu kaget, namun ia kembali mencoba memeluk
lagi. Tapi lagi-lagi Honggi mendorongnya, kali ini ia tambah sedikit menjauh
dengan tatapan aneh.
“Kau lupa padaku…..bagaimana kau bisa melupakanku, aku
tau…..kau pernah kecelakaan fatal, tapi…..mungkinkah kau melupakanku.” Ucap
pria itu dengan suara seraknya.
Honggi yang tadinya menjauh, kini perlahan mendekat sambil
mengernyitkan kening menatapi pria paruh baya yang berdiri dihadapanya itu.
“Anda mengenaliku…..?” tanya Honggi penasaran.
Sipria hanya menganggukkan kepala sambil menggigit bibir
menahan airmata yang terbendung dikedua ujung matanya.
“Tapi anda siapa….?” Tanya Honggi lagi.
“Honggi!...aku pamanmu, aku Jisung pamanmu. Meski
paman…..tapi kau memanggilku ayah, kau sangat bahagia memilikiku. Cobalah kau
mengingat sedikit saja tentang pamanmu ini.” Papar sipria yang ternyata adalah
paman Honggi.
Airmata yang telah susah payah ditahanya akhirnya tumpah
juga, didalam pelukan Honggi.
“Malang sekali nasibmu……kau harus kehilangan semuanya. Tapi
jangan kuatir, paman tak akan meninggalkanmu lagi, paman akan terus menjagamu.
Maafkan paman….karena kecerobohan paman kau harus hidup sebatang kara.
Seandainya malam itu paman terus mendampingimu, mungkin kau tak akan
sendirian.” Imbuh paman mengenang masa lalu dengan derai airmatanya yang
semakin mengucur deras.
Honggi semakin tak mengerti dengan apa yang diutarakan pria
yang mengaku sebagai pamanya itu. Jujur saja, ia antara percaya dan tak percaya
menanggapinya. Namun jika dilihat dari airmata dan sorot matanya, pria itu
terlihat seperti tengah menyesali masa lalunya.
Akhirnya pria itu membawa Honggi ke rumahnya. Awalnya Honggi
menolak, namun karena ia penasaran, iapun terpaksa mengikuti keinginan pria
itu.
Sepanjang perjalanan Honggi hanya diam menatap sekeliling
yang tengah dilalui mobil sambil menggigit jari jempolnya.
“Hai!”……apa yang kau pikirkan.” Celetuk jaejin si malaikat
yang tiba-tiba muncul dijok belakang.
“Kau…..kenapa kau mengikutiku.!” Gertak Honggi dalam
hati.
“Kenapa kau bertanya seperti itu, kita ini ibarat amplop
dengan perangkonya….kemana-mana selalu bersama.” Honggi tersenyum geli
mendengar ucapan si jaejin, tapi dengan cepat ia sembunyikan senyumanya karena
takut ketahuan sang paman.
“Kita mau kemana paman?” tanya Honggi memulai pembicaraan.
“Kita akan kerumahmu, rumah dimana dulu kau dibesarkan oleh
kakakmu.” Kening Honggi mengkerut memikirkan ucapan pria yang tengah sibuk
menyetir itu.
Young Guk duduk terdiam di ruanganya, sepasang matanya
terpaku memandangi sebuah foto yang lama tersimpan didalam laci meja kerjanya.
Sebuah foto yang nampaknya sudah usang sekali, bahkan warnayapun mulai pudar.
Tapi entah kenapa ia masih menyimpanya, tak ayal jemarinyapun mengusap lembaran
foto itu seolah ia tengah merinduinya.
Rupanya itu foto seorang gadis cantik berambut panjang
dengan senyum manis yang tersungging disudut bibirnya yang merah. Tiba-tiba
foto itu bergetar karena tangan Young Guk yang gemetaran menahan tangis. Entah
apa yang ada dalam fikiranya hingga ia menangis sesenggukan menatap foto gadis
itu. Dengan kedua mata yang terpejam ia masukan kembali foto itu kedalam laci.
Kini giliran kedua tanganya yang meremas rambutnya yang hitam.
Hyo Sung yang sedari tadi berdiri diambang pintu tertegun
menatap kakaknya yang tengah menangis tersedu. Dengan perlahan, ia langkahkan
kaki menghampiri sang kakak tercinta.
“Ada masalah?”…..sapa Hyo Sung sambil membelai rambut
kakaknya.
Kontan saja Young Guk terkejut, ia tak menduga kalau adiknya
datang. Tak mau airmatanya terlihat oleh sang adik, dengan cepat iapun
mengusapnya. Lalu menatap wajah cantik adiknya dengan senyum yang kaku. Namun
sepertinya Hyo Sung tau kalau kakaknya itu tengah berpura-pura.
“Kau….sejak kapan kau datang, bukankah sudah kubilang kalau
masuk ruangan orang itu harus ketuk pintu dulu.” Dumel Young Guk menutupi
kerapuhanya. Hyo Sung mencibir sambil mengangkat bahu, lalu mengulurkan tangan
dihadapan kakaknya.
“Kakak lihat jariku merah…..haruskah kuketuk pintu itu
sampai roboh.”
Young Guk kehabisan kata-kata, tiba-tiba ia berubah kikuk
dihadapan adiknya. Baru saja ia ingin melangkah keluar, asisten pribadinya
langsung menyeruak masuk kedalam sambil ngos-ngosan.
“Kau kenapa….apa yang terjadi.”
“Tuan…..maafkan aku, kau boleh memecat atau menghukumku.”
Hyo Sung dan Young Guk saling beradu pandang melihat tingkah
aneh sang asisten.
“Katakan dengan jelas agar aku paham masalah yang sebenarnya
terjadi.” Pinta YoungGuk sambil menuntun asistenya duduk.
“Tu….tu…tuan Yu…..memutuskan kontrak.” Young Guk terperangah
mendengarnya.
“Pagi tadi….beliau tiba-tiba menelfon dan protes, kalau sang
artis menuntut honor lebih.” Papar sang asisten yang biasa dipanggil asisten
Lee.
BAGIAN EMPAT
Setelah mendengar penuturan dari asisten Lee, Young Guk
terdiam dimejanya. Jemarinya tengah asyik memainkan sebuah pulpen sedangkan
kedua matanya focus lurus kedepan, sepertinya ia sangat kesal.
“Panggil artisnya kemari.” Ucap Young Guk dingin.
Hyo Sung menghela nafas panjang melihat kakaknya, iapun segera
beranjak dari tempat duduk dan menghampiri sang kakak. Namun….dengan cepat
Young Guk menyuruh adiknya keluar dari ruanganya.
“Jangan ikut campur. Lebih baik kau kembali keruanganmu dan
siapkan penggantinya.”
Hyo Sung diam menuruti perintah kakaknya lalu pergi keluar
ruangan.
Dilain tempat, kini Honggi telah sampai disebuah desa yang
sejuk dan pemandanganya masih asri, masih dipenuhi dengan hijaunya pepohonan.
“Ini dimana paman?”…..tanya Honggi sambil berjalan melihat-lihat
pemandangan sekitar.
“Ini desa kelahiranmu. Dulu disinilah aku dan kakakmu
membesarkanmu sebelum kakakmu menikah dengan orang kaya itu.”
Honggi menghentikan langkahnya saat mendengar sepenggal
cerita pamanya.
“Menikah…..kakak sudah menikah” tanya Honggi menghampiri
sang paman. “Itu artinya paman tau siapa suami kakak ku.” Gumamnya dalam hati
sambil memandangi pamanya.
“Hai!”…..kau benar-benar bodoh dan payah. Kau ingin
mempergunakan ingatan dan cerita pamanmu……tidak, tak kan kubiarkan kau
melakukanya.” Celetuk JaeJin yang tiba-tiba muncul.
“Kau ingin aku berlama-lama didunia, bukankah dengan ini
tugasmu akan cepat selesai, kau ini plin-plan.” Dumel Honggi yang mulai kesal.
“Kau…..sedang bicara dengan siapa Honggi…..” tanya paman tak
mengerti.
“Aaaa….tidak ada paman…..aku hanya menghafal naskah saja.” Elak
Honggi sambil mengacungkan kepalan tanganya kearah JaeJin dengan sedikit
melotot.
Tak mau mengulur waktu, paman langsung mengajak Honggi masuk
kedalam rumah. Begitu masuk, ia sangat terkejut melihat isi rumah yang penuh
dengan foto-foto kakaknya.
“Kenapa ada banyak foto kakak dalam rumah ini…..kenapa
fotoku tidak ada.”
“Honggi….dulu kakakmu adalah seorang model dan artis papan
atas. Semua ini….kau yang memintaku untuk memasangnya. Setiap kakakmu
juara..atau mendapat penghargaan, kau selalu meminta dublicat fotonya lalu kau
perbesar dan……inilah jadinya.” Papar paman yang mulai menitikan airmata.
Nampaknya Honggi tak mendengar ocehan pamanya, ia malah
sibuk mengamati foto kakaknya satu persatu. Ia sangat berharap, ia menemukan sebuah
petunjuk dalam foto itu.
“Waaaaahh…kau benar-benar niat dalam hati.” Tukas JaeJin
lagi. Kali ini ia muncul disebuah foto kakaknya hingga membuat Honggi kaget dan
berteriak.
“Hwaaa!!”….
“Ada apa nak…” ucap paman yang langsung berlari begitu
mendengar suara teriakan Honggi. “Kenapa kau berteriak…”
“Eee…tidak ada paman, aku….aku hanya terkejut…tadi ada
kecoak.” Elak Honggi lagi cengengesan.
“Haaahahahaaaa…..” paman malah tertawa terbahak-bahak. “Ternyata
kau masih sama yang dulu Honggi, kau masih takut dengan kecoak.” Tawa paman
semakin meledak, sambil berlalu kedalam.
“Sekali lagi kau bikin ulah…..aku akan mengacaukan agendamu.”
Ancam Honggi bersungut-sungut.
Sepertinya Zia tengah panik, sedari tadi ia terus mondar
mandir sambil mengutak atik ponselnya. Sepertinya ia sedang mencoba menghubungi
seseorang.
Tanpa sengaja Young Guk melintas dan melihatnya, pria duda
itupun menghamnpirinya.
“Apa yang sedang kau lakukan, sepertinya kau panik.” Sapa
Young Guk hingga mengejutkan zia.
“Ah…..tidak ada, aku hanya iseng saja.” Jawab zia mencari
alasan.
“Honggi…awas saja kalau kau sampai dirumah, aku akan buat
perhitungan denganmu.” Gumam Zia geram.
Jelas saja Honggi mengacuhkan panggilan Zia, ternyata JaeJin
yang memegang ponselnya. Sedangkan Honggi masih saja sibuk mengamati foto-foto
masa lalu kakaknya. Ia sungguh berharap besar dapat menemukan sebuah petunjuk.
Dan ternyata harapanya tak sia-sia, ia melihat sebuah foto
yang aneh. Dengan cepat ia menghampiri lalu mengamatinya. JaeJin ternyata
lengah, ia masih saja berusaha menjauhkan ponsel dari Honggi.
Kening Honggi berkerut saat melihat foto kakaknya yang
sedang duduk ditepi kolam renang. Pandanganya fokus pada seorang gadis yang
sedang berdiri dibelakang kakaknya.
“Gadis ini……sepertinya aku pernah bertemu denganya, tapi
dimana…..” gumam Honggi masih terus berusaha mengingatnya. Tak mau kesempatan
ini dirusak JaeJin, iapun segera berlarian mencari pamanya.
“Paman!....paman!....kau dimana!....” teriak Honggi sambil
mondar mandir mencari pamanya.
“Ada apa nak…..sepertinya kau panik.”
“Paman ikutlah aku.” Pinta Honggi sambil menarik tangan
pamanya.
Honggi langsung menunjuk sebuah foto yang sangat menggangu
pikiranya, iapun langsung menunjuk gadis yang ia maksud pada pamanya.
