Death Kiss



BAGIAN SATU
 
Hidup sebagai seorang artis itu tidak mudah,selain bekerja di bawah tuntutan manager dan produser,mereka juga harus tampil apik di depan publik meski hati sedang menderita.Hal inilah yang di rasakan oleh Lim Jung Ah,aktris papan atas yang sedang terkena masalah dengan manager sekaligus kekasihnya,karena tak tahan melihat adegan ciumanya dengan actor lain.
“kenapa kau selalu menghindariku….” Sergah young guk manager jung ah sambil menarik tanganya dengan kasar.Mendapat perlakuan kasar dari kekasihnya,jung ah pun hanya diam tanpa menatap wajahnya.Sedangkan Young Guk yang sudah terbakar api cemburu semakin geram saja dengan sikap Jung Ah.Sekali lagi ia tarik tangan kekasihnya itu,tapi….dengan cepat Jung Ah menghempaskanya.
“Kenapa kau bertanya tentang hal ini,kau tidak tau kalau itu hanya acting…kenapa kau jadi kekanakan..” Ucap Jung Ah pelan seraya menahan airmata.
“Hah…kau bilang itu acting…kau pikir aku bodoh!, Bukankah dia mantan kekasihmu,kau tentu menikmatinya bukan…” Mendengar perkataan kekasihnya,perlahan Jung Ah berbalik menatap kedua mata young guk yang agak sipit.
“Baiklah…anggap saja aku seperti itu,lalu bagaimana denganmu…apa kau tak mau mengatakan sesuatu padaku tentang rubah betina itu.” Seketika young guk terkejut.
“Bukankah pernikahanmu sudah ditentukan oleh ayahmu,bukankah semua ini akan berakhir…seberapa keras aku berusaha meningkatkan taraf hidupku agar kita sama…pada akhirnya kita akan berpisah.Kau ingin aku diam melihat pernikahanmu…” Airmata yang sedari tadi ditahan pun tumpah sudah membasahi pipi.Kedua pasang mata sejoli itu saling menatap dalam seolah menyelami hati masing-masing.
“Apa….pernikahan…maksudmu pernikahanku.” Tanya young guk tak mengerti.Jung Ah hanya menghela nafas mendengar jawaban tak masuk akal itu lalu berlalu pergi.Tapi lagi-lagi young guk menghalanginya.
“Jelaskan padaku tentang semua ini,aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau katakan.” Pinta young guk memohon,tapi Jung Ah tak mau mengerti dan berlalu begitu saja.
Young guk hanya diam melihat kepergian kekasihnya yang berlinangan airmata.Dengan geram ia mengepalkan kedua tanganya lalu melesat pergi masuk ke dalam gedung.
Sepanjang perjalanan airmata tak henti-hentinya mengalir dari kedua mata Jung Ah,sesekali ia menepuk-nepuk dadanya karena sesak.
Young Guk langsung membuka pintu dengan kasarnya,lalu menggebrak meja ayahnya sambil menatap tajam kedua mata orangtua itu.Nafasnya tersengal-sengal menahan amarah yang siap ia lemparkan.Mendapat perlakuan kasar dari anaknya,presdir hanya menghela nafas lalu bersandar sambil melipat tangan didada.
“Apa yang ayah rencanakan dibelakangku,katakan padaku ayah!”….
“Kau sudah lama bermain-main dengan wanita,akupun juga akan pensiun.Aku hanya melakukan tugasku sebagai ayah saja.” Ujar presdir enteng,tapi young guk semakin meradang.
“Dengan menikahkan aku,yang bahkan aku sendiri tidak tau siapa calon istriku!,kenapa ayah tak membiarkanku memilih istriku sendiri!”
“Sejak kapan semua itu perlu,di dalam tradisi keluarga kita menikah dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya itu hanya membawa petaka!.Sampai kapan aku akan diam melihat kegilaanmu bersama wanita itu!” Gertak presdir tak mau kalah.Young Guk kaget mendengar ucapan ayahnya,iapun menengadahkan kepala menghela nafas sambil menjambak rambutnya geram.
“Semua ini tak seperti yang ayah lihat.” Sanggah young guk pelan
“Lalu…apa kau bisa menjelaskan padaku,agar aku mengerti.Kau pikir ayahmu ini orang bodoh,setelah film ini selesai harga sahamnya sudah melebihi harga saham kita,kau tau artinya..”
Young guk menoleh menatap ayahnya,mendengar ucapan itu.Kini emosinya sudah mulai stabil.”Apa….apa yang ayah katakan.”
“Kau terlalu bodoh untuk menjadi seorang manager,aku tak ingin perusahaan ini jatuh ditanganya”.Dahi young guk mengkerut mendengarnya,ia semakin tak mengerti ucapan ayahnya.
Dengan langkah pelan presdir berjalan mendekati putranya yang berdiri tak jauh darinya.
Kedua mata young guk terbelalak begitu mendengar bisikan ayahnya.Ia tak menyangka kalau ayahnya punya rencana yang sungguh di luar dugaanya.Young guk mematung tanpa sadar,presdirpun tersenyum sinis melangkah pelan meninggalkan putranya.Sepeninggal ayahnya,ia terkulai lemas dikursi dengan kedua tangan yang gemetaran.
Dilain tempat,nampak seorang pemuda bertubuh tinggi tegap sedang berdiri mondar mandir dibawah lampu sambil melipat tangan didada dan memainkan batu-batu kecil dijalan.Nampaknya ia sedang menunggu seseorang,terlihat sekali dari gerak gerik tingkahnya.Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganya.Langkahnyapun terhenti saat samar-samar ia melihat bayangan sesosok gadis berjalan pelan menghampirinya.”Kakaaaaaaak!!!!!”…..pekiknya keras sambil berlari menghampiri gadis itu.Pria itu langsung menyeruak kedalam pelukan sang gadis dengan eratnya,sepertinya mereka baru terpisah untuk waktu yang lama.
“Kenapa kakak lama sekali,aku hampir pingsan menunggu kakak pulang.” Ucap pria itu sambil melepas pelukanya.
“Kenapa kau tidak menelfonku dulu kalau sudah pulang,kakak pasti akan menjemputmu.” Ucap Jung Ah sambil membimbingnya masuk ke dalam rumah.Rupanya gadis itu adalah Jung Ah,yang baru selesai syuting.
“Aku tak mau merepotkan kakak,lagipula aku ingin memberi kejutan.” Ujar pria itu lagi seraya tersenyum lepas.Tiba-tiba ditengah haru suasana,ponsel Jung Ah pun berdering,melihat nama young guk berkedip-kedip di layar ponselnya,ia agak malas menjawabnya.

Begitu telfon tersambung, Jung Ah kaget tak percaya dengan ucapan Young Guk

Kedua kaki Jung Ah melangkah pelan menghampiri kekasihnya yang mematung di ambang jendela.Melihat kedatangan Jung Ah dengan cepat Young Guk pun langsung merengkuhnya dengan haru.
“Ada apa ini….apa yang kau lakukan…”Tanya jung Ah acuh
“Ayah merestui pernikahan kita….”Ujar Young Guk tanpa basa basi seraya melepas pelukanya.Kedua mata Jung Ah terbelalak tak percaya mendengar ucapan kekasihnya.
Tiba-tiba seulas senyum sinis mengembang di sudut bibir merah Jung Ah sambil menghela nafasnya.
“Permainan apalagi yang akan kau mainkan dengan ayah mu”
“Kenapa kau bertanya seperti itu,bukankah seharusnya kau bahagia mendengar kabar ini’
Jung Ah terdiam sejenak mendengar ucapan Young Guk,kedua matanya mulai berkaca-kaca menatap wajah pria berambut ikal itu.Bibirnya yang merah mungil bergetar menahan tangis.Ia bingung harus berkata apa…ia sendiri juga tidak yakin tentang ucapan Young Guk.Akan tetapi seolah mengerti perasaan kekasihnya,dengan pelan kedua tangan Young Guk langsung meraih tubuh mungil itu kedalam pelukanya.Saat itu tumpah juga airmata Jung Ah membasahi pundak Young Guk.
Akhirnya selang satu minggu kemudian, sebuah pesta pernikahanpun di gelar oleh presdir dengan sangat besar dan mewahnya.Sebagai seorang insan film,tak ayal banyak para artis dan tokoh perfilman yang nampak berlalu lalang di tengah hingar bingar pesta pernikahan itu.Wajah tua sang presdirpun tertutup oleh senyum yang terus ia lemparkan kepada setiap tamu yang datang untuk memberi ucapan selamat.Dengan penuh suka cita ia menerima ucapan tamunya sambil mempersilahkan mereka duduk menikmati hidangan yang sudah tersedia.
Tak perlu menunggu waktu lama,kedua pengantinpun memasuki ruangan perkawinan.Dengan balutan gaun berwarna putih tulang berhias renda-renda putih di dada,dengan seikat mawar putih di tangan membuat jung Ah nampak mempesona.Apalagi saat ia melangkahkan kaki,dengan anggunya ia melambaikan tangan menyapa para tamu yang tak henti-hentinya memandang. Begitu juga dengan pengantin pria yang nampak berwibawa dengan tuxedo putih dengan dasi kupu-kupu yang melingkar di lehernya.Keduanya saling bergandeng tangan berjalan menuju meja penghulu,sungguh mereka nampak sangat serasi.Begitulah kata-kata yang terus di ucapkan para tamu sambil bertepuk tangan.
Tak lama kemudian proses ijab qabulpun telah selesai,para tamu yang hadir bersorak gembira melihat kedua pengantin saling berpeluk mesra.Presdirpun juga memeluk Jung Ah dan Young Guk bergantian sambil mencium kening mereka,tanda sebagai restu resmi telah diberikan,airmata Jung Ahpun menetes saat presdir mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. Tak mau airmata itu terlihat oleh para tamu,iapun memeluk menantunya dengan lembut.
Kedua mempelaipun beriringan menuju mobil pengantin,di iringi oleh siraman bunga-bunga mawar merah dan sorak sorai para tamu yang turut merasakan kebahagiaan sang pengantin.Setelah keduanya masuk ke dalam mobil,iring-iringan pengantinpun segera berjajar di belakang mobil pengantin lalu melesat dengan perlahan,dan bunga pengantinpun di lempar Jung Ah setingi-tingginya.Spontan para tamu undangan berlarian berebut untuk menangkap bunga itu.
ENAM BULAN KEMUDIAN
Enam bulan mengarungi rumah tangga bersama, young guk dan jung ah semakin mesra saja,akan tetapi kedua pasangan ini belum juga dikaruniai seorang anak.Meski begitu mereka tetap tersenyum bahagia,mereka kadang merasa kewalahan mengurus rumah tangga lantaran kesibukan masing-masing,jung ah yang seorang artis papan atas terkadang masih saja mendapat api cemburu dari suaminya.Begitu juga sebaliknya,jika young guk terlalu sering menemui relasi dan aktris pendatang baru,jung ah sering di abaikan hingga membuatnya tak berarti.Tapi semua itu hanya lika liku saja,dan mereka anggap hiasan rumah tangga.
Kenyataan lain berkata pada presdir, ternyata niatnya dulu tak jua urung dalam hatinya.Ia tetap ingin melanjutkan rencananya.
“Sudah saatnya rencana itu dilakukan” ujar presdir tiba-tiba tanpa menatap putranya.
Young Guk terperanjat mendengar ucapan ayahnya.Wajahnya tiba-tiba berubah pucat,ia tak menyangka niat itu masih saja ada di kepalanya.Ia tak tau harus menjawab apa,iapun terpaksa diam.Tapi sang ayah paham akan perasaan putranya.Iapun membalikkan badan menatap young guk seraya tersenyum.