“Gadis ini…..gadis ini siapa paman…..aku….kenapa aku tak
mengenalnya, tapi dia sering muncul dalam mimpiku bersama kakak. Apa dia masih
kerabat kita paman.” Berundul Honggi yang sudah tak sabar.
“Dia….dia Jang Hyo Sung, adik ipar kakakmu. Kau memang tak
pernah bertemu denganya. Karena dulu saat kakakmu menikah dengan pria kaya itu,
kalian sama-sama masih sekolah diluar negeri.”
“Paman….aku mau foto ini….bolehkan.” pinta Honggi antusias.
“Ya…bawalah.”
“Eeee…paman….bisakah paman memberitahuku, siapa nama suami
kakakku.”
Sebelum pertanyaan Honggi dijawab oleh pamanya, Honggi sudah
diserang JaeJin lebih dulu hingga membuatnya ambruk dilantai.
“Sudah aku bilangkan, kau jangan merusak takdir.” Ucap
JaeJin ketus dengan tatapan tajam. Honggi hanya bisa terengah-engah sambil
memegangi kepalanya yang terbentur tembok.
“Kau kenapa Honggi…..kenapa tiba-tiba kau terjatuh.” Kata
sang paman sambil membantu Honggi berdiri.
“Aku tidak apa-apa paman…..entah kenapa, tiba-tiba aku
merasa pusing.” Jawab Honggi pelan lalu berjalan ke arah kursi yang tak jauh
darinya.
“Kau jangan memaksa ingatanmu dulu, semua ini pasti akan kau
ingat lagi….tapi semua itu juga perlu waktu.” Tutur paman seraya memijit-mijit
kepala Honggi.
Sementara itu Zia tengah asik ngobrol dengan sang direktur
disebuah taman. Nampaknya semakin hari keduanya semakin akrab.
“Boleh aku bertanya sesuatu padamu.” Ucap Zia.
“Kenapa kau masih disini…apa kau tak sibuk dengan
pekerjaanmu.” Young Guk tersenyum mendengar pertanyaan Zia.
“Aku pikir kau mau menanyakan tentang apa….”
“Aku memang sedang sibuk…dan selalu sibuk, bahkan saat
inipun aku masih tetap sibuk.” Zia menggelengkan kepalanya, ia tak mengerti
dengan maksud ucapan atasanya.
“Kau pasti tak mengerti.” Ucap Young guk seraya membenahi
duduknya.
“Begini…..sebenarnya aku sedang ada masalah besar, artis
yang aku pilih…ternyata memutus kontrak tiba-tiba. Aku….aku bermaksud untuk
memintamu main dalam video clip yang tengah dikerjakan oleh Tuan Yu. Kalau kau
tak keberatan, besok kita bisa pergi menemui beliau.” Papar Young Guk
Zia langsung melompat bersorak kegirangan begitu mendengar
tawaran Young Guk.
“Yeeeeaaaahhh!!!.....waaaaahhhh…..sepertinya semalam aku
tidak bermimpi yang aneh, tapi kenapa aku mendapat keberuntungan yang sangat
aku harapkan.”
“Kau tenang saja, hanya orang bodoh yang menolak tawaran
ini, mari….besok kita menemui Tuan Yu.” Ucap Zia penuh semangat sambil
mengulurkan tanganya pada Young Guk.Young Guk pun membalas uluran tangan Zia
dengan semangat pula.
“Terimakasih.” Ucap Young Guk menepuk pundak wanita pirang
ini dan berlalu pergi dengan lega.
Sepeninggal Young Guk, Zia masih saja tak percaya dengan apa
yang telah terjadi barusan.
“Benarkah ini……ataukah hanya mimpi.” Ucapnya sambil mencubit
pipinya
“Ahwwh….sakit, kalau sakit…berarti ini nyata!!!!”…….
Sekali lagi Zia bersorak gembira, akan
tetapi……”Prok!....Prok!...Prok!....
Tiba-tiba Hyo Sung muncul dari belakangnya sambil bertepuk
tangan dengan pandangan sinis.
“Mengejutkan sekali, aku sampai tak habis pikir…..bahkan aku
tak menyangka, kalau kau yang terpilih.” Ucap Hyo Sung mendekati Zia yang
mematung tak jauh darinya.
“Ngomong-ngomong…..boleh aku berkata sesuatu padamu.”
Zia diam memalingkan wajahnya menatap Hyo Sung disampingnya.
“Kau…..beruntung….atau memang kau pandai menggoda.” Bisik
Hyo Sung dengan tatapan sinis. Zia terperangah mendengarnya dadanya kembang
kempis menahan emosinya.
“Bagaimana kalau aku memang pandai menggoda, apa kau tak
mempercayainya.” Tantang Zia seraya tersenyum meledek. Hyo Sung terdiam dan
berbalik akan tetapi, belum sampai selangkah ia kembali lagi menatap Zia
sambil berkata.
“Wanita memang ditakdirkan untuk menggoda.”
Saat perjalanan pulang Honggi masih saja terdiam sambil
mendekap foto kakaknya. Dalam benaknya masih berfikir tentang gadis dalam foto
itu. Sedangkan JaeJin, mencoba menenangkan emosinya karena sikap Honggi yang
curang.
“Aku seperti pernah bertemu dengan gadis ini, tapi
dimana….paman bilang dia adik dari suami kakak, itu berarti dia adalah
kuncinya. Andai saja aku ingat dimanan aku bertemu denganya mungkin aku tak kan
terlalu kepikiran.” Gumam Honggi menerawang keangkasa.
“Semoga saja kesalahanku ini luput dari senior.” Gumam
JaeJin ketakutan.
Hyo Sung sangat kesal dengan apa yang dialaminya hari ini,
dengan kasar ia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur sambil meremas-remas
bantalnya.
“Dia…..tak kan kubiarkan dia merebut hati kakak ku, jangan
fikir aku akan mendiamkan sikapnya yang angkuh. Dia telah membuatku sakit hati
seperti ini, maka….diapun harus membayarnya dengan harga yang setimpal.” Umpat
Hyo Sung geram.
Malam ini tak seperti biasanya, tak ada angin tak ada hujan
entah kenapa tiba-tiba Zia mondar mandir diteras rumah. Sesekali ia melongokkan
kepalanya toleh kanan dan kiri, sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
“Apa yang aku tunggu, kenapa aku menunggunya…..seharusnya
aku bahagia bila ia tidak ada.” Gumam Zia kebingungan.
“Kau kenapa Zia…..aku perhatikan sejak tadi, sepertinya kau
gelisah. Apa kau ada masalah.” Tanya nenek menghampiri cucu kesayanganya.
“Aku menunggu Honggi nek.”
Nenek agak terkejut dengan jawaban Zia.
“Kenapa kau menunggunya.” Tanya nenek yang berubah dingin.
“Nenek jangan salah paham, aku hanya mengkhawatirkanya saja.
Nenek kan juga tau, kalau dia itu tak punya sanak saudara. Makanya aku kawatir
kenapa sampai sekarang ia masih belum memberi kabar, dia juga tak mau menjawab
telfonku.” Papar Zia semakin panik saja.
Sekali lagi Zia mencoba menghubungi Honggi, namun lagi-lagi
ia harus gigit jari. Karena pria itu tetap tak mengangkat telfonya.
Sesampai dikota, Honggi meminta pamanya untuk menghentikan
mobilnya. Ia tak mau kalau pamanya tau ia tinggal dengan seorang wanita.
“Paman….berhenti disini saja, aku masih ada keperluan lain.”
“Baiklah Honggi, lain kali….datanglah kerumah. Aku akan
selalu menunggumu.” Ucap paman dan berlalu.
Sepeninggal paman, Honggi menghela nafas panjang sambil
meraba-raba sakunya. Nampaknya ia mulai menyadari kalau ia kehilangan ponsel.
Lalu tiba-tiba JaeJin muncul menyodorkan ponselnya dengan wajah tegang.
“Kenapa!”….kau masih ingin marah padaku.” Tukas Honggi
sedikit kesal.
“Kau selalu membuat ulah dan masalah denganku, tidak bisakah
kau mengerti akan posisiku. Apa kau tau kalau senior tau tentang masalah ini,
aku bisa…..”
“Aku bisa hancur dan tak bisa terlahir kembali.” Sahut
Honggi menyela ucapan JaeJin.
“Tenanglah….satu kesalahan, tak akan berpengaruh.” Imbuh
Honggi menepuk-nepuk pundak JaeJin sambil tersenyum mencoba menggodanya. JaeJin
yang sedang marah, luluh juga melihat tingkah Honggi yang konyol.
“Kyaaaaaaaa!!!!!!”…….tiba-tiba saja Honggi berteriak
histeris sambil menatap ponselnya.
“Kenapa kau tak memberitahuku kalau Zia menelfon, kenapa kau
membiarkanya menelfon hingga 30 kali panggilan.” dumel Honggi mulai panik, lalu
jemarinya mulai memencet menghubungi Zia.
“Sepertinya kita impas.” Celetuk jaeJin dengan puasnya.
Lama Honggi mencoba menghubungi Zia, nampaknya gadis itu
sudah tidur. Karena sudah berulang kali, tak ada jawaban. Akan tetapi…..saat
Honggi ingin mengakhiri panggilanya….
“Kau dimana!.....kau pikir kau ini siapa!...berani sekali
kau membuatku panik dan menunggumu!....kalau kau bosan atau benci padaku,
seharusnya kau katakan padaku, jangan membuatku bingung seperti orang
bodoh!!!”…..berundul Zia dengan galaknya.
“Kau kenapa, apa ada yang salah denganmu.” Tanya Honggi tak
mengerti.
Zia langsung tersadar akan ucapanya, lalu membungkam
mulutnya.
“A..a..a..apa yang telah aku lakukan, kenapa aku berkata
seperti itu. Haaaaahhh…..aku memang bodoh.” Gumam zia kesal sambil memukul
kepalanya.
“Halo…..halo…Zia…kau kenapa lagi.”
“Eeee….sepertinya aku tadi mimpi buruk, eeee…jangan kau
pikirkan ucapanku tadi.” Elak Zia mencari alasan, namun tak dipungkirinya kalau
jantungnya berdetak kencang.
“Waaaaaahhh….kau benar-benar tak waras, apa kau yakin tak
ada masalah dengan kepalamu.” Tukas Honggi
dengan entengnya.
Zia ibarat melayang diatas awan lalu terjatuh tiba-tiba saat
mendengar kata-kata honggi yang menjengkelkan, namun ia mencoba tenang dan
sabar.
“Kau dimana,…aku akan kesana menjemputmu.” Tanya Zia
mangnyun, tapi tiba-tiba terdengar jeritan orang minta tolong dari dalam telfon
dan Honggipun menutupnya tanpa sepatah kata.
Zia terkejut dan langsung melompat dari tempat tidurnya lalu
buru-buru keluar tanpa mengambil jaket, padahal malam itu udara bisa dibilang
dingin.
Rupanya teriakan tadi adalah teriakan seorang gadis yang
sedang kerampokan. Honggi langsung berlari mengejar perampok yang berlari
membawa tas wanita itu. Dengan sekuat tenaga ia terus mengejarnya, hingga
perampok itu terjebak disebuiah gang buntu. Honggipun menghampirinya, namun
perampok itu malah menyerangnya. Alhasil….wajah tampanya kena telak hingga
hidungnya harus mengeluarkan darah.
Melihat darah mengalir dari hidungnya, Honggi tak terima
lalu bangkit dan membalas pukulanya. Perkelahianpun terjadi, antara honggi dan
siperampok ternyata sama-sama kuatnya. Dan selang 15menit berlalu, Honggi
berjalan sempoyongan keluar dari gang sambil membawa tas wanita itu.
Karena kelelahan, ia bersandar ditembok sambil menyeka
keringat dan darahnya lalu berjalan menghampiri sang gadis yang masih
mondar-mandir. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja ia
menatap gadis itu. Wajah cantik yang terkena sinar lampu jalanan, meski tak
begitu terang namun sinar itu mampu menyinari wajahnya.