“Kenapa?...apa kau ingin bilang kalau kau mencintainya.Apa kau pikir aku tidak tau masalah dalam rumah tanggamu.”
“Ayah…biarkan aku yang menyelesaikanya,bukankah ayah telah berjanji padaku untuk tidak mencampuri urusanku,jika aku mengikuti perintah ayah.”
Presdir tersenyum kecut mendengarnya seraya membuang muka.
“Baiklah….lupakan.”
“Bagaimana promo film dengan tn.Yun…apa dia masih saja ingin meminta istrimu sebagai pemeran utama dalam filmnya.” Tanya presdir mengalihkan pembicaraan sambil menarik kursi lalu duduk dengan santainya.
“Iya…dia tetap…..” sebelum young guk menyelesaikan kata-katanya,tiba-tiba ponsel ayahnya berdering…..
“Ya…lakukan nanti malam” jawab presdir dengan penuh kepuasan.
“Nanti malam kau hadiri undangan makan malam Tn.Shin.Beliau sangat kagum dengan kerja kerasmu.” Pinta presdir sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Tapi ayah,malam ini aku ada janji dengan jung ah.Kami akan menjemput adiknya yang baru pulang dari luar negeri.Tidak bisakah ini diwakilkan,atau ayah hadir tanpa aku.’ Celetuk young guk.
Presdir hanya diam mendengar ucapan putranya,lalu berlalu pergi sambil menepuk pundak young guk pelan.
Sementara itu jung ah sedang sibuk membersihkan sebuah kamar,sambil terus mengobrol dengan ponselnya yang ia ikat dengan sebuah kain agar tak mengganggu kerjanya.
“Kak……kau ingin oleh-oleh apa….kakak jangan sungkan,aku sudah bisa mencari uang sendiri,kenapa kakak tak pernah minta padaku.”
“hei anak kecil….simpan uangmu,kau jangan menghiraukan kakak.”
Rupanya jung ah sedang sibuk menyiapkan sebuah kamar untuk adiknya yang baru menyelesaikan sekolah aktingnya di luar negeri.
“Kenapa kakak masih memanggilku anak kecil….aku kan sudah dewasa” celoteh sang adik dengan manja.
Jung ah tertawa lebar dengan tingkah adiknya yang memang dari kecil telah ia besarkan,karena kedua orangtua mereka meninggal kecelakaan.
“Kakak akan terus memanggilmu seperti itu sampai kau memiliki pacar…kakak akan menganggapmu dewasa,,kalau kau telah menikah nanti…kau mengerti.”
“Baiklah kak,akan aku buktikan kalau aku sudah dewasa….tunggu aku pulang ya kak..aku sayang kakak…” pungkas si adik dengan penuh kasih sayang. Jung ah hanya tersenyum mendengar celotehan adik semata wayangnya.
Malam ini keadaan rumah tak seperti biasanya,semuanya tampak bersih dan rapi.Biasanya jung ah paling malas membersihkan rumah karena dia alergi debu.Tapi kali ini semua itu rela ia lakukan hanya untuk menyambut kedatangan adiknya.Apalagi bermacam-macam menu makan malam telah berjajar rapi menghiasi meja makan.Nampaknya ia sangat antusias menyambut adiknya,sampai-sampai ia lupa waktu.Ia lupa kalau sebentar lagi suaminya pulang,tapi ia belum membersihkan diri.
Benar juga,tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil young guk memasuki tempat parkir rumah.Jung ah langsung berlari terburu-buru menyambut suaminya.Tepat saat jung ah hendak menarik gagang pintu,young guk sudah membuka pintu itu duluan.Mereka berdua saling kaget,tapi yang lebih kaget lagi adalah young guk.
Kedua keningnya berkerut melihat istrinya yang berantakan sambil memakai celemek masak.Di pandangi istrinya dari ujung kepala sampai ujung kaki,lalu iapun tertawa kecil seraya membuang muka.
“Kenapa…apa yang kau tertawakan.” Tanya jung ah heran.Tapi young guk hanya diam saja menahan tawa sambil terus berjalan masuk rumah.Tawa young guk meledak lantaran melihat meja makan yang telah tertata dengan amat sangat rapinya lengkap dengan lilin dan bunga.
“Kenapa…apa yang kau tertawakan…” Tanya jung ah lagi semakin penasaran.
“Aku…..hahahhahaa…aku hanya tak habis pikir dengan sikapmu.” Ucap young guk sambil terus memegangi perutnya.
“Kau rela melakukan semua ini hanya untuk menyambut adikmu pulang,kau rela membersihkan rumah,rela memasak,bahkan kau rela memasang lilin dan bunga di meja makan bukankah kamu paling tidak suka kalau ada lilin dan bunga di meja makan.” Papar young guk menjelaskan.
“Kau membuatku malu…dia adik semata wayangku yang paling kusayangi setelah kamu.Hanya dia keluargaku satu-satunya,kalau bukan aku yang melayaninya..lalu siapa lagi.” Tutur jung ah sambil melepas jas dan kemeja young guk.
“Istirahatlah sebentar,mungkin sekitar satu jam dia sudah datang,aku mandi dulu.” Imbuh jung ah sambil berjalan ke kamar mandi.
Selang beberapa menit,jung ah keluar dari kamar mandi.Ia lupa membawa sabun mandi yang baru ia beli.Saat berjalan disamping kamarnya,tiba-tiba langkahnya terhenti lantaran ia mendengar pembicaraan suaminya yang mencurigakan tentang dirinya.Seketika itu tubuhnya terkulai lemas tak berdaya,ia sama sekali tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.Airmatanya mengucur deras membasahi kedua pipinya,ia bungkam bibirnya yang bergetar menahan tangis dengan kedua tangan yang terus gemetaran.Dengan sempoyongan ia berjalan menghampiri ponselnya diatas kulkas.Jemarinya langsung mencari-cari no dalam ponsel sambil mengusap airmata dan menata nafas.
“No yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada diluar jangkauan.Cobalah beberapa saat lagi.” Airmata jung ah kembali menetes,karena ponsel adiknya tidak aktif.Berkali-kali ia mencoba menghubunginya .…lagi dan lagi sampai akhirnya operator memintanya untuk meninggalkan pesan.
“Kau jangan pulang sekarang…kakak masih ada jadwal syuting diluar.Kali ini turuti permintaan kakak.”
Tiba-tiba young guk keluar dari kamar hingga mengejutkan jung ah.Melihat ekspresi wajah istrinya,iapun mendekat pelan…tapi jung ah menjauhinya dengan tatapan tajam.
“Ada apa…apa yang kau lakukan…kau menangis…kenapa kau menatapku seperti itu.” Berundul young guk.Tapi jung ah diam saja.
Dilain tempat ternyata adik jung ah baru turun dari pesawat.Dengan senyum ceria ia merentangkan kedua tangan karena kembali ke kampung halamanya.Dengan langkah lebar ia menuruni tangga pesawat lalu berlari menghampiri taksi yang berjajar parkir di area bandara.Disepanjang perjalanan ia terus tersenyum memandangi pemandangan sambil memejamkan kedua matanya.Ia memang sengaja tak mengaktifkan ponselnya kembali,karena ia tak mau mendengar suara dering telfon dari kakaknya yang sudah tak sabar menantinya pulang.
Tak lama kemudian iapun sampai didepan gang rumah kakaknya,ia memang sengaja turun jauh dari rumah agar tak diketahui oleh kakaknya.Begitu turun dari taksi dan membalikkan badan,ia kaget melihat sebuah mobil yang melintas dihadapanya itu mirip mobil kakaknya.Ternyata dugaanya benar,itu adalah mobil kakaknya hanya saja si pengemudi itu adalah young guk.Ia pun berteriak memanggilnya,tapi mobil itu melesat dengan cepatnya.Tapi anehnya ada seorang gadis belia yang duduk di jok belakang terus menatapnya dengan pandangan sinis.
Iapun kembali melanjutkan langkahnya,tapi….baru beberapa langkah ia melangkahkan kaki,tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang amat keras dari arah rumah kakaknya.Seketika iapun kaget lalu berlari,langkahnya perlahan berhenti manakala ia melihat awan hitam mengepul pekat di atas atap rumah kakaknya,kobaran api menyala-nyala disekitar rumah.Ia seakan tak percaya,dengan sangat panik ia merogoh saku mengambil ponselnya.
Kepanikanya bertambah saat melihat pesan suara kakaknya langsung muncul begitu ponselnya aktif.
Kedua matanya terbelalak kaget begitu mendengar pesan suara kakaknya, ponselnyapun jatuh karena tangannya yang gemetar.Kedua kakinya lemas, tubuhnyapun ambruk tak berdaya airmata tak mampu menetes hanya bibirnya saja yang bergetar menahan tangis dadanyapun sesak.Airmatanya seketika pecah ketika melihat tim evakuasi membopong jasad kakaknya yang terbujur kaku dibalik kain putih.
“Kakaaaaaaaaaakkk!!!!!!......kakak..maafkan aku…seharusnya aku membuka pesanmu dari tadi….maafkan aku kaaaaakkk….bukalah matamu kak..lihat aku..ini aku sudah pulang kak…jangan tinggalkan aku sendiri kaaakkk..kakak…kumohon buka matamuuuuuu….kak..kakak…sekali saja kak..buka matamu..jangan diam kak…” Isaknya sambil menepuk-nepuk wajah kakaknya lalu sesekali menggoyang-goyangkan tubuhnya.Akan tetapi semua itu sia-sia, kakaknya hanya diam tak bergeming.
“Kakak!!!!!!!!......iapun berteriak sambil memeluk erat jasad kakaknya.
Malam ini setelah acara pemakaman kakaknya,ia berjalan gontai di sepanjang jalan tanpa arah tujuan dengan menggenggam sebotol minuman keras.Ia mencoba berfikir dan menebak, kenapa kakak ipar dan ayahnya tidak hadir diacara pemakaman kakaknya.Apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya, kenapa pula kakak iparnya melesat tanpa menghiraukan panggilanya. Banyak sekali teka-teki yang bermunculan dibenaknya, hingga ia lupa kalau ia menyeberangi sebuah jalan, dan……..ckiiiiiiiiiiitttttt!!!!…..cciiiiiiittttt!!1cciiiiiitttt!!!….brrraaaaaakkk!!!!!.....
Tubuhnya terpental jauh bersimbah darah, iapun meregang nyawa seketika.
5THN KEMUDIAN
Hari berganti hari,tahunpun berganti tahun kini suasanapun sudah berbeda.Dunia perfilman kini semakin ketat dan bersaing keras dalam menaikkan pamor acara.Banyak para artis pendatang baru yang bermunculan lalu hilang begitu saja.Ada juga yang suka tebar-tebar sensasi biar namanya exis di televisi. Tapi itu semua tetap tidak mengurungkan niat seorang gadis untuk ikut terjun ke dalam dunia film.
Dia adalah zia, gadis cantik nan imut itu tak henti-hentinya menatap acara talk show di salah satu chanell TV, sambil berdiri dan meliuk-liukkan tubuhnya di depan cermin. Ia terus bergumam dalam hatinya, kalau ia ingin sekali menjadi seorang model terkenal. Memang diakui oleh teman-temanya kalau porsi tubuhnya itu mirip model, hanya saja ia agak sedikit tomboy dan urakan. Akan tetapi ia tetap optimis maju pantang menyerah.