“Gadis itu….” Iapun langsung teringat foto kakaknya.
“Ya….bukankah dia gadis yang berdiri dibelakang foto
kakakku, akhirnya aku menemukan dia.” Gumam Honggi meneruskan langkahnya.
“Maaf…..ini milikmu.”
Mendengar suara Honggi sang gadis langsung membalikkan
badanya, rupanya gadis itu tak lain adalah Hyo Sung.
Hyo Sung terbelalak kaget tak percaya melihat lelaki yang
berdiri menolongnya itu adalah pria yang ia kagumi tempo hari. Tubuhnya
mematung, bibirnya serasa terkunci ia seperti tersihir oleh pesonanya. Cukup
lama ia terpaku, hingga sentuhan tangan Honggi menyadarkanya.
“Ini tas milikmu.” Ulang Honggi, dan berlalu pergi. Tetapi
Hyo Sung langsung mengejarnya.
“Kau….sudah dua kali menolongku, namun aku belum sekalipun
mengucapkan terimakasih padamu.” Ucap Hyo Sung mencari alasan.
“Terimakasih.” Imbuhnya seraya mengulurkan tangan. Honggipun
menerima uluran tanganya.
“Astaga!....kau terluka dimana-mana, biar aku mengobati
lukamu.” Pinta Hyo Sung sambil membimbing Honggi duduk dikursi yang berjajar
dipinggiran toko. Honggi hanya diam menurutinya tanpa protes sepatah katapun.
Jemari-jemari lentik Hyo Sung sangat terampil membersihkan
luka Honggi. Dengan perlahan ia usap dengan sapu tanganya. Sedangkan Honggi, masih
saja ia memandangi wajah cantik Hyo Sung sambil terus bergumam dalam hati.
“Semakin dilihat, wajah ini semakin mirip dengan difoto itu.
Apa hubunganmu dengan kakakku, aku melakukan ini…karena aku hanya ingin tau
siapa dirimu yang sebenarnya.”
Melihat sikap gadis itu pada Honggi, kekhawatiran JaeJin
semakin bertambah. Berkali-kali ia menghela nafas panjang sambil menengadah
kelangit.
“Hanya ada satu hal yang paling sulit dalam dunia ini,
yaitu…memahami hati seorang wanita.”
Dilain tempat, Zia terengah-engah berlarian dari rumah
hingga kejalan raya. Dalam hatinya khawatir akan keselamatan Honggi, namun
tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Sepasang matanya menatap lurus dua orang
diseberang jalan yang tak lain adalah Honggi dan hyo sung. Entah kenapa hatinya
sakit saat melihat tangan wanita itu mengusap-usap wajah Honggi. Ada segurat
kekecewaan dalam hatinya, ingin sekali ia pergi dan menarik tangan pria
berambut ikal itu. Namun diurungkanya, karena ia merasa tak punya hak. Tanpa
terasa, airmatapun menumpuk di ujung matanya dan perlahan ia membalikan badan
kembali kerumah.
“Kau siapa?” celetuk Honggi mengejutkan Hyo Sung.
“Namaku Jang Hyo Sung, dan kau…”
“Aku Kim Honggi, senang bertemu denganmu.” Ucap Honggi
seraya tersenyum.
Hati Hyo Sung seakan meledak menatap senyuman manis pria
itu. Ia tak kuasa menahan gejolak asmara dalam dadanya.Apalagi saat Honggi
tanpa sengaja memegang tanganya. Sungguh malam itu hati Hyo Sung berbunga-bunga
dan tanpa disadari wajahnyapun memerah.
Didalam kamar yang tak begitu besar Zia duduk ditempat tidur
sambil mendekap kakinya. Ia masih teringat akan kejadian yang baru saja
dilihatnya. Entah kenapa ia merasa sesak dalam dada, ia merasa gelisah dan
kecewa. Perlahan airmata yang ditahanyapun menetes membasahi pipinya. Ia juga
tak mengerti, apa yang membuat ia menangis. Seumur hidupnya, baru kali ini ia
merasakan rasa yang aneh, rasa yang sulit diungkapkan, rasa yang tak bisa ia
gambarkan walau dengan satu kata. Ia hanya merasa hatinya sakit.
“Kenapa….apa yang terjadi padaku…..kenapa aku menangis…apa
yang kutangisi.” Isak Zia lirih.
“Dia hanya orang asing….yang baru aku kenal, aku juga tak
punya hubungan apa-apa denganya. Tapi kenapa….aku merasa kecewa padanya.” Imbuh
Zia yang semakin menjadi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, hingga Ziapun
buru-buru mengusap airmatanya.
“Tok!.....tok!....tok!....”
“Zia…..zia….apa kau sudah tidur,” sapa Honggi
Rupanya Honggi yang mengetuk, ia merasa bersalah pada Zia.
“Zia….kenapa kau diam, apa kau sudah tidur….lampumu masih
menyala, kau belum tidurkan.” Imbuh Honggi lagi.
Zia yang terlanjur marah dan kecewa hanya mampu membungkam
mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar.
“Aku minta maaf….aku terlambat pulang. Keluarlah…lihat, aku
membeli makanan kesukaanmu. Baiklah….mungkin kau marah, aku simpan dikulkas
saja makananya.”
Tangis Zia semakin menjadi hingga ia terpaksa menggigit
bibir sambil menepuk-nepuk dadanya yang sesak menahan tangis.
Tapi keadaan berbeda dengan Hyo Sung. Sementara Zia
menangis, Hyo Sung malah tersenyum bahagia. Sudah pasti ia sangat bahagia,
karena apa yang diimpikanya tercapai. Honggi adalah pria yang diidamkanya sejak
ia pertama kali bertemu, dan malam ini ia bahkan mengusap wajahnya yang tampan.
“aku bahagia sekali malam ini, dia…..pria yang aku inginkan.
Ternyata Tuhan mendengar do’aku.” Ucap Hyo Sung sembari tiduran ditempat
tidurnya.
“Honggi…..kau akan segera menjadi miliku.”
Keesokan paginya Hyo Sung penuh semangat untuk bersiap diri
ke kantor, nampaknya pertemuan semalam mampu menjadi penyemangatnya untuk
beraktifitas. Hari ini ia sibuk memilah baju dan parfum yang akan ia gunakan.
“Kau nampak gembira sekali pagi ini, kenapa?” celetuk Young
Guk yang tiba-tiba muncul.
Hyo Sung menoleh dan terkejut lalu tersenyum melihat
kedatangan kakaknya yang tak biasa.
“Kenapa kakak kemari, tumben sekali pagi-pagi
mengunjungiku.” Tukas Hyo Sung yang merasa aneh. Karena tak seperti biasanya
Young Guk datang langsung kekamarnya.Biasanya pria paruh baya itu hanya
menelfon meskipun masalah yang dibahas itu penting.
“Aku hanya ingin bertanya padamu sekaligus penasaran, hal
apa yang membuatmu bahagia sekali pagi ini.” Ledek sang kakak sambil mendekati
Hyo Sung yang masih sibuk berdandan didepan cermin.
“Entahlah kak….sepertinya aku baru menemukan jalan hidupku
yang baru,” jawab Hyo Sung tanpa menatap kakaknya.
Ternyata apa yang difikirkan Hyo Sung benar, Young Guk
datang kekamarnya bukan tanpa alasan. Dalam hati kecil Young Guk merasa
beruntung sekali karena adiknya tak begitu memperhatikanya, ia jadi leluasa
melancarkan aksinya.
“Wah…syukurlah kalau kau sudah bisa merubah diri dan
menentukan langkah kedepanmu.” Kata Young Guk seraya meraih tas Hyo Sung.
Dengan cepat ia mengobrak abrik isi tas adiknya namun apa yang ia cari tak ada
didalamnya. Iapun langsung melayangkan pandanganya keseluruh ruangan kamar dan
pandanganya terhenti dimeja rias Hyo Sung. Young Guk tak punya waktu banyak, ia
harus bisa mendapatkanya walau apapun yang terjadi.
“Aaahhhh!!!......” tiba-tiba saja Young guk mengerang
kesakitan. Mendengar erangan kakaknya Hyo Sung kaget lalu berlari
menghampirinya.
“Ada apa kak….” Tanya Hyo Sung panik.
Young Guk merintih kesakitan sambil memegangi jarinya yang
berdarah. Dalam hatinya tersenyum karena ia berhasil membuat adiknya beranjak
dari depan cermin.
“Jari kakak berdarah, tunggu sebentar aku akan
mengobatinya.”
Hyo Sung berlari keluar kamar, sedangkan Young Guk langsung
menyambar ponsel dimeja rias Hyo Sung lalu sembunyi dalam kamar mandi.
“Kakak ceroboh sekali…seumur hidup, baru kali ini aku
melihat…..” Hyo Sung tak melanjutkan ucapanya. “Kakak…..kakak dimana.” Ia kaget
melihat kakaknya sudah tidak ada diatas tempat tidurnya. “Kak….kakak…” seru Hyo
Sung yang masih terus mencari-cari kakaknya didalam kamar.
“Jangan-jangan dia dikamar mandi.” Gumam Hyo Sung sambil
berjalan menghampiri kamar mandi. Tetapi sebelum ia memegang gagang pintu dan
membukanya, kamar mandi itu sudah terbuka duluan.
“Kakak…..ternyata benar kau ada didalam.” Ucap Hyo sung
tanpa curiga sedikitpun pada kakaknya. Young Guk tersenyum kecut sambil
menyembunyikan ponsel Hyo Sung dibelakangnya.
“A…aku…aku…aku hanya mencuci tanganku saja sebelum kau
obati.” Kata Young Guk mencari alasan sambil menaruh ponsel adiknya diatas
tempat tidur. Hyo Sung tersenyum sambil meraih tangan Young Guk, namun
laki-laki itu menampiknya.
“Ah…jariku sudah tidak apa-apa, lagi pula ini hanya luka
kecil saja. Maaf…..sudah merepotkanmu.” Kata Young Guk yang langsung berlalu
begitu saja.
“Aneh sekali.” Gumam Hyo Sung sambil mengangkat bahu.
Sesampai dikamar Young Guk tersenyum puas, karena apa yang
di inginkanya telah ia dapatkan. Lalu iapun meraih ponselnya dan menekan-nekan
tombol sesuai no yang baru saja ia dapatkan dari ponsel Hyo Sung. Lama ia
menunggu namun hanya suara nada dering yang ia dengar. Tapi ia tak patah
semangat, ia terus saja menghubungi no itu, dan……
“Halo, ini Zia…..anda siapa.”
Rupanya no yang dicari dari ponsel adiknya tadi adalah no
Zia. Setelah tersambung dengan Zia, YoungGuk malah bingung mengutarakan
maksudnya.
“Ya…Halo, ini Jang YoungGuk.” Ucapnya ragu.
Zia kaget, ia sama sekali tak menduga kalau Young Guk secara
pribadi langsung menghubunginya.
“Kau….bagaimana bisa kau menghubungiku.” Tanya Zia
penasaran.
“Maaf….aku meminta dari bagian personalia, karena aku takut
kau lupa…kalau kita akan pergi bertemu Tn.Yu.” ujar YoungGuk mencari alasan.
Ziapun tertawa mendengarnya.
“Kenapa kau tertawa, ada yang lucu…”
“Iya….kau pikir aku sudah pikun, kenapa kau mesti
repot-repot menelfonku. Kita kan bisa bertemu dikantor.” Jelas Zia tanpa ragu
sedikitpun.
“Aku bermaksud menjemputmu, aku ingin kita langsung pergi
kekantor Tn.Yu. Karena perlu kau tau kalau beliau itu orangnya sangat
disiplin.” Terang Young Guk yang mulai mencair.
Zia terdiam mendengarnya, ia merasa aneh dengan sikap
atasanya itu.
“Kenapa kau diam, kau jangan salah sangka. Aku hanya tidak
mau mengecewakan beliau saja, lagipula ini kan job pertamamu. Tapi kalau kau
menolak…..ya apa boleh buat.”
“Bukan begitu, aku hanya tak enak saja. Aku takut…..”
“Jangan mengkhawatirkan apapun, jangan juga memperdulikan
apa kata orang. Kau bekerja untukku, jadi…apapun perintahku, kau harus siap.”
Kata YoungGuk menimpali ucapan Zia.
“Baiklah” Ziapun menyetujuinya.
Bukan Young Guk namanya kalau tak berhasil membujuk seorang
gadis. Dengan senyum yang merekah ia menghadap cermin sambil merapikan
penampilanya lalu melenggang keluar.
Sementara itu Hyo Sung tengah panik mencari-cari ponselnya.
Berulang kali ia keluar masuk kamar hanya untuk mencari ponselnya. Melihat
tingkah putri kesayanganya yang aneh, kening presdir mengkerut lalu menghampirinya.
“Kau kenapa”
“Ayah…aku mencari ponselku. Seingatku, aku menaruhnya dimeja
riasku…tapi ternyata tidak ada. Ayah tau kan, sedetik saja benda itu lepas dari
tanganku jadwalku bisa kacau.” Dumel Hyo Sung yang masih mondar-mandir tak
tentu arah.
Presdir tersenyum seraya meraih ponselnya dari dalam saku,
lalu menekan no putrinya. Tak lama kemudian terdengarlah suara nada dering dari
balik bantal. Hyo Sung menghela nafas panjang mendengar suara ponselnya, dan
bergegas mengambilnya.
“Aneh…jelas-jelas tadi aku menaruhnya diatas meja riasku,
tapi kenapa pindah dibawah bantal.” Gumam Hyo Sung sambil mengutak atik
ponselnya.
Pagi ini suasana rumah Zia nampak tak seperti biasa, pagi
ini semua orang nampak sedang sibuk sendiri. Zia yang sibuk menyiapkan diri untuk
pergi bersama YoungGuk, lalu nenek yang sibuk menyiapkan sarapan untuk makan
pagi. Sedangkan Honggi, pagi ini aktifitas Honggi tak seperti biasanya. Pagi
ini ia sudah terlihat sangat rapi lengkap dengan kemeja biru lautnya yang
sangat sepadan dengan warna kulitnya. Begitu juga dengan tas hitam kecil yang
ia lingkarkan dipingganya.
Melihat penampilan temanya yang aneh, JaeJin tertawa
terpingkal-pingkal.
“Apa yang kau tertawakan.” Tanya Honggi yang masih sibuk
didepan cermin.
“Hahahaa…Penampilanmu….kau mau kemana dengan pakaian seperti
itu, tidakkah kau tau. Penampilanmu membuatku tak kuat menahan tawa,
melihatmu..aku hanya ingin tertawa…hahahahhaa….” Jawab JaeJin yang masih terus
saja tertawa.
“Kau tau, wanita semalam memberiku pekerjaan. Katanya untuk
membalas budi, dia pikir aku tidak tau apa yang ada di pikiranya.”
JaeJin terdiam mendengar ucapan Honggi, lalu berjalan
mendekatinya.
“Aku senang, dengan ini kau akan fokus pada tujuan kita dan
aku tak perlu terlalu khawatir padamu.”
“Nenek!”……aku berangkat dulu.” Seru Zia
dari luar kamar.
Mendengar teriakan Zia,
Honggi buru-buru keluar dari kamarnya.
“Zia!.....Zia!.....tunggu.”
panggil Honggi sambil berlari mengejar Zia yang sudah hampir keluar dari pintu.
Tapi sepertinya wanita itu tak menghiraukanya, ia terus saja berjalan keluar
tanpa menoleh sedikitpun.
“Zia!....kau kenapa!”
gertak Honggi yang berhasil menangkap tangan Zia. Namun wanita itu tetap saja
diam tanpa menatapnya.
“Kenapa kau diam,
katakan padaku….kau lebih baik teriak-teriak atau memukulku itu akan membuatku
lega, karena itulah dirimu. Daripada kau mendiamkanku seperti ini, kau seperti
bukan dirimu saja. Katakan padaku, kau kenapa….aku tau aku salah, tapi akukan
sudah minta maaf padamu.”
Zia menghela nafas
panjang lalu membalikan badanya. Ia terperangah begitu melihat penampilan
Honggi yang tak seperti biasanya. Diamatinya pria itu dari ujung kaki hingga
ujung kepala. Wajah yang awalnya tegang kini pelan-pelan melunak. Kini wajah
Zia berubah merah karena tak kuat menahan tawa, dan tawapun meledak dari bibir
Zia. Honggi berkernyit melihat tingkah Zia.
“Hei!....kau sudah tak
waras ya!” bentak Honggi kesal.
“Kau…kau mau kemana
dengan baju seperti itu, apa kau tak tau kalau penampilanmu itu mirip tukang
angkot.” Ledek Zia sambil berusaha menahan tawanya.
“Apa kau bilang…tukang
angkot. Hei dengar ya, sekarang aku sudah bekerja jadi….kau tak boleh
sembarangan membentak-bentakku.”
“Apa!....kau bekerja!.
Syukurlah kalau begitu, setidaknya bebanku sudah berkurang.” Sorak Zia
kegirangan. Dalam sekejap wanita itu telah melupakan kemarahanya pada Honggi.
Melihat Zia tertawa Honggipun juga merasa tenang dan bahagia.
“Aku senang melihatmu
tertawa….aku senang kau tak marah lagi.” Ucap Honggi sambil memegang kedua
pundak Zia.
Zia terperanjat kaget
saat tangan lelaki itu menyentuhnya, apalagi saat menatap kedua matanya. Ada
sentuhan aneh yang menjalari tubuhnya, perlahan jantungnya berdetak lebih
cepat. Tubuhnya terpaku saat menatap senyum manis yang tersungging dibibir
tipis itu. Sepertinya Zia telah terpesona oleh Honggi. Lama sekali kedua insan
itu saling berpandangan, hingga tiba-tiba suara klakson mengejutkan mereka.
Zia menoleh kearah
suara klakson, melihat Young Guk melambaikan tangan kearahnya ia langsung
berlari menghampiri tanpa berkata sepatah katapun pada Honggi. Honggi sedikit
kecewa melihat kepergian Zia, apalagi ia melihat Zia pergi dengan lelaki. Tiba-tiba
ponselnya berdering, ia tersenyum kembali saat melihat nama Hyo Sung
berkedip-kedip dilayar ponselnya.
“Halo, ini Honggi.” Sapa
Honggi pelan.
“Maaf mengganggu, aku
mengirim mobil untukmu. Mungkin sebentar lagi akan sampai, gunakanlah selama
kau bekerja bersamaku.” Ucap Hyo Sung dengan penuh percaya diri.
Hyo Sung benar-benar
telah terpikat oleh aura Honggi, hingga ia rela melakukan apapun untuk Honggi.
Bukan hanya pekerjaan saja, Hyo Sung juga memberikan mobil pribadi dan ponsel baru
untuknya. Memang benar kata pepatah kalau cinta itu buta. Dan kenyataanya Hyo Sung telah dibutakan
oleh cinta.
Honggi tersenyum
melihat mobil kiriman Hyo Sung. Entah ia tersenyum bahagia atau tersenyum untuk
menghibur diri.
“Langkah pertama telah
kau tempuh, kini langkahmu akan semakin mudah. Karena ternyata wanita itu
sangat mencintaimu.” Celetuk JaeJin yang tiba-tiba muncul dari dalam mobil.
“Kau benar….kesempatan
ini tak kan kusia-siakan begitu saja. Akan kuselidiki siapa gadis ini begitu
juga keluarganya, sampai aku mendapatkan tujuanku.”
Sesampai dikantor
Tn.Yu, Zia dan Young Guk langsung menuju tempat lokasi syuting. Zia sangat
bahagia saat itu hingga tanpa disadari ia terus menebar senyum ketika
berpapasan dengan orang-orang dilokasi syuting. Melihat tingkah Zia yang aneh,
Young Guk tersenyum seraya mencolek pundak gadis bermata indah itu.
“Kalau kau seperti itu
terus…mereka akan menyangkamu gila.”
Zia kaget lalu menoleh
kearah Young Guk yang masih saja tertawa. Ziapun juga ikut tertawa begitu
menyadari akan sikapnya yang berlebihan.
“Selamat datang Young
Guk, apa gadis ini yang akan menggantikan artis yang mengundurkan diri
kemarin.” Sapa Tn.Yu berjalan menghampiri Zia dan Young Guk bersama para
asisten pribadinya.
“Selamat pagi
Tuan…..apa kabarmu.” Jawab Young guk seraya tersenyum menjabat tangan pria
paruh baya itu.
“Perkenalkan, dia Yang
ZiaMie. Dia artis baru, semoga anda tidak kecewa untuk kedua kalinya.” Imbuhnya
lagi.
Zia menjabat tangan
Tuan Yu dan memperkenalkan diri.
Setelah
berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Ziapun berakting. Jantungnya berdetak
sangat kencang, maklum saja ini pengalaman pertamanya berakting. Berulang kali
gadis itu membuang nafas panjang sambil meremas-remas jemarinya. Kelihatan
sekali kalau ia sangat gugup. Perlahan Young Guk menghampiri sambil berkata
lirih ditelinga Zia.
“Fighting!”……
Zia tersenyum senang
mendengarnya, lalu membalas ucapan Young Guk dengan penuh semangat.
“Fighting!”….
Sementara itu Honggi
telah sampai ke alamat yang dikirim Hyo Sung via sms. Kening Honggi mengkerut
saat melihat gedung yang berada didepan matanya itu.
“STAR Agency….bukankah
ini tempat bekerja Zia.” Bisiknya lirih, lalu melanjutkan laju mobilnya ke area
parkir.
Begitu turun dari mobil
dia sudah dinanti oleh seorang pria untuk mengantarnya keruangan Hyo Sung. Honggi
diam mengikuti langkahnya sambil sesekali melihat sekeliling yang dilaluinya.
Sepanjang perjalanan ia menjadi sorotan beberapa pasang mata gadis-gadis yang
sedang bekerja, ada juga yang berbisik-bisik saat melihatnya. Maklum wajah
Honggi yang putih dan tampan ditambah lagi gaya rambutnya yang semu acak
membuatnya semakin mempesona. Merasa diperhatikan oleh mereka, Honggi perlahan
melempar senyuman yang manis seraya menyisir rambutnya dengan jari. Kontan saja
mereka langsung berteriak riuh.
Tak lama kemudian
sampailah keduanya diruangan Hyo Sung.
“Tok…..tok….tok…..”Nona….tamu
yang anda tunggu sudah datang.” Ucap si asisten dan berlalu pergi.
Hyo Sung berlari kecil
saat mendengar Honggi sudah datang, dengan senyum lebar ia mempersilahkan
Honggi masuk.
“Bagaimana….apa
menurutmu aku berlebihan.” Sapa hyo Sung membuka percakapan.
“Tidak, menurutku…kau
gadis yang baik. Kau suka menolong orang dan murah senyum.” Ucap Honggi tanpa
rasa malu.
“Wah….rupanya kau
kurang pandai merayu.” Tukas JaeJin yang berdiri tak jauh dari Honggi duduk.
Honggi melirik kesal kearah JaeJin lalu mengedipkan mata, tanda untuk menutup
mulut. JaeJinpun tersenyum geli menggelengkan kepala.
“Seperti yang kukatakan
semalam, aku akan memberimu pekerjaan. Kau sudah dua kali menolongku, aku merasa
nyaman kalau kau ada disampingku. Seperti yang kau lihat, aku seorang wanita
yang harus bekerja dengan orang-orang asing, kejahatan pasti tak kan pernah ada
habisnya. Maka dari itu, aku ingin kau menjadi asisten pribadiku. Apa kau tidak
keberatan?” Papar hyo Sung tanpa ragu.
“Benarkah!.....Wah!....luar
biasa sekali, aku bekerja khusus untukmu. Itu pekerjaan mudah, kau jangan
khawatir, aku akan bekerja dengan baik. Aku janji tak kan mengecewakanmu.”