“Hei nona….mau sampai kapan kamu terus berdiri di depan cermin seperti orang gila.” Sapa pemilik sauna jengkel. Mendengar sapaan itu, dengan langkah lebar iapun menghampirinya.
“Bibi boleh menertawaiku sekarang…tapi..akan aku buktikan kalau aku juga bisa terkenal dan masuk TV.” Jawab zia mangyun sambil berlalu masuk ke dalam sauna ..

BAGIAN DUA

Sesampai di pemandianpun zia tetap saja menggerutu teringat ucapan bibi pemilik sauna. Nampaknya ia sangat marah dengan perkataanya.
“Kau lihat saja bi…kalau aku sudah terkenal nanti…sauna inilah yang akan aku beli pertama kali..” dumelnya terus tanpa melihat keadaan sekitar. Ia tak tau kalau ia salah masuk sauna,tanpa dia sadari ia masuk ke area pemandian pria. Ia malah menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan kedua matanya seolah menikmati hangatnya air sauna. Tiba-tiba…….blaaaarrrrr!!!!!!......bbyuuyuyuuuuuuurrrrr…!!!!....zia terperangah kaget mendengar suara dentuman keras yang tak jauh darinya.
Iapun membuka mata dan langsung terbelalak tak percaya saat melihat sesosok pria tengah berdiri dihadapanya sambil menutupi kemaluanya.”Kyaaaaaaa!!!!!!.......spontan zia berteriak histeris, ia baru menyadari kalau ia salah masuk sauna. Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur ia sudah kepalang basah. Tapi anehnya bukanya  menutup mata tapi ia malah menutupi dadanya sambil terus melotot dan berteriak-teriak. Hingga memancing kedatangan para tamu lain tak terkecuali bibi pemilik sauna.
Melihat kedatangan si pemilik sauna…...dengan cepat pria misterius itu menyambar baju zia yang tersampir tak jauh dari tempatnya berdiri lalu berlari keluar.  Zia malah semakin panik, tapi ia tak bisa berbuat banyak. Lantaran posisinya yang tak mengharuskan ia berdiri. Iapun terpaksa duduk diam melihat si pemilik sauna berjalan menghampirinya dengan wajah garangnya. Zia memejamkan kedua matanya sembari menggigit bibirnya saat merasakan langkah si pemilik sauna semakin lama semakin mendekat padanya.
“Ini sudah kedua kalinya kamu mengacau ditempat saya….sekarang kau mau memberi alasan apa..?!”….bentak si bibi marah-marah.
Mendengar ocehan si bibi…zia pun menghela nafas sambil mengalihkan pandangan.Tanpa sengaja ia melihat sebuah baju tergantung tak jauh darinya.Dengan cepat iapun berfikir lalu melirik si bibi yang masih berdiri tegak di hadapanya.Emang dasar bandel, ia mempunyai seribu cara untuk mengelabuhi si bibi.Tiba-tiba ia mendadak memegangi kepala sambil merintih-rintih tidak jelas, badanyapun tiba-tiba gemetaran,kedua matanya mendelik keatas. Melihat keadaan zia, si bibi langsung panik dan berteriak-teriak minta tolong kesana kemari. Tanpa menunggu waktu lama ziapun melancarkan aksinya. Dengan cepat dan sigap ia melompat dari pemandian lalu berlari menyambar baju yang sudah di incarnya.
Tak lama kemudian si bibi pun datang bersama segerombolan pelanggan sauna, akan tetapi si bibi langsung terperanjat kaget lantaran melihat zia sudah lenyap dari tempatnya. Belum kelar rasa kesalnya tiba-tiba ada seorang pelanggan yang komplen.
“Anda ini sebenarnya becus apa tidak mengurus sauna!....kenapa baju yang saya taruh disana bisa hilang begitu saja, apa anda kekurangan dana…..anda ingin mempermalukan saya!” dumel si pelanggan dengan suara lantangnya sambil berkacak pinggang. Si bibi benar-benar kehabisan kata-kata, ia hanya pasrah saat si pelanggan itu meminta ganti rugi karena baju yang ia sewa lenyap.
Sementara itu zia yang berhasil melarikan diri duduk terengah-engah dibawah pohon sambil memeganggi kedua lututnya. Sepertinya ia baru lari untuk jarak yang lumayan jauh, terlihat dari nafas dan keringat yang mengucur dari kedua keningnya. Setelah mengamati keadaan yang dikiranya aman ia langsung menghela nafas dan mengusap keringatnya. Dengan gontai ia berjalan menghampiri kursi yang tak jauh dari hadapanya, lalu merebahkan badan dan memejamkan kedua matanya.
Selang beberapa menit ia istirahat dikursi itu, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang aneh menetesi tubuhnya. Dengan gusar iapun beranjak dari tidurnya dan langsung mendongak ke atas. Seketika kedua matanya langsung melotot, tubuhnya kaku, wajahnyapun perlahan-lahan berubah pucat, mulutnya yang menganga nampaknya mulai kesulitan mengeluarkan suara. “Kyyyyaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!......pekik zia yang langsung lari terbirit-birit begitu melihat seekor makhluk aneh yang tengah bertengger di atas pohon. Tanpa di duga, dalam larinya ia melihat pria yang mengambil bajunya di sauna melintas di hadapanya, tanpa banyak kata lagi ia langsung menambah kecepatan larinya dan mengejar pria itu.
Akan tetapi si pria itu tetap melenggang dengan santainya, ia sama sekali tak menyadari kalau zia tengah mengejarnya. Ia malah bersiul-siul sambil tolah-toleh ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu. Melihat si pria tak menyadari kedatanganya, ziapun langsung berteriak menyergap dari belakang.
“Kyaaaaaa!!!!!......grreeeepp!!!....Si pria sangat terkejut, iapun berusaha melepaskan diri. Akan tetapi rupanya zia tak rela melepasnya begitu saja, semakin pria itu memaksa semakin keras juga pithingan tangan zia. “Kau pikir kau bisa lolos begitu saja…..setelah apa yang kau lakukan padaku.” Ucap zia jengkel
Mendengar ucapan zia, perlahan si pria itu menoleh. Ia tersentak kaget melihat wajah zia, tapi ia dengan pintar menutupinya. Keningnya yang lebar tiba-tiba mengkerut, sepertinya ia mencoba mengingat sesuatu. Tiba-tiba seulas senyum mengembang di bibir tipis pria itu seraya menatap kedua mata lebar zia. “Rupanya kau si dada kecil tadi ya....” ucap si pria lembut
“Bahkan saat kau dekatkan di punggungku….semakin aku bisa merasakan seberapa kecil ukuranya” imbuh pria itu dengan kedua mata yang terpejam. Wajah putih zia berubah merah padam seketika lantaran mendengar ucapan si pria. Ia baru menyadari kalau ia tidak memakai bra, karena ia buru-buru melarikan diri dari sauna. Dengan cepat ia melepaskan tanganya, lalu berjalan mundur menahan rasa malu yang bercampur marah dalam dadanya.
“Waaaaahhh….selain pencuri..ternyata kau cabul juga….” Balas zia geram
“Cepat kembalikan baju yang kau pakai, karena ulahmu…aku jadi sasaran si pemilik sauna jahat itu.” Imbuh zia mengulurkan tanganya. Akan tetapi tiba-tiba saja ia jatuh pingsan, setelah melihat sosok yang mirip panda tapi besar sedang berjalan dari arah belakang menghampiri pria itu. Melihat zia tergeletak di tanah si pria pun penasaran lalu mendekat sambil menepuk-nepuk kedua pipi zia.
“Haaaahh…manusia memang seperti itu…suka cari perhatian kalau lihat cowok tampan.”
Pria itu langsung terkejut mendengar suara dari arah belakangnya, dengan cepat iapun menoleh. “Pou…..kau dari mana saja…apa kau tidak tau, kalau aku kebingungan mencarimu.”
“Kau juga keterlaluan….meski aku bukan manusia biasa…tapi aku juga bisa lapar!” gerutu si pou ndongkol dengan melebarkan kedua matanya.
“Kenapa kau tidak mampu menahanya sedikit saja….aku orang baru disini..aku butuh adaptasi….”ucap si pria menjelaskan.Tapi sepertinya si pou tak mau tau, ia malah nyelonong pergi begitu saja tanpa menghiraukan ucapan si pria.
“hei!.....kau harus bertanggung jawab…gadis ini pingsan setelah melihatmu…cepat bawa dia pulang!”…seru si pria semakin kesal.
“Apa kau lupa….kalau aku tidak bisa menyentuh manusia.” Jawab pou melambaikan tangan dan dalam sekejab menghilang begitu saja.
“Haaahh…gadis ini belum apa- apa sudah merepotkan saja.”
Satu jam dua jam berlalu sudah, tapi zia belum juga membuka kedua matanya. Wajahnya yang putih ayu, membuat kedua mata si pria enggan berkedip. Bibirnya yang merah mungil basah sangat memacu adrenalinya, apalagi saat ia mengamati tubuhnya yang terbaring di atas meja yang lusuh. Dadanya berdegup kencang, lantaran ia kembali merasakan bagaimana eratnya pithingan tangan zia. Ia langsung menggeleng-gelengkan kepala membuyarkan lamunanya sendiri sembari beranjak dari duduknya.
“Sudah hampir 3jam…wanita itu tidak juga membuka mata. Menurutmu..apa dia manusia normal…?” Tanya pou sembari tiduran di pohon. Kini giliran si pria yang bungkam. Ia hanya menggelengkan kepala lalu merebahkan tubuhnya yang lelah di kursi. Tetapi belum juga ia memejamkan mata, tiba-tiba…….”Kyyaaaaaaaaaaa!!!!!!......zia ternyata sudah sadar dan langsung berteriak histeris saat melihat pou yang bergelantungan di pohon. Tapi kali ini ia tidak takut lagi, saking penasaran dan jengkel ia dengan cepat turun dari atas meja lalu berjalan menghampiri pou sambil membawa batang kayu. Melihat sikap zia, si pria tak tinggal diam. Ia langsung bangkit dan mencegah zia dengan merentangkan kedua tanganya.
“Hei!..apa yang kau lakukan!..kau ingin membunuh peliharaanku!..”
“Apa…membunuh..aku hanya penasaran…makhluk apa itu!..kalau aku harus membunuh…itu adalah kamu!..”gertak zia jengkel
Melihat zia marah-marah pou pun perlahan-lahan meneteskan airmata lalu memasang wajah memelas. Hingga zia benar-benar luluh dengan tangisanya.
“Apa…..kau juga bisa menangis….kasian sekali kamu…apa kau lapar.” Sapa zia lembut sambil meraih pou dan menggendongnya. Melihat pemandangan langka itu, si pria melongo tak habis pikir. “Kau pasti menderita bersamanya….kau terlihat lusuh..sepertinya kau tak pernah mandi..” imbuh zia lagi sambil mengelus-elus bulu lembut pou dengan manja.
“Menderita bersamaku katanya…..yang ada akulah yang menderita bersamanya. Dasar dua makhluk yang tidak normal.” Sungut si pria sambil berjalan mendekati zia.
Zia yang awalnya terkesan galak, kini lama-lama melunak juga dan mulai membuka hati untuk mencoba mengenal si pria misterius itu.
“Hei…..kau siapa…dari mana asalmu…?’’tanya zia sambil mengelus bulu halus pou.
“Tentang siapa aku..itu tidak penting bagimu, aku juga tak kan lama berada di sini.”