Sorak Honggi kegirangan.
Sementara itu Zia
tengah menjalani syuting video klipnya. Dalam klip itu ia berperan sebagai
seorang peri cinta yang sedang patah hati. Dengan balutan gaun berwarna putih
yang menjuntai panjang Zia terlihat sangat anggun. Apalagi saat rambut yang
biasanya dikuncir itu tergerai panjang dan berserakan diwajahnya karena tertiup
angin, menambah keelokan wajahnya yang putih. Senyum dingin yang mengembang
dibibir merahnya yang tipis mampu menyita pandangan orang dilokasi tanpa
terkecuali Young Guk.
Dia tersenyum senang
saat mendengar bisikan positif orang-orang tentang Zia, ia merasa puas untuk
pertama kalinya. Bagi seorang aktris pendatang baru tentu sangat sulit untuk
mendapat respon begitu luar biasa dari para kru diawal karirnya.
Seusai syuting Zia
duduk istirahat sambil merapikan rambut dengan jarinya.
“Tit….tit….tit…..tit…ponselnyapun berbunyi. Zia diam sejenak memandangi no yang
kelap-kelip dilayar ponselnya, no yang tak ia kenal. Dengan malas iapun
menerimanya.
“Ya, halo….ini zia.”
Sapanya dengan suara lirih.
“Zia, ini aku Honggi.”
Zia langsung terkejut kaget, rupanya no tak dikenal itu milik Honggi.
“Kau…..kenapa no mu
berubah.”
“Semalam, aku menghajar
seorang copet dan ponselku terjatuh rusak.” Ungkap Honggi menjelaskan dengan
penuh semangat. Namun Zia tertegun diam mendengarnya, pikiranya teringat
kembali saat ia melihat Honggi duduk bersama Hyo Sung di emperan toko.
“Zia, malam ini aku
akan mentraktirmu makan. Hari ini aku dapat pekerjaan, kau boleh memilih
makanan apapun yang akan kau makan. Aku akan menuruti apapun maumu, aku sudah
mendapatkan gajiku dimuka.” Ujar Honggi kegirangan.
Tak sengaja Zia
menitikan airmatanya, entah kenapa tiba-tiba bibirnya kelu tak mampu berkata.
Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam kerongkonganya.
“Zia….zia…apa kau
mendengarku.”
“Mmm….” Jawab Zia
menganggukan kepala sambil berusaha menahan suara tangisnya agar tak terdengar
oleh Honggi.
“Zia kau kenapa…apa kau
sakit, kenapa kau hanya diam. Apa kau tidak bahagia kalau aku dapat pekerjaan,
bukankah itu kemauanmu. Dengan aku bekerja, aku tidak akan lagi membebanimu dan
merepotkanmu. Bahkan tadi pagi kau bersorak gembira, kenapa sekarang dingin.”
Ziapun memaksa dirinya
tertawa bahagia, agar Honggi tak kecewa. Honggi terus bicara tanpa henti, ia
bagi kebahagiaanya bersama Zia. Begitu juga dengan Zia, ia memahami apa yang
dirasakan Honggi. Dengan sekuat tenaga ia menahan airmata kesedihanya. Namun
lama ditahan, rasa itu semakin menyesakkan dada. Akhirnya Zia memutuskan untuk
mengakhiri percakapan.
“Honggi, aku masih ada
jadwal… nanti saja dirumah kita sambung lagi.” Pungkasnya lirih.
Zia berlari kekamar
mandi dan melepas tangisnya.
“Apa yang terjadi
padaku, kenapa aku tak rela bila kau bersama wanita lain. Kau orang yang
pertama kali membuatku seperti ini, membuatku menunggu dengan perasaan yang tak
menentu, membuatku khawatir dan menangis. Siapa kau…seberapa hebatkah dirimu
untuk kutangisi seperti ini.” Isak Zia semakin menjadi.
Sementara itu Young Guk
yang telah selesai ngobrol dengan Tn.Yu, kebingungan mencari-cari Zia. Ia
bahkan bertanya pada semua kru yang masih sibuk bekerja, namun tak satupun yang
melihatnya. Ia telfonpun juga tak diangkat, ia malah melihat ponsel dan tasnya
diruang tunggu.Young Guk semakin panik, tapi tak lama kemudian gadis yang
ditunggupun muncul.
“Kau dari mana saja,
tak taukah kau kalau aku kebingungan mencarimu.” Ucap Young Guk berjalan
menghampiri Zia.
“Maaf, aku ke toilet
tadi.”
“Apa kau baik-baik
saja, sepertinya kau baru menangis.” Tanya Young Guk penasaran.
Namun Zia hanya diam
sambil membalikan badan seraya tersenyum menggelengkan kepala.
Sementara itu di STAR
Agency, Hyo Sung dan Honggi nampak sedang membahas masalah kerja ditaman sambil
bercanda tawa. Entah apa yang dilakukan Honggi hingga membuat wanita muda itu
tertawa terpingkal-pingkal. Melihat keakraban yang terjadi diantara keduanya,
JaeJin yang menyamar menjadi seekor burungpun tersenyum lega.
“Kenapa harus ada cinta
didunia ini, mungkinkah manusia hidup tanpa cinta. Tanpa mencintai, manusia
tidak akan mengerti arti kasih sayang dan perpisahan. Namun kadang cinta juga
kerab dijadikan alasan untuk menyakiti orang lain. Tak ada hukum dalam
cinta…tak ada yang salah dalam cinta….kenapa manusia mudah jatuh cinta.” Gumam
JaeJin.
“Apa jadwalku hari
ini.” Tanya Hyo Sung sambil mengunyah makananya.
“Hari ini ada jadwal di
Red Agency, bertemu dengan presdir Choi jam 4 sore dan…..” Honggi tak
melanjutkan ucapanya.
“Kenapa….kenapa kau
diam.”
“Nanti malam kau ada
jadwal, tapi…aku sudah ada janji dengan temanku. Bagaimana kalau jadwal nanti
malam diganti besok malam.”
Hyo Sung diam
memikirkan ucapan Honggi. Sebenarnya ia bisa saja membatalkan jadwalnya namun,
itu berarti ia kehilangan kesempatan untuk bersama Honggi. Disaat yang
bersamaan Zia muncul bersama Young Guk dari arah belakang. Hyo Sung tersenyum
sinis beranjak dari tempat duduknya dan,
“Ahhhh……!” rintihnya sambil memegangi kepalanya. Kontan saja Honggi kaget dan
menolongnya.
“Kau kenapa, apa kau
baik-baik saja.” Ucap Honggi langsung memegangi tubuh Hyo Sung yang mau ambruk.
Young Guk dan Zia yang
sempat melihat juga berlari menghampirinya.
“Apa yang terjadi.”
kata Young Guk ikutan panik.
Zia terbelalak saat
melihat pria yang menolong Hyo Sung itu adalah Honggi. Ia tak percaya dengan
apa yang dilihatnya itu. Cukup lama ia tertegun menatap Honggi. Begitu juga
dengan Honggi, iapun juga kaget saat membalikkan badan dan melihat Zia sudah
berdiri dihadapanya.
“Maaf, aku harus cepat
kembali keruanganku.” Ucapnya sambil berlalu.
Hyo Sung tersenyum puas
melihat reaksi Zia, tetapi senyum itu tak bertahan lama. Karena tiba-tiba saja
Honggi berteriak pada Zia yang sudah lumayan jauh.
“Zia!!!......jangan
lupa nanti malam.”
“Apa….jadi yang
dimaksut temanya tadi adalah Zia. Hah….dia tega membatalkan jadwalku hanya
untuk pergi bersama gadis itu.” Batin Hyo Sung kesal.
“Kau bekerja disini,
bisakah kau menjaga sikapmu.” Tukas Young Guk dengan tatapan dingin dan
berlalu.
“Begitukah, memang apa
salahnya berteriak pada temanku sendiri.” Honggi mencoba membela diri. Young
Guk menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Honggi.
“Kau karyawaan baru,
kalau kau tidak menuruti prosedur yang ada….kau akan dikeluarkan.” Ancam Young
Guk mulai meradang.
“Kakak sudahlah, dia
kan masih baru…jadi wajar kalau bersikap seperti itu. Kenapa kakak
membesar-besarkanya.” Sahut Hyo Sung membela Honggi sambil mendorong kakaknya
pergi.
“Rupanya lelaki ini
kakak Hyo Sung.” Batin Honggi kaget seraya melirik ke arah Young Guk yang masih
berdiri disamping Hyo Sung.
Young Guk menghela
nafas panjang dengan sikap adiknya, kemudian ganti menatap Honggi dengan penuh
curiga. Honggi perlahan mulai risi dengan sikapnya Young Guk yang berlebihan.
Zia mulai memahami
keadaan yang ada, tak ada airmata lagi yang menetes dipipinya. Malah airmata
itu berubah menjadi senyuman dibibirnya.
“Kau pikir…aku akan
menyerah dengan keadaanmu, tidak….aku malah semakin tertantang untuk
melawanmu.” Gumamnya sambil memandangi langit dari jendela. Entah kata-kata itu
ia tujukan pada siapa.
“Tok….tok…tok…”
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.
“Maaf nona, anda
dipanggil Tn. Young Guk keruanganya.”
Zia menganggukkan kepala
lalu berjalan keluar menuju ruangan Young Guk.
“Kau memanggilku.”
Sapanya begitu tiba dimulut pintu.
“Ya, kemarilah.” Jawab
Young Guk seraya mempersilahkan Zia duduk.
“Zia, aku tidak akan
mentolerir apapun yang bersangkutan dengan perusahaan dan pekerjaan meski itu
adalah keluarga atau teman. Selama kita berada di kantor dan bekerja, kita
adalah rekan kerja. Aku pikir kau sudah memahami itu.” Berundul young Guk tanpa
jeda.
“Maaf atas kejadian
tadi, semua ini tak akan terjadi kalau aku tau dari awal. Tapi aku juga baru
tau hari ini.”
“Apa…kau baru tau hari
ini, bagaimana mungkin. Bukankah kalian tinggal bersama, mana mungkin dia tidak
berkata apapun.” Young Guk mulai meradang, dan perlahan sikap aslinya muncul.
“Tapi kenyataanya
memang seperti itu.” Ucap Zia datar seraya menatap kedua mata Young Guk. “Maaf,
kalau kau sudah selesai bertanya…aku akan pergi. Karena aku masih ada pekerjaan
lain.” Imbuh Zia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.
Baru beberapa langkah
ia keluar dari ruangan Young Guk, tiba-tiba ia dihentikan oleh seorang
karyawan.
“Ada apa?” tanya Zia
seraya menghela nafas.
“Maaf, nona Hyo Sung
memanggil anda keruanganya.” Ucap karyawan itu dan berlalu.
Lagi-lagi Zia harus
menghela nafas panjangnya, sepertinya hari ini ia penuh dengan kekesalan. Tanpa
mengulur waktu ia langsung bergegas ke ruangan Hyo Sung.
Melihat kedatangan Zia,
Hyo Sung beranjak dari duduknya seraya tersenyum menghampiri.
“Aku ucapkan selamat
atas syuting pertamamu, bagaimana….apa semuanya berjalan lancar.” Tanya Hyo
Sung basa-basi. Zia langsung menatap tajam ke arah hyo Sung seraya berkata.
“Waktumu tidak terlalu
cukup untuk berbasa-basi denganku.”
Hyo Sung terdiam kesal
mendengarnya, nampak sekali dari sorot mata dan gerak geriknya kalau ia sedang
kesal pada Zia. Namun ia berusaha menutupinya.
“Hmm….kau benar sekali.
Baiklah aku akan langsung pada intinya. Hari ini jadwalku ketat, dan….tadi kau
melihatnya sendiri bukan. Kalau aku hampir pingsan, aku ingin kau mewakiliku
untuk acara nanti malam.” Papar Hyo Sung sambil duduk ditempat kerjanya.
“Apa…” desah Zia kaget.