“Hah…sudah cabul…berlagak angkuh..”Umpat zia kesal
“Aku bertanya bukan aku penasaran padamu…aku hanya heran saja…kenapa kau muncul tanpa memakai sehelai baju…” imbuhnya menjelaskan sambil memindah posisi duduknya lebih mendekati si pria itu.
“Kenapa kau selalu bertanya ini dan itu padaku, sedangkan aku tak mengenalmu…tidak bisakah kamu berhenti bertanya dan diam sebentar, agar aku bisa berfikir jernih…” dumel si pria tanpa rasa sungkan sedikitpun. Kontan saja mata lebar zia melotot tak terima dengan sikap kasar pria itu. Dengan gusar ia lempar si pou dan langsung berkacak pinggang di hadapan si pria.
“Kau….cukup saja tak punya malu…kenapa kau juga harus tak punya hati!” gertak zia yang tak kuat menahan amarah.
“Kenapa…kau marah..kau pikir aku tak berani menghajar wanita.” Tantang si pria yang perlahan mendekat. Kedua pasang mata lebarpun saling beradu pandang sengit. Keduanya sama-sama merasa kesal dengan sikap masing-masing. Dengan sigap dan cepat zia langsung menarik krah baju si pria, akan tetapi……”Hentikaaaaaannnnn!!!!!!....” Keduanya pun terkejut mendengar suara itu. Rupanya itu teriakakn si pou yang berusaha melerai pekelahian.
“Honggi!.....kalau kau melukainya…kau tidak akan mendapat kesempatan kedua.”
Jadi pria aneh itu bernama Kim Honggi, ia sesososk pria yang sangat tempramen dan dingin….tapi sok imut. Ia sangat tak mampu mengontrol emosi di saat marah, makanya ia cenderung diam.
Mulut zia menganga lebar melihat hewan itu bicara, matanya yang lebar kini semakin lebar lantaran kaget dengan apa yang di lihatnya. “Apa…..dia mampu berbicara…si..si..siapa kalian sebenarnya?” Tanya zia yang mulai pucat dan lemas.
“Hmmmm…perkenalkan namaku pou dan dia temanku Kim Honggi. Kami berasal dari planet lain, bukankah baru-baru ini tim NASA sedang meneliti planet Mars. Bisa di artikan kami terlempar dari sana.” Papar si pou dengan entengnya seraya memasang wajah melas di hadapan zia. “Apa….planet Mars….kalian ingin bilang kalau kalian itu alien.” Zia mencoba menjawab
“Mungkin saja….kau lihat sendiri bukan kalau bentuk kami berbeda dari manusia di Bumi.” Mendengar penuturan pou, zia langsung menampar-nampar kedua pipinya. Ia berharap kalau semua itu hanyalah sebuah mimpi. Namun baru sekali tamparan, ia sudah berteriak kesakitan. Itu berarti ini adalah kenyataan. Sedangkan Honggi yang berdiri tak jauh dari zia, malah tertawa terbahak-bahak tanpa henti.
“Apa di planet Mars juga ada orang gila.” Bisik zia lirih sambil menatap Honggi yang masih saja tertawa. “Dia bukan gila….tapi lebih ke kebiasaan saja…di waktu tertentu tabiatnya kadang berubah.” Jawab pou sembari mengangkat bahu.
Karena penasaran zia mencoba menghampiri, ia langsung melipat kedua tanganya di dada seraya membungkukkan setengah badanya. “Hei…!” sapa zia kasar
Suara zia langsung mengejutkan Honggi, iapun langsung berhenti tertawa lalu kembali menata penampilanya dengan gaya sok nya. “Ada apa…?” Tanya Honggi tanpa menatap zia.
“Perkenalkan namaku Yang zia mie….orang biasa memanggilku zia…” ucap zia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. “ Aku sudah tau.” Jawab honggi datar dan berlalu, tapi…..”Kruyuuuuuukkk…..” Spontan mereka bertiga terkejut mendengar suara itu lalu…..” hwahahahhahahaaaaaa…..” Tawa zia langsung meledak lantaran suara itu ternyata keluar dari perut Honggi. Wajah putih dan tampan Honggi kini berubah merah padam, menahan malu bercampur marah. Dengan gusar iapun berbalik menghampiri zia yang masih saja tertawa.
“Apa yang kau tertawakan….kau senang melihat orang lain menderita, ha!...” gertak Honggi kesal.
“ Kau….hhahaaa….kau….sudah kelaparan..masih saja bersikap angkuh, tinggi sekali harga dirimu….’ Ledek zia yang masih tertawa
Honggi semakin kesal dengan perlakuan zia. Tiba-tiba dengan kasar ia mendorong tubuh zia ke tembok, lalu mencengkeram kedua pundaknya dengan erat. Zia tak menduga kalau Honggi berani mendorongnya, ia pun berontak. Tapi….semakin ia memberontak, semakin kencang pula cengkraman tangan Honggi. “ Apa yang kau lakukan..”
“ Kalau kau terus membuatku kesal….jangan salahkan aku kalau aku juga bisa berbuat kasar padamu….” Ancam Honggi ketus seraya mendekatkan wajahnya.
Tiba-tiba detak jantung zia berdegup kencang saat menatap kedua mata Honggi yang agak sipit namun tajam. Entah kenapa ia langsung mati kutu dengan tatapan itu.
“Baiklah….aku akan mencoba baik padamu.” Sungut zia seraya membuang muka.
Honggipun melepaskan cengkraman tanganya sambil menghela nafas begitu juga dengan zia. Sepertinya kedua anak itu sama-sama gugupnya. Dengan wajah kesal zia berjalan keluar, namun…”kyaaaaaaaaaa!!!!!......zia berteriak tiba-tiba lantaran melihat pemandangan yang tak lazim di depan mata. “Tempat apa ini….kenapa setinggi ini….”
Honggi dan pou baru menyadari kalau mereka berada di atas awan begitu mendengar teriakan zia yang histeris. Keduanya saling berpandangan sambil mengangkat kedua bahunya dan…..ziiiiiinnnnnnnggggg!!!!!......
Lagi-lagi zia dibuat heran setengah mati lantaran kini ia sudah berada di tempat yang berbeda lagi. Perlahan ia bangun dari tidurnya sambil membuka kedua matanya pelan, ia kedip-kedipkan matanya takut kalau itu hanyalah ilusi. Nampak dalam pandanganya deretan rumah-rumah yang berjajar dan jalan yang menikung juga rerumputan yang menghijau. Seulas senyum tersirat di bibir tipisnya saat ia menyadari kalau itu adalah dunianya. “Kyaaaaaaaaaaa!!!!....akhirnya aku kembali…..ternyata semua itu hanyalah mimpi!!!!....sorak zia kegirangan sambil berlonjak-lonjak gembira. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama, tiba-tiba ia melihat sesosok orang yang duduk di kursi taman bawah pohon seraya melambaikan tangan ke arahnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Honggi. Spontan ia langsung terperanjat kaget tak percaya, dengan langkah gontai ia berjalan menghampiri teman anehnya itu.
“Hah…aku lupa kalau kau bukan manusia biasa.” Desah zia kesal
“Tak usah banyak alasan….sekarang cepat beri aku makanan.” Gertak Honggi ketus sambil beranjak dari duduknya.
“Hei!...tidak bisakah kamu bersikap sopan sedikit pada orang yang baru kamu kenal.” Dumel zia menghalangi jalan Honggi. “kau benar-benar tidak menghargai pengorbanan orang yang telah menolongmu, apa di planetmu semua orang bersikap angkuh dan dingin sepertimu.” Imbuh zia lagi.
“Jika aku amati baik-baik….mulutmu itu kecil….tapi kenapa dari tadi bicara terus…apa kau tidak lelah..kalau kau kelebihan energi…sebaiknya kita berbagi saja.”
Zia langsung mematung mendengar ucapan Honggi, Honggipun langsung berlalu sambil menyentil pundak zia. ”Hei!.....tunggu….dimana peliharaanmu yang aneh itu, kenapa dia tidak bersamamu…” seru zia membalikan badan dan mengejar Honggi, tapi Honggi hanya diam melirik sinis saja. “Mmmmm…maksudku….si pou….dimana dia…” Tanya zia lagi kali ini lebih halus.



“Kau tak perlu tau.” Jawab Honggi ketus, dan berlalu.
Dengan wajah kesal zia terpaksa mengikuti langkah Honggi. Mereka berjalan beriringan menempuh jalan setapak. Sesekali zia melirik Honggi yang nampak kelelahan, namun ditutupinya. Senyum kecilpun mengembang di sudut bibir kecil zia lantaran melihat sikap kawanya. “Hah…baru berjalan segini saja sudah capek, lihat saja…kalau kau tidak membaiki aku, aku juga tidak sudi membawamu ketempat makan.” Umpat zia dalam hati seraya tersenyum sinis melirik Honggi.
Selang kira-kira satu jam berlalu, tapi mereka masih saja berjalan tanpa tau tujuan. Sesekali Honggi melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganya lalu kembali memasukkan tanganya  ke dalam saku celana sambil menghela nafas. Ia lempar pandanganya ke kanan dan ke kiri hanya untuk membuang jenuh. Tapi lama-lama ia tak betah juga.
“Hai!...sebenarnya kau tau tempatnya apa tidak, kenapa dari tadi kita hanya terus saja berjalan tanpa tujuan yang pasti. “ gertak Honggi kesal sambil berkacak pinggang di hadapan zia. Namun zia hanya menatapnya sambil menyilangkan kedua tangan di dada. “Atau jangan-jangan kau sengaja ingin mempermainkanku ya…..” imbuh Honggi semakin kesal.
“Tidak….aku tidak mempermainkanmu…..hanya saja aku iseng. Sebenarnya tempat makan itu sudah terlewat jauh sekali.” Jawab zia enteng seraya tersenyum manis. Amarah Honggi langsung meradang begitu mendengar ucapan zia, wajahnya yang putih tampan kini terlihat merah membara siap meledak. “Kauuu!!!……” ucap Honggi geram.
“ Kenapa??!!....kau ingin marah, silahkan….itupun kalau kau ingin kelaparan.” Dalih zia seraya membuang muka lalu tersenyum senang. Honggi pun terpaksa meredam amarahnya, ia tarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya ke angkasa agar amarahnya hilang. Lalu berbalik menghampiri zia. “OK….sekarang kita cari tempat yang lain.” Ajak Honggi kali ini dengan suara yang pelan dan halus.
Akhirnya mereka kembali berjalan menyusuri jalan setapak, tak lama kemudian sampailah mereka di depan sebuah rumah makan sederhana pinggir jalan menikung. Karena tak kuat menahan lapar, Honggipun bergegas lari masuk ke dalam dan langsung memesan makan. Sedangkan zia hanya menggelengkan kepala melihat sikap aneh temanya sambil berjalan di belakang.
Tak lama kemudian makanan yang mereka pesanpun datang. Seketika wajah suram Honggi berubah lantaran melihat kedatangan si pelayan yang membawa berbagai macam makanan. Namun seketika pula wajahnya muram kembali, karena melihat hidangan yang aneh di hadapanya. Seonggok daging yang masih basah dan agak mentah nampak mengkilat terkena pantulan sinar matahari, terkadang daging itu bergerak menggeliat-menggeliat.
“ Kenapa???....bukankah kau lapar….cepat habiskan makananmu lalu kita jalan lagi.” Celetuk zia sambil menikmati makananya. Namun sepertinya tubuh Honggi kaku melihat hidangan itu, kedua matanya terus saja menatap tanpa berkedip lalu mendadak kedua tanganya gemetar. Zia langsung menghentikan makanya begitu melihat Honggi yang aneh.