“Kenapa harus aku,
sepertinya itu bukan tugasku.” Imbuhnya lagi.
“Siapa bilang itu bukan
tugasmu, sekarang kau bekerja dibawah pimpinanku. Kau harus mampu melakukan
apapun perintahku, kau juga harus mampu menggantikanku saat aku sedang
berhalangan hadir di acara apapun itu.”
“Tidak!...aku tidak
mau!.”
“Tapi harus bagaimana
lagi….aku sudah terlanjur bilang pada Tuan Choi, kalau akan ada perwakilanku
yang datang.” Kata Hyo Sung menatap tajam Zia yang berdiri dihadapanya.
Zia sangat tak terima
dengan perilaku Hyo Sung, ia merasa sangat dipermainkan. Ingin sekali ia
memberi pelajaran pada gadis bermata belok itu, namun diurungkanya.
Siang ini Presdir duduk
bersandar dikursi kerjanya menghadap luar sambil memejamkan mata. Sepertinya ia
lelah dengan pekerjaan yang menumpuk setiap harinya, hingga tanpa terasa ia
tertidur. Dalam tidurnya yang masih belum terlalu lelap itu, presdir melihat
seorang gadis kecil berambut pirang tengah berlari sambil berteriak-teriak
memanggil kedua orangtuanya.
“Ayah!.....Ibu!.....jangan
pergi….jangan tinggalkan aku….Ayah…Ibu…bukalah matamu, lihatlah aku.” Tangis
anak kecil itu meronta-ronta sambil menggoyang-goyangkan tubuh kedua
orangtuanya.
“Ayah…” presdir
tiba-tiba terbangun dengan panggilan Young Guk disampingnya.
“Ayah kenapa, apa mimpi
buruk itu datang lagi.” Tanya Young Guk sambil memeriksa berkasnya yang hendak
dilaporkan.
Presdir hanya menghela
nafas panjang sambil mengusap keringat
yang membasahi wajahnya, lalu memutar kursinya menghadap putranya yang masih
sibuk membolak-balik berkas.
“Ayah, tidak apa-apa.
Bagaimana kerjasama dengan Tuan Yu, apa berjalan lancar.”
“Ayah tenang saja,
semuanya berjalan lancar tinggal menunggu hasilnya saja.”
Presdir tersenyum puas
dengan kerja Young Guk, iapun berdiri dan menepuk pundak putranya seraya
berkata.
“Kau sudah kembali
seperti dulu lagi, aku senang dengan sikapmu ini. Tetaplah begini, sudah
waktunya kita bangkit dari keterpurukan masa lalu.”
Jam sudah menunjukan
pukul 6 malam, namun Hyo Sung masih belum keluar juga dari ruang meeting.
Honggi sudah terlihat resah, berkali-kali ia melirik jam yang melingkar di
pergelangan tanganya. Berkali-kali pula ia mondar-mandir didepan pintu ruang
meeting, berharap Hyo Sung segera keluar. Tiba-tiba ponselnya
berdering…..”Rrrrrrrr….senyum lebar langsung mengembang diwajah tampan Honggi
saat melihat nama Zia kelap-kelip dilayar ponselnya.
“Apa kau sudah menunggu
ku, sebentar lagi aku pasti datang. Kau tunggu saja.” Celoteh Honggi antusias.
“Malam ini aku ada janji
dengan seseorang...bagaimana kalau ditunda lain waktu saja, kau tidak keberatan
bukan.”
“Baiklah…..kalau tidak
bisa makan diluar, kita makan dirumah saja. Aku akan membelikanmu sesuatu.”
Ucap Honggi yang tak putus asa.
“Kalau kau
memaksa…..aku akan minta yang enak untuk malam ini.” Jawab Zia seraya tertawa
riang.
“Baiklah…..apapun akan
kulakukan untukmu. Aku tutup dulu, sepertinya Hyo Sung sudah selesai meeting.
Kau jaga diri baik-baik ya, sampai ketemu dirumah.”
“Kalian seperti
pasangan suami istri yang baru menikah saja.” Celetuk JaeJin yang tiba-tiba
muncul. Honggi tersipu dengan ledekan malaikatnya itu.
“Kau yang lebih
mengejutkan, tumben kau tidak memarahiku. Biasanya kau paling bawel saat aku
menelfon Zia.” Sungut Honggi sambil berjalan menghampiri Hyo Sung yang baru
keluar dari ruang meeting.
Hyo Sung tersenyum
seraya menggandeng tangan Honggi, ia sangat bahagia sekali berada disampingnya.
“Aku lapar sekali,
bagaimana kalau kita mampir kesebuah tempat makan. Kau pasti lapar juga kan.”
Rengek Hyo Sung manja memegangi kedua tangan Honggi.
“Hari ini aku sangat
lelah, beruntung kau membatalkan jadwalku malam ini. Kalau kau tidak
keberatan…..sebenarnya aku ingin ketaman hiburan, aku ingin bermain melepas
lelah.” Imbuh Hyo Sung lagi menunduk
sedih.
Sebenarnya Honggi
sangat keberatan dengan permintaan Hyo Sung, namun ia bertahan untuk tujuanya.
Ia juga berusaha menahan kekesalanya karena sifat manjanya Hyo Sung.
“Baiklah, malam ini
kita akan bersenang-senang.!!” Sorak Honggi berpura-pura riang.
“Aku tau, kau pasti
merasa terganggu. Tapi….aku memang sengaja melakukan semua ini. Aku Jang Hyo
Sung….tak ada yang tak bisa aku dapatkan.” Gumam Hyo Sung seraya tersenyum
licik.
Malam ini dengan cepat
Zia menyelesaikan tugasnya bertemu dengan Tn. Choi, lalu bergegas pergi ke
sebuah supermarket. Ia berniat untuk memberi kejutan untuk Honggi. Sesampainya
di supermarket, ia langsung naik ke lantai dua. Tempat fashion pria beraneka
macam jenis pakaian dan kelengkapanya dijual dengan harga yang terjangkau.
Semangat Zia menggebu-nggebu saat memilah kemeja yang pas untuk Honggi, apalagi
saat memilih T-shirt. Tanpa pikir panjang ia langsung comot sana comot sini,
yang penting warnanya cocok untuk kulit Honggi.
Sementara itu Hyo sung
dan Honggi tengah asyik menikmati wahana permainan sambil menikmati snack
masing-masing. Mereka seolah merasa dunia milik berdua, tak jarang mereka
terlihat saling bergandeng tangan hingga membuat iri siapa saja yang melintas
disampingnya. Nampaknya Honggi telah lupa akan janjinya dengan Zia, ia terlarut
dalam kebahagiaan hingga lupa waktu.
Tak terasa waktu sudah
menunjuk pukul 10 malam, Zia melenggang dengan riang gembira menuju rumahnya.
Yang ada dipikiranya adalah Honggi, Honggi dan Honggi. Ia bahkan tak menelfon,
ia sangat yakin kalau Honggi sudah menunggunya di rumah. Setiba didepan pintu
rumah, Zia melihat kamar Honggi yang gelap.
“Kamarnya sudah gelap,
berarti ia sudah ada di dalam.” Ujarnya dengan penuh antusias.
Zia berjingkat masuk
kedalam rumah sambil tengok kanan kiri, ia khawatir kalau nenek mendengar
langkahnya dan terbangun. Begitu sampai dikamar Honggi, perlahan ia memegang
gagang pintu dan mendorongnya. Kedua mata Zia melebar saat melihat seorang pria
tengah duduk menatap cahaya bulan yang terhalang oleh jendela kaca. Tanpa pikir
panjang ia langsung berlari menyeruak mendekap kedua mata lelaki itu denagn
kedua tanganya sambil berbisik.
“Ternyata apa yang aku
pikirkan benar, kau akan menungguku.”
Honggipun tersentak
kaget, dan melihat apa yang sedang terjadi pada Zia di dalam bayanganya.
“Ada apa Honggi,
sepertinya kau terkejut. Apa yang membuatmu terkejut.” Tanya Hyo Sung panik.
“Maaf Hyo Sung, aku
harus segera pergi.” Jawab Honggi sambil berlari menghampiri mobilnya dan
langsung melesat secepat kilat menembus malam.
Wajah Zia berubah
murung, karena pria yang tengah didekapnya itu hanya diam membisu. Karena
penasaran, perlahan ia melongokkan kepalanya sambil melepas kedua tanganya. Zia
terbelalak tak percaya ketika melihat wajah yang samar-samar terpantul oleh
sinar bulan, meski cahaya itu redup. Namun cukup mampu menerangi wajah lelaki
yang ternyata bukan Honggi. Zia terkulai sambil membungkam mulutnya sendiri dan
masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Si…si….siapa kamu,
kenapa kamu ada disini. Jangan-jangan kamu pencuri.” Desah Zia ketakutan.
“Pen…..” Sebelum Zia
berteriak, tangan lelaki itu sudah membungkamnya lebih dulu.
“Aku bukan pencuri.
Aku…..aku….” Lelaki itu kebingungan mencari alasan.
Tiba-tiba saja pintu
dibuka dengan kasar, Zia dan lelaki itu kaget setengah mati melihatnya.
“JaeJin!....apa yang
kau lakukan!..” gertak Honggi sambil mendorong tubuh JaeJin.
“Honggi.” Bisik Zia
yang terengah-engah ketakutan.
“Kau tak apa-apa
bukan.” Ucap Honggi mengusap keringat
yang membasahi dahi Zia.
“Dia siapa?....kenapa
dia bisa ada disini?....” tanya Zia yang masih ketakutan.
Honggi terdiam
mendengar pertanyaan Zia dan hanya beradu pandang dengan JaeJin.
“Eee…dia…dia temanku.”
Jawab Honggi seraya tersenyum manis menenangkan Zia.
“Teman….” Bisik Zia tak
percaya. Jaejin mulai memahami kondisi saat Honggi menyebutnya sebagai teman.
Iapun segera mendekat dan meyakinkan Zia.
“Benar, aku temanya
Honggi. Maaf kalau mengejutkanmu, karena aku baru bertemu dia tadi siang. Dia
memberiku alamat rumah ini, makanya aku datang kesini.” Papar Jaejin
menjelaskan dengan penuh semangat seraya mengedipkan sebelah matanya mengkode
Honggi, agar Honggi lebih mudah meyakinkan Zia.
“Jadi kau sudah
menungguku sejak tadi siang.” Honggi langsung berpura-pura kaget, saat memahami
kode yang diberikan Jaejin padanya.
“Ya benar, kenapa kau
lama sekali....seharusnya kau tidak boleh membiarkan seorang teman menunggu
terlalu lama seperti ini.” Sungut Jaejin pura-pura kesal.
“Kau benar sekali.!”
Sahut Zia tiba-tiba.
Jaejin langsung melirik
Honggi begitu Zia percaya dengan bualan mereka. Honggipun tersenyum lega kearah
Jaejin.
“Honggi!, seharusnya
kau bilang pada temanmu, kalau kau akan pulang terlambat. Kenapa kau juga tidak
menghubunginya. Apa kau terlalu sibuk untuk menghubungi temanmu sebentar saja.”
Dumel Zia sekalian meluapkan kekesalanya. Honggi tak menduga kalau reaksi Zia
akan seperti itu. Iapun mulai panik mencari alasan untuk membela dirinya. Ia
sama sekali tak menduga kalau akan diserang Zia dan Jaejin bersamaan. Namun sebelum
Honggi berhasil membela diri, tiba-tiba terdengar suara teriakan Nenek dari
balik pintu. Spontan ketiganya langsung terbelalak kaget dan saling
berpandangan. Mereka takut dan khawatir kalau nenek akan masuk kedalam kamar
lalu memergoki ketiganya.
“Honggi!.....Honggi!....kenapa
kau ribut saat malam-malam begini!. Apa kau tidak tau kalau aku terbangun
karena kegaduhanmu.!” Dumel Nenek yang langsung membuka pintu kamar Honggi
tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu. Nenek langsung tercengang saat melihat
tiga wanita tengah duduk diatas kasur
dan salah satu dari mereka adalah cucu kesayanganya Zia.