 “ Kenapa???...Tanya zia sambil menenggak minumanya.
“Ma…ma..makanan apa ini…” Tanya Honggi terbata-bata sambil terus menatap makanan itu. “Oooo…ini gurita asap.” Jawab zia enteng sambil memungut sebuah daging dengan sumpit lalu mengangkatnya di hadapan kedua mata Honggi. Spontan kedua mata Honggi terbelalak kaget, bibirnyapun bergetar. Kali ini nampak sangat nyata daging itu masih bergerak.
“ Apa tak ada makanan lain….” Rintih Honggi memelas.
“ Bukanya kau sendiri yang berlari masuk kesini dan langsung memesan makanan.” Jawab zia sambil menopangkan dagu di jemarinya. Akhirnya dengan amat sangat terpaksa Honggipun mencoba memakanya, meski dengan kedua mata yang tertutup dan tetesan airmata. Sangat lama ia mengunyah daging itu, kelihatanya daging itu sulit sekali di cerna, apalagi saat ia mencoba menelan. Sepertinya daging itu bergerak-gerak di dalam tenggorokanya, sehingga ia sulit sekali menelan. Untuk membantu menelan, ia langsung meraih semangkuk sup dan langsung meminumnya tanpa sisa setetespun. Akan tetapi……sesuatu hal di luar dugaan terjadi.
“Hoooooeeeeekkkk!!!!...hhhoooeeeekkkk!!!....Honggi langsung muntah di tempat. 

Dengan menekuk wajah ayunya Zia terpaksa menepuk-nepuk tengkuk Honggi agar muntahnya mudah. Ia seakan tak menggubris pandangan para tamu yang lain, tapi lama kelamaan ia tak tahan juga. “Haaaahhhh!……apes sekali aku kalau terus bersamamu, tidak bisakah kau sekali saja tidak mempermalukanku?” dumel zia kesal seraya membuang muka.
Honggi yang teler kini malah terkulai lemas di kursi, ia seakan tak kuat membuka kedua bola matanya. Tapi samar-samar ia mendengar keluhan zia, dengan terhuyung-huyung ia mencoba bangkit dari tempat duduknya lalu ambruk lagi di kursi dan tak sadarkan diri.
“Apa…..dia pingsan…..hah..” desah zia yang menghela nafas kekesalanya.
Saking tak tahanya, iapun berdiri dengan gusar lalu merogoh saku celananya. Tapi ia tak menemukan selembar uangpun dari dalam saku itu. Ia baru menyadari kalau yang ia kenakan itu bukanlah bajunya. “Kemana uangku….seingatku…tadi aku mengantongi beberapa lembar uang di dalam saku, tapi kenapa tidak ada.” Gumam zia mulai panik sambil terus memeriksa kedua kantong saku celananya. Lalu tiba-tiba pandangan kedua matanya terhenti saat melihat Honggi yang tertelungkup di meja. “Ya….bukankah yang ia pakai itu adalah bajuku…..pasti uangku masih disana. Tapi….bagaimana cara mengambilnya” Gumam zia mencari cara sambil menggigit bibirnya menatap Honggi.

BAGIAN TIGA
Tanpa pikir panjang iapun nekat mengambil uang yang ada di dalam saku celana yang di kenakan Honggi. Dengan langkah pelan ia mulai mendekat, lalu perlahan memasukkan tanganya ke dalam saku. “Dimana ya…..seharusnya didalam sini.” Gumam zia sambil terus mencari, tapi tak ada.  “Tak ada disitu….berarti di saku sampingnya.” Zia langsung kembali memasukkan tanganya ke dalam saku. Kali ini telapak tanganya langsung menyentuh lembaran uang di sakunya, iapun langsung menggenggamnya. Akan tetapi secara bersamaan, tiba-tiba Honggi membuka mata. Ziapun terperanjat kaget menatap kedua mata Honggi yang masih sayu. Jantungnya seakan berhenti berdetak, saat Honggi mulai sadar. “Apa yang kau lakukan…” desah Honggi hampir tak dapat di dengar.
Dengan cepat zia langsung menarik tanganya, sambil menata nafasnya kembali. Sepertinya Honggi belum benar-benar tersadar, buktinya kini ia pingsan kembali. Ziapun terkulai lemas di kursi sambil menghela nafasnya dalam-dalam. Lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan saat membuka uang yang ada dalam genggamanya tak cukup muntuk membayar biaya makanya.
Segurat kepanikan terpancar dari wajah ayunya, berkali-kali ia menghela nafas sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal lalu mondar mandir tak tentu arah.
“Apa yang harus aku lakukan…..uangku tak cukup untuk biaya dua orang.” Desahnya pelan seraya menatap petugas yang badanya lumayan besar.
Dilain tempat, rupanya si pou diam-diam mengawasi dari kejauhan. Ia sangat mengerti akan perasaan zia. Iapun melakukan kontak batin dengan Honggi, yang ternyata pura-pura pingsan. 
“Hei!...apa yang kau lakukan, cepat bangun…kali ini zia benar-benar dalam masalah rumit. Sampai kapan kamu akan terus menyulitkanya..!” gertak si pou geram
“Jadi kau peduli padanya….kalau kau peduli..kau saja yang menolongnya.” Elak Honggi enteng. “Kau….kau benar-benar….haaaaaahhh…” Pou pun semakin geram dengan ulah Honggi yang kelewatan. “Sebelum dia benar-benar tulus membantuku….aku akan tetap menyulitkanya, apa kau tidak melihat sikapnya tadi. Dia berani meraba-raba tubuhku yang berharga.” Perang batinpun tak terelakkan, keduanya sama-sama tak mau mengalah dan mencari benarnya sendiri.
Sedangkan zia yang masih saja bingung, tiba-tiba menarik nafas panjang. Sepertinya ia sedang mengumpulkan segudang keberanian untuk menghadapi sang petugas kasir. Akhirnya dengan langkah pelan ia mencoba menghampiri, meski jantungnya seakan melompat keluar.
“Maaf…permisi…” sapa zia halus agak ketakutan
“iya nona….ada yang bisa saya bantu.” Jawab si petugas dengan suara parau. Mendengar suara parau sang petugas, bulu kuduk zia langsung berdiri.
“Mmmm…sebenarnya…..” ucap zia ketakutan
“Rumahku tak jauh dari sini…apa anda melihat belokan di samping gang itu…rumahku di sekitar situ…kira-kira sekitar satu jam aku sudah tiba di rumahku…..”celoteh zia mencoba menjelaskan dan menepis rasa takutnya. Akan tetapi sepertinya sang petugas sudah memahami apa yang di alami zia. Tiba-tiba….’’Brrrruuuuaaakkkkkk!!!!!.....dengan kasar si petugas menggebrak meja dengan kedua mata yang hampir keluar. Spontan zia pun terkejut bukan main, degup jantungnya semakin berdegup kencang. Kedua matanya langsung terpejam begitu mendengar suara gebrakan meja itu. Nafasnya seakan terhenti di tenggorokan.
“Jadi kau ingin makan gratis di sini…!’’ bentak si petugas kasar
“Bukan begitu maksudku….aku membawa uang, tapi uangku ini tidak cukup. Temanku….dia…dia pingsan….dan kami….kami…” Nampaknya zia sudah kehabisan alasan karena saking gugup dan takutnya. Hingga akhirnya sebuah kesepakatan dilontarkan oleh sang pemilik tempat makan. Kedua mata zia langsung terbelalak tak menduga, mulutnya menganga lebar tak percaya begitu mendengar permintaan si pemilik tempat makan.
Dengan wajah cemberut dan bibir meruncing, zia berjalan dengan lesu menghampiri tempat duduknya. Dihempaskan tubuhnya disandaran kursi seraya menyeka keringat yang masih nampak basah dikeningnya. “Kau…..awas saja kalau kau sadar, aku tak akan membiarkanmu tenang sedikitpun.” Umpat zia geram dalam hati sambil menatap tajam Honggi yang masih tertelungkup di meja.
Siang berganti sore dan sorepun berganti malam, kini nampaknya para pelanggan tempat makan itu lama-lama berangsur-angsur sepi, karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Memang tempat makan ini tutup lebih awal karena, jam bukanyapun juga awal. Tapi yang sangat mengherankan, dari tadi siang Honggi tak jua membuka kedua matanya. Sedangkan si pou, yang melihat dari atas pohon tak jauh dari tempat makan itu merasa iba melihat zia. Ia tak henti-hentinya mengusap airmata yang menetes dikedua pipinya, ingin sekali ia membantu gadis itu. Tetapi takdirnya tak seperti itu.
“Waaaaahhhh….sebenarnya kau ini pingsan apa tidur, kau pasti sengaja bukan.” Gumam zia, kali ini dengan tampilan yang berbeda. Kali ini ia memakai celemek dan lengkap menenteng sapu dan tempat sampah di masing-masing tangan.
Rupanya kesepakatan yang disepakati zia dengan si pemilik tempat makan adalah, zia disuruh membersihkan tempat itu juga mencuci piring-piring di belakang. Dengan sepenuh tenaga ia mulai membersihkan tempat itu satu persatu, tetes demi tetes peluh bercucuran di kedua kening zia. Ia sama sekali tak memperdulikanya, dalam hati kecilnya menggulung sebuah api kemarahan yang berkobar-kobar lantaran sikap Honggi yang sangat keterlaluan.
Dilain tempat nampaknya Honggi perlahan-lahan membuka matanya, ia tersenyum kecil melihat zia yang mondar-mandir menyapu dan membersihkan meja-meja tempat makan dengan terus ngedumel yang tak jelas. “Hmmm…rasakan…itu akibat dari mempermainkan ku. Kau pikir kau saja yang bisa mengelabuhi orang.” Batin Honggi girang
“Kau memang keterlaluan.” Sahut si pou tak terima
“Kenapa kau tak menggunakan kekuatanmu untuk membantunya, kau juga hanya melihatnya saja dari kejauhan.” Elak Honggi tak mau kalah
“Kau kan tau…aku tak boleh ikut campur urusan manusia!” gertak pou kasar.
“Kau marah…..sepertinya kau serius…baru kali ini aku melihatmu marah.” Jawab Honggi enteng sambil memejamkan mata lagi.
Kini zia sudah pindah posisi ke belakang, beban dibatinya seakan bertambah lantaran melihat piring dan alat makan lainya tumpuk-menumpuk seperti gunung. Iapun menarik nafas panjang seraya berkacak pinggang lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Iapun segera melangkah dan mulai membersihkanya meski tubuhnya sudah mulai terasa pegal dan letih.
“Lihat saja nanti….aku pasti akan membalasmu. Kau pikir aku tak tau kalau kau hanya pura-pura pingsan. Dasar orang tak punya peri kemanusiaan, seharusnya kau itu berterimakasih padaku, tapi kenapa kau malah menyusahkan aku!...haaaaahhh…semakin aku mengingatmu…semakin aku ingin menendang wajahmu yang memuakkan itu!” dumel zia berapi-api.
Tanpa terasa dentang jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, zia menggeliat melepas penat dan pegal diseluruh tubuhnya sambil terus menatap Honggi dengan penuh amarah. “Kreeeeppeeeeekkk…..!” Begitulah suara dari tubuh zia saat ia menggeliat. Tiba-tiba saja bulu kuduk Honggi berdiri begitu mendengar suara itu, ia juga seperti merasakan hembusan angin yang aneh dari belakang tubuhnya. Dengan pelan zia mulai berjalan menghampiri Honggi yang masih saja menelungkup di meja.