“Zia!....kau, apa yang
kau lakukan disini bersama teman-temanmu.” Tanya nenek sambil berjalan
menghampiri cucunya yang cengengesan.
“Kenapa kau mengajak
teman-temanmu kesini, bukankah ini kamar Honggi. Dimana Honggi, apa yang sedang
kalian lakukan didalam kamar tengah malam begini.” Imbuh nenek mulai meradang
dengan kedua mata yang melotot ke arah mereka bertiga.
“Nenek….nenek jangan
salah paham, eee….sebelumnya aku minta maaf kalau kegaduhan kami telah
membangunkan nenek. Malam ini Honggi lembur dikantornya, terus lampu dikamarku
mati, sedangkan besok kami akan syuting pagi. Jadi terpaksa kami menghafalkan
dialognya saat malam begini.” Papar Zia memberikan alasan untuk neneknya.
“Lalu, dengan alasan
itu kau membawa kedua temanmu ini menginap disini.”
Zia terdiam dengan
pertanyaan neneknya, lalu menatap Honggi dan Jaejin yang tengah menyamar
bergantian. Sepertinya ia sudah kehabisan kata-kata untuk mencari alasan.
“Sekali lagi maafkan
kami nek, bukan maksud kami untuk berbuat yang aneh-aneh. Tapi….ijinkanlah kami
menginap disini malam ini. Rumah kami jauh diseberang desa, sedangkan kami
kehabisan uang untuk pulang. Nenek tau….malam ini kami bahkan tidak makan
malam, kami menahan sekuat tenaga….perut kami yang tengah keroncongan.” Rintih
Honggi pura-pura meratap. Mendengar ratapan Honggi yang kacau, Zia dan Jaejin
tertawa kecil.
“Baiklah…malam ini aku
ijinkan kalian menginap disini. Tapi ingat, sekali lagi jangan berisik.”
Pungkas nenek dan berlalu keluar dari kamar Honggi.
Zia, Honggi dan Jaejin
langsung membuang nafas lega begitu nenek keluar dari kamar.
“Huf!.....untung kita
semua selamat.” Ujar Jaejin seraya mengelus dadanya.
“Kau benar, untung saja
aku membawa peralatan syutingku kemarin.” Imbuh Zia.
“Bungkusan apa ini,
Jaejin…apa ini milikmu.?” Tanya Honggi sambil mengangkat sebuah bungkusan
bergambar boneka panda.
“Oooo….bukan!!!....ini
milik ku!” Sahut Zia sambil merebut bungkusan yang dipegang Honggi.
“Ini untukmu, aku
sengaja membelikanya untukmu.” Imbuh Zia lagi.
“Waaaaahhh!!!”…..maksudmu
hadiah!....seru Honggi kegirangan. Karena saking senangnya ia langsung merebut
bungkusan yang dipegang Zia dan
membukanya.
Kedua mata Honggi
bersinar terang saat melihat isi bungkusan itu. Dengan penuh semangat ia
mengeluarkan satu persatu benda yang ada di dalamnya.
“Wah!....bagus sekali,
ada banyak baju dan setelanya. Ada jam tangan juga!...” seru Honggi kegirangan.
Zia tersenyum senang melihat reaksi Honggi, begitu juga dengan Jaejin,
sambil menatap Zia dan Honggi
bergantian.
Tiba-tiba senyum Honggi
dan Jaejin berhenti saat Honggi memegang sebuah benda dalam kotak kecil
bergambar pria yang sedang bertelanjang dada dan hanya memakai celana dalam
saja. Bersamaan dengan itu, wajah Zia pun merona. Ia hanya menundukkan kepala
sambil menelan ludah. Nampaknya ia sedang menahan malu.
“Zia….kau sampai
sedetail ini. Kau benar-benar memperhatikanku!” seru Honggi tak percaya. Zia
semakin malu, ia benar-benar tak mampu mengangkat kepalanya menatap wajah pria
yang telah menyihir hatinya. Tanpa sepatah kata ia langsung beranjak keluar
dari kamar Honggi.
“Sepertinya akan ada
yang begadang malam ini.” Ledek Jaejin sambil merebahkan tubuhnya.
Zia tersenyum senang
saat tiba di kamarnya, entah kenapa ia ingin sekali tertawa dan bersorak.
Hatinya tengah berbunga-bunga tanpa terasa iapun menari-nari kegirangan sambil
memegangi kedua pipinya yang masih merona. Ia masih tak percaya dengan apa yang
baru saja ia alami, seumur hidup….baru kali ini ia merasakan sebuah perasaan
yang tak menentu. Sebuah perasaan yang sulit diungkapkan, perasaan yang sulit
dipahami. Namun rasa itu mampu menyesakkan dada dan lupa diri.
Hingga kini sinar fajar
mulai membentang di langit biru nan indah, namun sinar itu tak mampu mengusik
hati Zia yang tengah kasmaran. Sedangkan Honggi dan nenek sudah siap dimeja
makan untuk sarapan pagi.
“Kau kapan pulang,
kenapa aku tak melihatmu pulang.” Tanya nenek memulai percakapan.
“Uhuk!...uhuk!...”
Honggi kaget dengan pertanyaan nenek, hingga membuatnya hampir tersedak. Nenek
langsung melotot kearahnya sambil terus menyiapkan menu makan pagi.
“Kau
kenapa?”….sebaiknya kau jangan tergesa-gesa.” Imbuh nenek lagi.
“Eee….maaf nek,
sepertinya aku terburu-buru pagi ini.” Jawab Honggi cengengesan.
“Kau belum menjawab
pertanyaanku, kapan kau pulang.” Hardik nenek.
“Mmmm…subuh…subuh nek,
subuh tadi aku pulang. Makanya aku masih sangat mengantuk pagi ini.” Jawab
honggi pura-pura menggeliat. Tapi sepertinya nenek cuek-cuek saja, ia bahkan
tak melihat acting Honggi.
“Cepat kau bangunkan
Zia dan kawan-kawanya. Semalam dia bilang ada syuting pagi, tapi sudah sesiang
ini kenapa mereka belum bangun.”
Sepertinya pagi ini
Honggi dibuat khawatir dan kebingungan oleh nenek dengan pertanyaan-pertanyaan
yang mengejutkan, karena masalah semalam.
Pagi ini nampaknya Zia
masih tertidur lelap, ia bahkan tak mendengar suara ketukan pintu dan panggilan
Honggi. Lalu tiba-tiba ponselnyapun berdering, ia langsung terperanjat kaget
dan terbangun. Zia masih bermalas-malasan ditempat tidur, kedua matanya masih
tampak berat. Tapi suara ponsel dan suara panggilan Honggi seolah
bersahut-sahutan dikedua telinganya.
“Zia!......Zia!.....bangun!......sudah
siang kenapa kamu belum bangun, Zia…apa aku perlu masuk kedalam.” Seru Honggi
dari balik pintu.
Mendengar seruan Honggi
yang hendak masuk kekamarnya, Zia langsung melompat dari tempat tidurnya dan
membuka pintu.
“Aku sudah
bangun…..kenapa kau masih berteriak.” Ucap Zia dengan suara paraunya dan tubuh
yang masih terhuyung-huyung.
“Apa…..kau baru bangun,
jam segini kau baru bangun. Apa kau tidak kekantor.” Tanya Honggi kaget. Tapi
Zia hanya diam menunduk, ia tak mau Honggi melihat wajah sembabnya.
“Cepatlah, kau ditunggu
nenek di meja makan.” Imbuh Honggi dan berlalu.
Zia berjalan pelan
menghampiri tempat tidurnya dan kembali ponselnya berdering lagi.
Ia panik saat melihat
nama Young Guk berkedip-kedip dilayar ponselnya yang besar. Terakhir bertemu,
pria itu memarahinya. Kali ini ia takut kalau Young Guk akan memarahinya lagi.
Karena sudah sesiang ini ia belum datang ke kantor. Jarinya yang lentik gemetar
menggeser gambar telfon hijau yang terus bergetar itu.
“Ha….ha…halo,
maaf…aku…..” ucap Zia terbata-bata. Tapi belum selesai ia bicara, Young Guk
langsung menyelanya.
“Aku tau kau pasti
takut datang kekantor, itu sebabnya aku menelfon. Kau jangan khawatir, aku akan
menjemputmu kau siap-siap saja. Kita pergi ke BLUE Agency, disini banyak
wartawan. Ayah dan Tn. Yu sudah menunggu kita disana.” Kata Young Guk penuh
semangat. Sedangkan Zia hanya terdiam tak mengerti dan bingung dengan apa yang
dikatakan direkturnya.
“Aku tak mengerti kau
ini bicara apa, kenapa harus kesana…..apa ada masalah dikantor, kenapa bisa ada
banyak wartawan kalau tak ada masalah.” Tanya Zia penasaran.
“Apa kau tidak tau
kalau lagu yang kau bintangi menjadi sorotan publik, apa kau belum melihat
beritanya, semua orang sedang membicarakanmu…kau akan menjadi terkenal!!!”.
Sorak Young Guk kegirangan. Kedua mata Zia langsung terbelalak mendengar ucapan
Young Guk.
“Apa!!......Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!......”
pekiknya sambil berlonjak gembira.
Spontan nenek dan
Honggi terkejut dan berlari kekamar Zia. Melihat kedatangan nenek dan Honggi,
Zia langsung merangkul keduanya mengajaknya berputar dan berlonjak gembira.
“Zia….Zia apa yang kau
lakukan, nenek bisa jatuh.” Rintih nenek yang kewalahan sambil melepas pelukan
cucunya. Zia masih saja tersenyum memandangi nenek dan Honggi bergantian.
“Apa yang terjadi,
kenapa kau berteriak.” Tanya Honggi. Zia diam dan berlari keluar kamar lalu
menyalakan televisi.
“Lagu
In your dream milik
group pendatang baru AX nampaknya akan menjadi idola berikutnya. Namun yang tak
kalah heboh lagi adalah gadis yang menjadi bintang dalam video music itu. Gadis
pendatang baru itu diam-diam telah mencuri perhatian masyarakat, hingga kini
rating lagu ini perlahan semakin meningkat. Belum dikonfirmasikan siapa nama
gadis itu, namun yang jelas AX adalah group asuhan W Entertainment.”
“Yeah!!!”……kau memang
hebat Zia, sebentar lagi kau akan terkenal.” Sorak Honggi sambil memegang
pundak Zia.
Namun lain halnya
dengan Jang Hyo Sung, sepertinya hanya ia saja yang terlihat tak bahagia dengan
kemenangan Zia. Ia duduk diam memandangi televisi yang sedari tadi silh berganti hanya membahas
tentang Zia. Wajah putih dan ayunya telah tertutup dengan amarah yang dipendamnya.
“Mungkin dewi
keberuntungan sedang berpihak kepadamu, kau memang tak boleh diremehkan.
Pesonamu mampu memperdaya kakakku, sudah pasti orang lainpun akan sama.
Namun….aku tak peduli sehebat apakah dirimu, hanya satu orang yang tak boleh
kau perdaya dan kau miliki….Kim Honggi. Aku tak akan membiarkanmu memilikinya.”
Gumamnya seraya tersenyum sinis.
Lamunan Hyo Sung
seketika bubar saat seorang karyawan masuk ke ruanganya tanpa mengetuk pintu.
“Maafkan aku nona, tapi
aku harus segera memberitahu anda bahwa para wartawan telah memenuhi lobi. Kami
kewalahan menahan mereka semua.” Ucap karyawan itu dengan nafas yang
tersengal-sengal.
“Bagaimana bisa seperti
itu, apa kakak dan Zia belum datang.” Nampaknya Hyo Sung mulai panik dan segera
melihat kegaduhan dilobi.
“Aku sudah menghubungi
Tuan Young Guk, tapi sepertinya mereka menuju BLUE Agency bersama presdir.” Hyo
Sung terkejut dan menghentikan langkahnya.