“Kau….tidak tau bukan…kalau disini tiap tengah malam ada arwah penasaran yang gentayangan. Apa yang akan terjadi….kalau kau aku tinggal disini sendirian.” Bisik zia di telinga  Honggi seraya tersenyum kecil.
“Kau ingin aku menggendongmu…..hmmm…awalnya sih….iya..tapi…kalau dipikir-pikir, mana ada orang pingsan selama ini. Jadi….lebih baik kita berpisah disini saja.” Kata zia yang langsung berlalu begitu saja. Honggi langsung terhenyak mendengar kata-kata zia, iapun sedikit demi sedikit membuka matanya. Betapa terkejutnya ia, saat melihat zia yang melambai berjalan keluar dari tempat makan.
Zia melenggang dengan santainya ibarat narapidana yang baru keluar dari bui. Sepanjang perjalanan ia menari dan menyanyi riang gembira sesekali iapun bersiul merdu sambil menikmati suasana malam hari yang masih nampak mobil berlalu lalang. Saking senangnya ia sampai tak menyadari akan bahaya yang mengancamnya. Sebuah mobil yang hilang kendali tengah melaju dengan kencang dari arah belakang. Mendengar suara rem mobil yang aneh, ziapun spontan menoleh kebelakang. Tiba-tiba…”Kyaaaaaa!!!!!!!......ckkiiiiiiitttt!!!!!!......bruaaaghhh!!!!!!.......”
Degup jantung zia semakin berdetak kencang, keringat dingin mengucur di kedua keningnya, Nafasnyapun  tersengal-sengal, perlahan-lahan ia membuka mata sambil menata nafas. Ia tersentak begitu melihat langit luas hitam dalam pandanganya.
“Aneh…..apa aku sudah mati….kenapa aku harus mati di usia dini. Aku bahkan belum menikah, aku juga belum membalas sakit hatiku pada lelaki cabul itu.” Gumam zia meratap.
“teeettt!!!...tteeeeeeeettt!!!!.....”. Tiba-tiba terdengar klakson bus, lamunan ziapun buyar seketika. Iapun langsung terbangun sambil memegangi seluruh tubuhnya. “Aku masih hidup….aku masih hidup….aku masih hiduuuuuuuuppp!!!!!!.....” sorak zia kegirangan sambil lonjak-lonjak tak karuan.



Namun seketika senyum itu hilang lantaran ia melihat sosok bayangan pria tengah  bersandar di pohon tak jauh darinya. Karena penasaran iapun mendekatinya sambil mengendap-endap. “Hei!?.....berani sekali kau meninggalkanku.” Zia tersentak seketika mendengar suara itu.
“Sekarang kau tak bisa lagi mengucilkan aku sebagai pria tak tau balas budi.”
“Kenapa?!...” Tanya zia kesal
“Seharusnya saat ini kau berterimakasih padaku.” Jawab Honggi yang berjalan mendekati zia
“Apa….bukanya kau yang seharusnya berterimakasih padaku.” Gumam zia mengalihkan pandanganya.
“Jangan bicara sendiri dalam hati…kau pikir aku tak tau apa yang kau pikirkan.” Ledek Honggi tersenyum kecil menatap zia. Zia kaget tak percaya dengan ucapan Honggi, keningnya saling bertautan.
“Baiklah…..anggap saja kita impas, kalau begitu mulai sekarang kamu jangan mengikuti aku lagi.” Ucap zia ketus dan berlalu begitu saja. “Hei?!.....seru Honggi mengejar zia.
“Hei..impas bukan berarti kau harus meninggalkan aku disini sendirian.”
Zia menghela nafas kesal mendengar ucapan Honggi, lalu berbalik menatap Honggi dengan tajam. “Biarkan aku tinggal di rumahmu….eee….kau jangan kuatir….aku juga akan bayar sewanya. Aku tak punya sanak saudara disini, aku juga tak akan menyentuh apa yang menjadi milikmu..termasuk masuk kedalam kamarmu.” Papar Honggi menggebu-gebu. Zia termangu sejenak, ia berfikir sambil mengamati wajah dan seluruh tubuh Honggi mulai dari kaki hingga ujung rambutnya. “Baiklah…..kau lumayan baik untuk seorang penjaga rumah.” Kata zia mencibir dan melirik Honggi. “Apa….?!”….desah Honggi kesal.
Mereka berdua berjalan beriringan menyisir kelamnya malam. Enaknya hidup di daerah kota, meski jam sudah menunjukan pukul setengah duabelas malam tapi lalulintas kendaraan masih ramai oleh lalu lalang kendaraan. Tiba-tiba zia menghentikan langkahnya. “Kenapa…?” Tanya Honggi. “Bisakah kau berjalan di depan…..disekitar sini…..ada seekor anjing besar dan galak.” Bisik zia sambil mendorong pelan tubuh Honggi. Honggi dengan polosnya mengikuti apa kata zia, belum beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba sebuah benda melayang diudara hampir mengenai kepalanya. “Ziiiiiiinnnnggggg….klontaaaaaang!!!!....” Honggi kaget bukan main mendapat serangan dadakan seperti itu. Belum cukup rasa kagetnya, tiba-tiba ia dikejutkan kembali dengan kehadiran seorang nenek-nenek yang berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa pemukul kasur. Sementara zia malah sembunyi dibelakang tubuh Honggi sambil menutupi kedua telinganya.
“Yang Zia Mie!!!!!!!.......apa kau pikir kau bisa aman dengan sembunyi seperti itu!!”…teriak sinenek dengan suara lantangnya sambil berkacak pinggang menatap Honggi. Honggi ketakutan setengah mati melihat raut wajah sinenek, tubuhnya berdiri tegak, kedua matanya tak berkedip menatap sinenek. Apalagi saat sinenek berjalan menghampiri zia yang bersembunyi dibelakangnya, jantungnya seakan berhenti berdetak.
Setiba didalam rumah sinenek ngomel-ngomel tanpa henti, ibarat komedi putar yang terus berputar. Selain ngomel sinenek juga menggebrak-nggebrak meja dengan keras. Honggi yang sedari tadi berdiri diluar semakin ketakutan mendengar amukan sinenek.
“Waaaaahhhh…ternyata nenek dan cucu sama saja….apa mungkin ibunya juga seperti itu…..haaaaaahhh….malang sekali nasib ayahnya…”. Gumam honggi dalam hati yang mondar mandir di depan pintu rumah. “Memang begitulah manusia…mereka berupaya apapun untuk mendidik anak cucunya untuk menjadi baik.” Celetuk pou yang tiba-tiba muncul. Honggi langsung menghentikan langkahnya, lalu menatap pou tajam sambil berkacak pinggang. Akan tetapi sinenek tiba-tiba juga muncul dihadapan Honggi. Melihat sikap Honggi, sinenek mengernyitkan keningnya. “Hei….kau memelototiku….kau berani padaku.” Ucap nenek dengan suara cemprengnya.
Entah kenapa suara Honggi sepertinya menyangkut di tenggorokan, ia hanya memberi isyarat dengan kedua tanganya. Mungkinkah ia masih trauma dengan lemparan sinenek yang nyaris mengenai kepalanya. Tetapi bersamaan dengan itu hembusan angin yang aneh berhembus diantara mereka. Sang nenek terdiam sejenak menatap Honggi yang ketakutan, sepertinya ia menangkap sesuatu yang aneh dalam diri Honggi.
“Kau siapa?”…Tanya nenek dengan pelan. Rasa takut Honggi langsung hilang saat mendengar suara lembut sinenek. Reaksi aneh juga dirasakan oleh pou yang bertengger diatap rumah. “Nampaknya nenek tua ini tau jati diri Honggi.” Gumam pou menengadah ke langit malam.
“Mmmm…maaf…namaku Kim Honggi, aku teman baru cucu anda. Mmmm..kalau di ijinkan saya ingin menginap dirumah anda, saya juga akan membayar sewanya. Tapi sepertinya cucu anda tidak mempercayai saya.” Tutur Honggi dengan ekspresi memelas. “Kau jiwa yang malang.” Celetuk sinenek tiba-tiba. “Maksud anda….?” Tanya Honggi kaget. Reaksi kaget juga dialami oleh pou, iapun terpaksa agak mendekati Honggi karena penasaran dengan sinenek. Pou merasakan aura yang luar biasa pada tubuh sinenek, apa yang dipikirkanya ternyata benar. Iapun langsung mengkontak batin Honggi agar berhati-hati.
“Dia bukan orang sembarangan…..jaga bicaramu, satu kesalahan…..akan membuatmu menyesal seumur hidup.” Kening Honggi mengkerut mendengar ucapan pou, kini sorot matanya berubah tenang dan tajam menatap sinenek. Seolah mereka menyelami diri satu sama lain dengan tenaga batinya.
Tiba-tiba zia muncul menghancurkan lamunan masing-masing.
“Nenek….apa nenek akan menerimanya..lelaki cabul ini bahkan telah mempermalukan cucu nenek.” Celoteh zia membujuk neneknya manja. “Kenapa kau masih saja menyebutku cabul…dasar wanita kasar.” Bisik Honggi menahan kesalnya pada zia.
“Sejak kapan kau menjadi egois, siapkan satu kamar untuknya.” Pungkas nenek dan berlalu. Kontan saja zia tak terima, ia balik mengejar neneknya sambil merengek-rengek agar mengubah keputusanya, tapi sinenek tetap teguh pada pendirianya.
Pagipun tiba, suasana pagi ini Nampak tak seperti biasa. Zia dua kali lebih sibuk, karena harus menyiapkan makan untuk Honggi. Biasanya ia tak pernah melakukanya, karena ia dan nenek selalu makan diwarung tak pernah memasak sendiri kecuali malam hari.
“Apa yang kau pikirkan.” Tanya Honggi yang masih malas-malasan ditempat tidur.
“Kau tak mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan masa ini, semakin lama cobaanmu semakin besar, dan mereka datang satu persatu menghampirimu. Saat kau menyadari mereka….itu akan membuatmu kesakitan yang luar biasa. Apa kau tetap keras kepala meneruskanya.” Honggi bangkit dari tidurnya lalu duduk dipinggir tempat tidur dan memijat dahinya, seolah memikirkan ucapan pou.
“Aku tetap akan meneruskanya, walau apapun yang terjadi. Mereka telah merusak hidup keluargaku, mereka harus mendapatkan balasanya.” Tiba-tiba pintu kamar honggi digebrak zia dengan kasar. “Brak!!!....Brak!!!....Cepat keluar….aku ingin bicara sesuatu padamu.”
Honggi dan pou pun tersentak kaget, “Haaahh…wanita ini….kenapa aku harus bertemu denganya.” Desah Honggi beranjak keluar. “Ada apa?.....”. Tanpa banyak kata zia langsung membimbing Honggi menghampiri kursi, ia nampak sangat bersemangat sekali.
“Kau ingin bicara apa….?” Tanya Honggi penasaran lalu duduk dihadapan zia.
“Ini mengenai uang sewa, mulai sekarang kau harus mencari pekerjaan. Aku tak mampu mengurus kau dan nenek sendirian, lalu…ini ada beberapa peraturan yang aku buat selama kau tinggal bersama kami.” Honggi mengamati secarik kertas yang diberikan zia padanya, sepertinya ia sangat serius membacanya. “Haaaahhh….kau kenapa sepelit ini, tidak bisakah sabun mandi, pasta gigi juga sabun nyuci kita gunakan bersama, kenapa harus beli sendiri-sendiri.” Dumel Honggi protes
“Penggunaan kamar mandi juga tidak adil, kenapa kau harus tiga kali…sedangkan aku dua kali. Kalau pria bekerja, dia akan menghasilkan banyak keringat.”
“Hei…..kau sudah beruntung tidak aku minta uang sewa, kau hanya numpang tinggal dirumahku, sedangkan biaya hidupmu kau tanggung sendiri, termasuk makanmu. Masalah makanan, aku akan memasak untukmu, sesuai dengan perintahmu. Tapi itu juga tidak gratis….kau harus menggajiku.” Papar zia menjelaskan dengan gamblangnya seraya tersenyum manis menatap Honggi yang murung. “Apa…!!!???”…Honggi tak percaya mendengar pemaparan zia. Namun sepertinya zia tidak memperdulikanya, ia malah langsung beranjak dari duduknya dan berlalu. “Hei…!!!???” seru Honggi ketus. Ziapun berbalik, tapi kedua matanya langsung terbelalak lantaran Honggi malah menyobek kertas itu dengan entengnya. “Hei!!!...apa yang kau lakukan….!!!”…Seru Zia tak percaya sambil mengacak-acak kertas sobekan Honggi. “Karena aku tak memerlukanya.” Jawab Honggi enteng dan berlalu kekamar mandi.
Tak lama kemudian mereka berdua keluar dari rumah, tapi sepertinya tujuan mereka berbeda. Honggi kearah barat, sedangkan zia kearah timur. Pakaian mereka Nampak rapi, bahkan mereka membawa tas. Sepertinya mereka benar-benar serius mencari pekerjaan. “Hmmmm…semoga saja mereka mendapatkan yang terbaik.” Gumam pou saat melihat kepergian Honggi dan zia yang semakin jauh.
Hari ini zia berencana ikut sebuah audisi iklan untuk suatu produk shampoo. Setelah turun dari taksi, ia langsung berjalan masuk kedalam gedung dan terus berlari-lari mencari ruangan audisi. Nampaknya ia sudah terlambat, saking paniknya ia tak memperhatikan jalan yang dilaluinya dan…..”Bruuuaaagggghhhhhh!!!!!.......” Tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
“Ah…maaf…aku terlambat, jadi aku tak begitu memperhatikan jalan. Apa kau terluka….maaf..sekali lagi aku minta maaf….” Ucap zia yang terus mengangguk-anggukan kepala. “Tak apa-apa…” jawab orang itu dengan suara seraknya. Zia pun mengangkat kepalanya lalu tersenyum menatap wajah orang itu dan berlalu melanjutkan perjalananya.
Diluar dugaan sepertinya orang itu terpana dengan kecantikan zia, ia terus menatap kepergian zia sampai zia menghilang masuk kedalam sebuah ruangan. “Maaf….Tuan sudah terlambat 10menit.” Celetuk pria disampingnya. Spontan ia tersadar dari lamunanya dan segera melanjutkan langkahnya.
Sementara itu Honggi yang juga sedang mencari pekerjaan nampaknya ia mulai merasa putus asa. Dihempaskan tubuhnya disebuah kursi taman sambil menghela nafas panjang.
“Haaaahhh….kenapa susah sekali mendapatkan pekerjaan, aku juga tidak begitu bodoh…kenapa mereka semua menolakku.” Gerutu Honggi kesal
“Begitulah hidup yang dijalani manusia, hari ini mereka makan…entah besok atau lusa mereka makan atau tidak. Setiap hari mereka memutar otak dan memeras tenaga untuk bertahan  dan memenuhi kebutuhan hidup.” Papar pou yang tiba-tiba duduk disamping Honggi. Mendengar ucapan pou, Honggi menoleh menatap wajah imut pou. “Apa aku dulu juga begitu….apa dulu aku bahagia….apa aku juga memiliki keluarga….nenek seperti zia.” Tanya Honggi penasaran. “Kenapa kau tiba-tiba menanyakanya.”
“Kau tak mau menjawab….lupakan saja. Aku lelah….mau tidur sebentar, zia pasti tidak akan membiarkan aku untuk tidur, Jadi aku tidur disini saja.” Pou tiba-tiba menghela nafas panjang menatap Honggi yang tertidur pulas disampingnya. “Kau bahkan lebih menderita dibandingkan hidupmu sekarang ini, beruntung kau bertemu zia. Takdirmu…..selalu bergantung pada seorang wanita.”
Dilain tempat zia akhirnya menjalani audisinya, setelah mengantri cukup lama kini tibalah giliranyan untuk tampil. Jantungnya berdegup kencang saat ia mulai melangkah maju menghadap dewan juri, keringat dinginyapun ikut mengucur. Dengan menghela nafas yang cukup panjang ia berusaha mengusir rasa groginya. “Apa ini pengalaman pertamamu naik diatas panggung.?” Tanya salah seorang juri.
Zia hanya menganggukann kepala dan tersenyum, lalu bergegas maju ke depan kamera. Iapun mulai beraksi didepan kamera. Selama proses audisi berlangsung ia tak menyadari kalau ada sepasang mata yang terus memperhatikanya dari arah meja juri. Sesosok pria yang mulai terpana dengan pesona senyum dan geraian rambutnya, samar-samar pria itu terkenang akan bayangan wajah seseorang yang pernah dicintainya. Semakin lama wajah itu ia pandangi, semakin jantungnya berdebar tak menentu.
Jam sudah menunjukan dentang 13.00 siang, sinenek nampaknya mulai mengantuk. Dengan tergopoh-gopoh ia berjalan menuju kamarnya, namun ia menghentikan langkahnya lantaran melihat sobekan kertas yang berserakan dilantai. Dengan pelan iapun memungutnya, keningnya berkerut melihat tulisan-tulisan disobekan itu, karena penasaran ia mencoba mengumpulkan satu persatu sobekan itu agar ia dapat membacanya. “Perjanjian……uang sewa….pemakaian kamar mandi…..” gumam sinenek menggelengkan kepala.
Nenek menghela nafas pelan, pandanganya kosong menatap ke langit biru. Tiba-tiba ia teringat akan Honggi. “Anak itu……apa yang dicari dalam dunia ini, aku melihat penderitaan diwajahnya. Dimana pendampingnya…..mungkinkah ia sendiri….” Gumam nenek dalam hati.
Tanpa diduga Honggi pulang kerumah dengan tergesa-gesa dan membuat sinenek terkejut. Nenek langsung beranjak dari duduknya saat melihat kedatangan Honggi. “Bisa aku bicara sebentar….” Pinta nenek sambil duduk kembali. Honggi mengerutkan kening mendengar ucapan nenek, ia tak menduga kalau sinenek bisa bicara halus juga. Iapun mulai berjan mendekat lalu duduk dihadapan nenek.
“Siapa namamu…?” tanya nenek dengan tatapan dingin
“Kim Honggi…” jawab Honggi ketus. Nenek terdiam sejenak sambil terus memandangi Honggi. “Kau percaya dengan reinkarnasi…..”. Honggi terperanjat mendengar ucapan nenek.
“Kehidupan sesudah mati….kau juga mempercayainya. Apa kau juga percaya, kalau jiwa basah itu sulit diterima syurga.” Berundul nenek yang masih menatap Honggi.
Sepertinya Honggi menyadari akan ucapan nenek, tapi ia berusaha tenang dihadapan orangtua itu. Kedua pasang mata itu saling menatap jauh kedalam. Tak terkecuali pou yang ternyata mengamati dari kejauhan. Sepertinya ia paham akan apa yang ada didalam pikiran sang nenek. Dengan cepat ia langsung mengkontak batin Honggi.
“Sebaiknya kau berhati-hati dengan nenek….sepertinya ia tau siapa kamu.”
Sementara itu zia tengah menunggu hasil audisi, sambil menunggu ia pergi ke sebuah rumah makan. Ditengah ia menikmati makananya, samar-samar ia mendengar pembicaraan seseorang.
 “Kau tau…..kabarnya putra presdir Jang Young Shin itu seorang duda.”
“Apa……??!!.....benarkah……kau tau darimana”
“Kabar itu sudah tidak asing lagi di telinga para orang-orang  petinggi perfilman, kau tau…di awal meninggalnya mendiang istrinya ia sangat depresi. Sampai-sampai presdir harus mengirimnya keluar negeri.”
“Waaaahhhhh…..ia pasti sangat terpukul….”
“Bukankah agensi ini adalah anak dari agensi presdir Jang Young Shin……berarti agensi ini milik putranya.” Imbuh gadis itu lagi
“Kepemilikan agensi belum berubah…..setauku, putra presdir belum lama kembali ke Indonesia.”
“Jangan bilang kau berharap dilirik olehnya.”
“Di zaman serba susah ini…..apapun akan kulakukan untuk mendapatkan hidup yang layak.”
Zia menghela nafas panjang mendengarnya lalu bergegas pergi. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba terdengar suara pengumuman dari mikrofon. Iapun kembali duduk dan siap mendengarkanya meski jantungnya serasa meledak.



“Pengumuman diberitahukan kepada seluruh peserta audisi untuk berkumpul dilobi, karena hasil pengumuman audisi sudah keluar…terimakasih….”
Seketika zia langsung berlari menuju lobi bersamaan dengan beberapa peserta lainya. Disana sudah banyak berkerumun para peserta audisi, mereka saling dorong untuk melihat kertas pengumuman yang ditempelkan ditempat papan pengumuman. Kedua mata zia langsung beradu kecepatan mencari namanya dalam papan pengumuman itu. Tetapi nihil…..namanya tak ada dalam pengumuman itu, artinya ia tidak diterima dalam audisi iklan itu.
Ziapun melangkah pergi dengan menekuk muka, semangatnya surut seketika. Sesekali ia menghela nafas panjang sembari menengadah kelangit. Dengan langkah lesu ia melangkah pergi meninggalkan gedung itu, tapi seseorang menghentikanya. Zia mengangkat kepalanya menatap orang yang menghadang jalanya. Rupanya ia adalah orang yang ditabraknya saat didepan lift tadi. Zia langsung terkejut begitu menatap wajah pria itu.
“Maaf……aku hampir menabrak anda untuk kedua kalinya.” Ucap zia dan berlalu, tapi pria itu mencegahnya.
“Ah….sebentar….apa…kau diterima?” Tanya pria itu penasaran. Zia hanya diam sambil menggelengkan kepala pelan. Lalu pria itu melepas pegangan tanganya sambil melirik kartu nama yang melingkar dileher zia, lalu membiarkanya pergi dan melanjutkan langkahnya. Tapi baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dengan cepat ia membalikan badan mengejar zia, namun rupanya zia telah masuk kedalam taksi dan berlalu.
“Aku akan mengikuti taksi itu…..kau hubungi bagian personalia, minta data pada mereka atas nama Yang Zia Mie.” Perintah pria itu sambil berlari menghampiri mobilnya yang terparkir didepan gedung.
Sekitar setengah hari bersama, Honggi dan nenek semakin akrab. Mereka sudah bisa bercanda bersama. Sore itu mereka nampak sedang bersantai sambil menikmati buah diberanda rumah. “Kau tau….saat ini hatiku sangat tenang, “
“Kenapa nek…..?” Tanya Honggi sambil mengupas buah.
“Nenek tak perlu lagi repot menjaga zia…..karena sudah ada kamu dalam keluarga kami.” Jawab nenek yang tersenyum menatap Honggi.
“Kau jangan marah dengan sikap kasarnya, sebenarnya dia gadis yang baik dan berhati lembut. Dia berubah seperti itu semenjak kepergian kedua orangtuanya, dia menjadi gadis yang urakan dan kekanakan.” Imbuh nenek sambil menerawang menatap langit.