“Apa!”…..Kedua tangan
Hyo Sung mengepal erat, ia kesal dengan sikap kakaknya. Dengan cepat iapun
meraih ponsel dan menghubunginya.
“Kakak!....apa maksud
kakak, kenapa kakak membiarkan para wartawan berkumpul disini. Kenapa kalian
pergi ke kantor pusat tanpa memberitahuku lebih dulu!...” dumel Hyo Sung
menggebu-gebu begitu tersambung dengan kakaknya.
“Bukan begitu Hyo Sung,
ayah menelfonku dan berkata kalau Tuan Yu sudah menunggu di BLUE Agency. Aku
juga kaget dan tak sempat menghubungimu.” Jawab Young Guk mencoba menenangkan
emosi adiknya. Namun sepertinya Hyo Sung sudah terlanjur sakit hati. Ia
langsung mematikan ponsel tanpa menjawab ucapan kakaknya.
“Ada apa….adikmu marah
padamu.” Celetuk Zia lirih.
“Ini masalah kecil,
jangan terlalu dipikirkan. Sebentar lagi kita akan sampai.” Pungkas Young guk
sambil menambah kecepatan mobilnya.
“Aku yang seharusnya
bertanggung jawab atas karir Zia, bukan kau kak. Aku yang seharusnya
menanganinya, bukan kau!!”. Tapi…..keegoisanmu sudah menyakitiku, kau
benar-benar telah dibutakan asmara.” Gumamnya geram.
Sesampainya dilobi, Hyo
Sung menghela nafas dalam-dalam dan membuangnya keudara seraya menyeka airmata
yang menumpuk di ujung kedua matanya. Lalu dengan tegas ia berdiri menatap
kerumunan wartawan yang sudah siap dengan pertanyaan dan argumen.
“Aku minta maaf, karena
baru datang sekarang. Untuk saat ini….aku tidak bisa berkata banyak, karena
yang bersangkutan tidak hadir disini.”
“Bagaimana bisa kau
tidak dapat memberi kami berita, bukankah kau yang bertanggung jawab atas dia.”
Celetuk salah satu wartawan yang langsung memotong ucapan Hyo Sung.
“Iya, benar. Aku dengar
anda adalah manager baru yang menangani artis-artis pendatang baru di Star
Agency, kenapa anda bisa bilang tidak bisa…sepertinya anda tidak profesional.”
Imbuh salah satu wartawan lagi.
Hyo Sung diam seribu
bahasa mendapat serangan bertubi-tubi dari para wartawan. Tatapanya lurus tajam
tanpa arah, pikiranya kini campur aduk jadi satu. Dilain sisi ia masih kesal
dengan sikap kakaknya, disisi lain ia harus menghadapi para wartawan yang dari
tadi terus melontarkan pertanyaanya hingga ia tak mampu konsentrasi. Perlahan
kedua kakinya mulai gemetar, tubuhnya lemas karena tak kuat menahan rasa malu.
Sekuat tenaga ia berusaha bertahan dengan memegang pilar gedung, namun tetap
saja tubuh mungilnya goyah.
Akan tetapi tiba-tiba
Honggi datang dan menahan tubuhnya yang ambruk, Hyo Sung terkejut tak percaya.
Melihat wajah pria yang dicintainya, kini senyum manis tersungging dibibirnya
yang merah. Semangatnya yang hilang sejenak, kini telah kembali. Iapun berdiri
tegak kembali dengan penuh percaya diri.
“Kau harus kuat.” Bisik
Honggi seraya tersenyum.
“Seperti yang kalian
ketahui, aku memang manager untuk artis-artis baru itu. Namun, aku juga tidak
fokus hanya untuk satu orang saja. Ada banyak artis yang aku tangani, jadi…aku
mohon pengertian kalian semuanya. Aku berjanji….aku dan artis itu akan segera
mengadakan jumpa Pers dan akan memuaskan kalian. Untuk sementara ini, aku mohon
kalian meninggalkan gedung dengan damai dan tenang, terimakasih.” papar hyo
Sung dengan lantangnya.
Satu persatu wartawan
itu mulai meninggalkan gedung meski ada segelintir yang mengeluh kecewa.
Dilain tempat, presdir
dan yang lainya tersenyum lega melihat Hyo Sung
berhasil menangani masalah. Namun tidak untuk Zia, melihat kedekatan Hyo
sung dan Honggi dilayar TV hatinya terluka.
“Kau….perkenalkan dirimu
pada kami.” Pinta presdir Jang pada Zia.
“Selamat Pagi,
halo….nama saya Yang Zia Mie biasa dipanggil Zia. Cita-cita saya dari kecil
adalah menjadi artis, apalagi semenjak kedua orangtua saya
meninggal…terimakasih.”
“Jadi….kau
sebatangkara.” Tanya presdir Yu
“Tidak, saya tinggal
bersama nenek.” Jawab Zia dengan tersenyum menatap presdir Yu dan presdir Jang
bergantian.
“Baiklah, nanti malam
kita adakan pesta dikediamanku. Untuk merayakan keberhasilan kerjasama kita
ini.” Ucap presdir Jang penuh semangat menatap presdir Yu. Presdir Yu hanya
tersenyum menganggukkan kepalanya kearah presir Jang.
“Sekalian kita
mengadakan jumpa Pers dan memperkenalkan Zia secara resmi pada publik.” Sahut
Young Guk menimpali. Kedua orangtua itupun menyetujui keinginan Young Guk dan
segera menghubungi rekan kerja mereka juga para awak media yang terpercaya.
“Apa kau bahagia.”
Tanya Young Guk.
“Aku bahagia….sangat
bahagia, terimakasih sudah membantuku. Tanpa kau, aku tidak akan jadi apa-apa.”
Jawab Zia riang sambil memegang kedua tangan Young Guk. Tiba-tiba Young Guk
menarik tubuh Zia kedalam pelukanya.
“A…a….apa yang kau
lakukan, nanti ada yang melihat.” Kata Zia sambil mendorong tubuh kekar Young
Guk, tapi pria itu seolah tak menghiraukan ucapan Zia. Ia malah semakin mendekap
erat tubuh mungil itu.
Hyo Sung kembali gusar
setelah melihat tayangan di televisi, kalau ayah dan kakaknya akan mengadakan pesta perayaan dan jumpa pers
tanpa melibatkan dirinya sedikitpun. Ia langsung beranjak dari tempat duduk dan
bergegas keluar menuju mobilnya lalu melaju dengan kencangnya. Amarah yang
sempat reda kini bergejolak kembali bahkan lebih. Ia tak menghiraukan
rambu-rambu lalulintas, yang ada dipikiranya hanyalah ketidak adilan kakak dan
ayahnya yang seolah mengabaikanya.
Selang beberapa menit
berlalu sampailah ia di BLUE Agency. Setelah memarkir mobil kesayanganya ia
langsung berjalan menuju ruangan ayahnya dengan tergesa-gesa hingga tak
menghiraukan sapaan para karyawan yang melintas disekitarnya.
“Brak!!!..”
Presdir Jang, Young Guk
dan zia terkejut melihat Hyo Sung yang datang dengan menggebrak pintu. Ketiga
orang itu saling beradu pandang ketika melihat hyo Sung yang masih
terengah-engah.
“Ada apa.” Tanya
presdir pelan.
“Kenapa….kenapa ayah
dan kakak mengabaikanku!,”… kenapa kalian tak memberitahuku tentang jumpa pers
itu!”…Ayah tau kan, kalau Zia itu tanggung jawabku. Kenapa ayah membiarkan
kakak merebutnya dariku.” Dumel Hyo Sung berapi-api.
“Dan kau kak, kenapa
kau tak membiarkan aku bekerja dengan tenang. Apa kakak tak percaya pada kemampuanku.
Baiklah….mulai sekarang aku lepaskan tanggung jawabku!”. Imbuhnya lagi kali ini
airmatanya tak dapat dibendung lagi. Ia biarkan basah membasahi kedua pipinya.
Young Guk segera
beranjak dari duduknya, lalu menghampiri adiknya yang sedang labil. Tapi dengan
cepat gadis itu mendorongnya kasar.
“Jang Hyo
Sung!”….gertak presdir seraya berdiri menatap putrinya yang berlinangan
airmata.
“Ayah tidak tau kalau
akan seperti ini, semua ini terjadi tiba-tiba. Tiba-tiba saja Tuan Yu datang,
dia sudah tau kalau para wartawan sedang ramai di STAR Agency. Makanya beliau
kesini untuk menghindarinya. Jika tidak, itu akan sangat membahayakan Zia.
Mengenai kakakmu….justru kakakmu sudah percaya padamu, ia yakin kalau kau mampu
mengatasi masalah ini. Bukan karena dia tidak percaya padamu. Tapi….tapi kenapa
kamu bisa berfikir seperti itu.” Papar presdir Jang menerangkan pada Hyo Sung
yang masih diselimuti amarah.
“Bohong!” gertak Hyo
Sung yang makin kesal.
Presdir menghela nafas
panjang melihat sikap putrinya yang keras kepala.
“Young Guk, sebelum
ayah marah….kau ajak adikmu keluar dari ruangan ini.”
“Ayah tak perlu
menyuruh kakak mengusirku, aku akan pergi sendiri. Yang jelas….aku kecewa pada
ayah.”
Zia segera beranjak
mengejar Hyo Sung, tapi Young Guk menghalanginya.
“Apa yang kau
lakukan…aku harus bicara pada Hyo Sung, dia sudah salah paham padaku.”
“Biarkan saja dia, biar
aku yang bicara padanya nanti.” Ucap Young Guk menenangkan Zia
Sementara itu
dikediaman Zia yang tak begitu besar nampak sepi, hanya terlihat taman dan
kolam berisi beberapa ikan koi. Samar-samar terdengar suara dentingan piano
dari dalam rumah. Sudah lama sejak Zia anak-anak piano itu tidak dimainkan,
entah kenapa hari ini nenek memainkannya. Walau sudah berumur tahunan, namun
suara piano itu masih enak didengar.
Nenek nampak menghayati
permainan jemarinya menyentuh satu demi satu not lagu. Seolah sedang mengingat
sesuatu yang telah lama terkubur dalam ingatanya. Diatas piano hitam itu tengah
berdiri sebuah pas photo bergambar sepasang muda mudi yang baru menikah.
“Sudah 20 tahun
berlalu….tak terasa sudah lama sekali. Apa kau tau sesuatu…..dia sudah besar,
tumbuh dengan cantiknya. Kalian beruntung memilikinya, hanya saja….takdir tak
menginginkan kalian bersama untuk waktu yang lama.” Gumam nenek yang
berlinangan airmata sambil memandangi foto itu.
“Tinggal menunggu waktu
saja, dan semua akan kembali seperti semula.”
JaeJin terdiam melihat
nenek yang sedang larut dalam memori masa lalunya. Samar-samar ia juga melihat
apa yang dilihat nenek. Sebuah bayangan masa lalu saat Zia kecil yang bahagia
ditengah-tengah keluarga kecilnya dan……ckiiiiiitttttt!!!!!”…….brak!!!”.
Bulir-bulir keringat
dingin mengucur dikedua kening Jaejin saat sebuah bayangan melintas
dimemorinya. Bayangan orang-orang yang berkerumun ditengah jalan lalu bayangan
orang yang berkerumun dipinggir jembatan dan bayangan orang-orang yang
menangis. Dan…..”Siapa kau!!”
JaeJin tersentak kaget
mendengar suara gertakan itu hingga tersadar dari memorinya. Kedua tangannya
gemetar saat nenek menatapnya dengan tajam.
“Kau lancang, siapa
yang mengijinkanmu melihat memori kami!”
“Saya tak sengaja
melihatnya, bayangan-bayangan itu tiba-tiba saja muncul. Tolong maafkan saya,
bukan maksud saya untuk ikut campur.”
“Baiklah….untuk kali
ini, aku membiarkanmu. Tapi….tidak untuk kesalahanmu berikutnya.”
“Terimakasih senior.”
tobe continued
.