“Jadi nenek hanya tinggal berdua saja. Nenek jangan khawatir…..aku pasti akan menjaganya dengan baik.” Ucap Honggi antusias.
Mendengar ucapan Hongggi, nenek terdiam menatapnya. Lalu beranjak pergi masuk kedalam rumah.
“Kau mengerti maksud ucapan nenek?” ledek pou
“Kau benar…..apa yang dimaksud menjaga.” Si pou tertawa terbahak-bahak dengan jawaban Honggi yang polos. “Ternyata benar apa yang dikatakan senior, mereka terlahir kembali dengan kebodohan.”
“Hei…….kenapa kau malah tertawa…..apanya yang lucu.” Gerutu Honggi
“Menjaga itu artinya melindungi….sama seperti aku melindungimu. Aku melindungimu dari kejahatan dan nafsu manusia agar kau kembali murni. Ibarat seorang suami yang melindungi istrinya, seekor binatang melindungi binatang lainya. Seperti itulah maksud ucapan nenek tadi.” Papar pou menjelaskan.
“Bagaimana aku harus melindunginya?” Tanya Honggi lagi
“Mmmmm……kau melindunginya dari orang-orang asing yang mencurigakan, yang sangat ingin mengorek identitas zia. Orang seperti itu, pasti memiliki maksud lain. Disaat itulah kau harus melindunginya.”
“Dengan berkata kalau aku suaminya….maka semua akan berakhir, begitu maksudmu.” Tanya Honggi mencoba menebak.
“Mmmmm…..kurang lebih begitu.” Angguk pou enteng.
Tiba-tiba terdengar suara pintu pagar dibuka, rupanya itu zia yang baru datang. Dengan langkah lesu dan wajah muram zia melangkah menuju dalam rumah. Honggi yang penasaran, segera berlari mengejarnya. Akan tetapi langkahnya terhenti lantaran ia mendengar bisikan suara aneh dari luar rumah yang bersangkutan dengan zia.
       “Halo…..bagaimana….apa kau sudah mendapatkan alamatnya, aku kehilangan jejak disini.”
“Cepat katakan…..ya…sepertinya ini memang jalan Agung Sucipto.” Jawab pria itu sambil menoleh kiri kanan seolah mencari sesuatu.
“No 88…..ya..aku akan mencarinya….terimakasih.” pungkas pria itu menutup telfonya lalu keluar dari mobil. Sepertinya ia sedang mencari alamat rumah seseorang.
Setelah cengingak-cenginguk kurang lebih 5 menit, akhirnya pria itu melihat sebuah rumah dengan no88 di depanya. Tanpa banyak mengulur waktu lagi, ia segera bergegas masuk kedalam rumah tersebut.
“Ting……tung…..ting….tung…..”
Mendengar suara denting bel berbunyi, Honggi langsung berlari membuka pintu. Setelah pintu terbuka sipria sangat terkejut melihat wajah Honggi yang nongol dari dalam pintu. Begitu juga denagn Honggi, ada sesuatu yang tiba-tiba membuat kepalanya pusing. Honggi sempat hampir pingsan, tapi dengan cepat ia menguasai kembali tubuhnya.
“Permisi…..maaf…apa benar ini rumah  nona Yang Zia Mie.” Tanya sipria pelan
Honggi terdiam menatap pria itu lalu menganggukan kepalanya pelan.
“Apa….nona Yang ada di dalam.”
“Anda siapa….?” Tanya Honggi dengan tatapan dingin
“Saya akan langsung bertemu dengan nona Yang, biarkan saya masuk.” Ucap pria itu seolah mengacuhkan Honggi.
“Maaf…..tapi anda harus dapat izin dari saya dulu…..karena saya adalah suami nona Yang.” Ucap Honggi ketus seraya melipat kedua tangan didada dan menatap mata pria itu .
Pria itu sangat tercengang mendengar ucapan Honggi.

***
Sementara itu keramaian terjadi di bandara, karena menurut berita di surat kabar. Hari ini artis terkenal Jang Hyo Sung akan kembali ke Indonesia. Para wartawan dan juga para fans sudah berkumpul memenuhi jalan dan area bandara. Tak ayal seluruh anggota tim keamanan bekerja keras untuk memblokir jalan dan mengalihkan jalan agar tidak terjebak macet.
Setelah menunggu kurang lebih sekitar satu jam, akhirnya pesawat yang dinantikanpun telah tiba. Spontan para wartawan yang telah mendapatkan tanda khusus liputan langsung menyeruak menyerbu kedatangan rombongan para artis turun dari pesawat.
Tak lama kemudian orang yang dinantikan mulai terlihat keluar dari pintu pesawat dan mulai menapakan kaki menuruni tangga pesawat. Seiring dengan langkah kakinya menuruni tangga, jepretan kamera para wartawan tak henti-hentinya mengambil gambarnya.
Jang Hyo Sung langsung menyapa para fansnya dengan melambaikan tangan dan melempar senyum dinginya lalu masuk kedalam mobil.
Di lain tempat, sepertinya sipria nampaknya masih penasaran akan zia dan suaminya. Dengan menyandarkan tubuh dikursi, ia memejamkan mata dan mencoba berfikir sesuatu. Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas ia meraih ponsel di meja, melihat tulisan “simanja” berkedip-kedip dilayar ponselnya, ia malah menghela nafas panjang.
“Halo…” sapanya malas
“Kenapa kakak tak menjemputku, bukankah aku sudah bilang kalau aku akan pulang hari ini.!” Dumel suara dari dalam telfon.
“Ternyata tabiatmu tak berubah sama sekali, kau tau kan kalau aku juga sibuk.”
“Hah…!......kakak juga sama saja.” Gerutu suara dari dalam telfon
“Apa ayah ada dikantor….aku ingin langsung menemuinya.” Tanya suara itu lagi.
“Ya…”

“BLUE” agency adalah, sebuah agency industri perfilman yang terbesar  di Indonesia. Saat ini agency ini telah mampu melebarkan sayapnya dengan mendirikan cabang di daerah Jakarta dengan nama “STAR” agency. Presdir Jang Young Shin adalah pemilik kedua perusahaan besar itu. Beliau adalah seorang duda dengan dua orang anak. Putra pertamanya bernama Jang Young Guk, ia seorang direktur di anak perusahaan yaitu “STAR” agency.Dan putra keduanya adalah seorang wanita yang bernama Jang Hyo Sung yang berprofesi sebagai seorang artis.
Sebagai seorang artis papan atas yang sudah melanglang buana ke berbagai manca Negara, Hyo Sung termasuk orang yang sangat memperhatikan imagenya. Hingga tak ayal ia sering berlebihan, apalagi didukung latar belakang keluarganya. Ia selalu menuntut dirinya dan orang-orang disekitarnya untuk tampil maksimal dan sempurna. Ia paling tak bisa menahan rasa marah karena malu tentang penampilanya di depan publik.
Sementara itu didalam kamarnya yang tak begitu lebar, zia mencoba mencari lowongan kerja lain. Lembar demi lembar koran dibukanya satu persatu, berharap ia menemukan sebuah agency yang sedang mencari artis baru. Tapi sepertinya harapanya itu sirna seketika, karena dari kelima tumpukan koran itu tak satupun lembar memuat tentang pencarian bakat. Kebanyakan mereka memasang iklan kerja paruh waktu. Dengan kesal ia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur sambil menghela nafas.
“Haaaaahhh…..kenapa susah sekali menjadi artis….”
Tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh seseorang yang tak lain adalah Honggi. Zia langsung melompat dari tidurnya lalu bergegas menghampiri Honggi yang berdiri diambang pintu.
“Kenapa kau berani memasuki kamarku…..bukankah aku sudah memperingatkanmu.” Dumel zia kesal. Tapi Honggi hanya tersenyum meledeknya sambil melipat kedua tanganya didada. Melihat sikap Honggi yang aneh, zia mengernyitkan kedua keningnya. “Kenapa…..kenapa kau menatapku seperti itu.” Tanyanya penasaran.
“Jangan kaget dengan apa yang akan aku katakana padamu.”…..jawab Honggi seraya mendekatkan wajahnya. “Nenek sudah memberiku ijin untuk bebas melakukan apapun mauku didalam rumah ini. Seharusnya kau mendengar dan melihat sendiri, bagaimana senangnya wajah nenek kalau aku tinggal disini.” Celoteh Honggi kegirangan sambil berbalik keluar dari kamar zia. “Apa……” bisik zia kaget tak percaya.
Setiba di Blue Agency, Hyo Sung langsung menuju ruangan presdir Jang, ayahnya. Sepanjang perjalanan seiring langkahnya melangkah semua pasang mata tak henti-hentinya melihat. Mereka seolah terpana dengan pesona ayu dan keanggunan Hyo Sung, dengan balutan baju dress selutut berwarna coklat di tambah rompi bulunya. Seolah menambah pesonanya. Menyadari akan hal itu, Hyo Sung lansung memakai kacamatanya lalu bergegas masuk kedalam lift.
Selang beberapa menit sampailah ia diruangan ayahnya. Presdir tersenyum lebar melihat kedatangan putri kebanggaanya itu berlari menghampirinya.
“Ayaaaaaaahhh…aku sangat rindu pada ayah….kenapa ayah tak pernah mengunjungiku.” Kata Hyo Sung manja sambil merangkul pundak ayahnya dari belakang.
“Ohhhhh……..hahahahaaaa…..maafkan ayah….kau tau kan kalau ayah sibuk.”
“Ayah selalu saja mementingkan pekerjaan daripada keluarga, tapi…aku tetap senang dengan ayah. Ayah….bagaimana kalau malam ini kita makan malam bersama, aku yang traktir.” Ajak Hyo Sung penuh harap. “Apa kakak mu juga ikut….?” Tanya presdir
“Kakak tak seperti dulu lagi…..kalau dia melihatku…..dia akan menyuruhku untuk cepat-cepat menikah. Ayah tau kan…..aku paling tidak suka kakak bersikap kekanakan seperti itu.” Cerocos Hyo sung yang mondar mandir didepan ayahnya.
“Baiklah……malam ini kita dinner.”
“Kyaaaaaaaaa!!!....terimakasih ayah……” sorak Hyo Sung kegirangan.
Dilain tempat, ternyata Young Guk masih memikirkan zia. “Bagaimana mungkin ia sudah bersuami, benarkah dizaman sekarang….gadis berumur 25thn kalau belum menikah akan dianggap prawan tak laku.” Gumam Yong Guk dalam hati.
Dengan ragu iapun mengangkat gagang telfonya. “Ya…..kau selidiki tentang zia.” Perintahnya pada sekretaris pribadinya.
Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Honggi yang baru selesai mandi berjalan perlahan menghampiri zia yang sedang sibuk menyiapkan makam malam.
“Apa yang kau lakukan” tanya Honggi iseng. Tapi zia hanya diam saja melanjutkan pekerjaanya. Merasa tak dihiraukan, Honggipun mulai berulah. Adonan tepung yang susah payah dibuat oleh zia, ia tambahkan dengan pewarna makanan. Awalnya zia tak menyadari, tapi saat ia akan menuangkanya kedalam campuran tempe dan ikan. Mendadak kedua matanya terbelalak lebar.
“Hei!.....kau sudah bosan hidup.” Tukas zia kesal.
“Memangnya apa yang aku lakukan…”
“Hah…..lebih baik kau jangan menggangguku, selagi aku masih bersabar.” Ucap zia menghela nafas menatap Honggi.
“Kau pikir kau mampu memasak semua ini….aku bisa jamin, rasanya pasti tidak memuaskan. Kau lihat….mana ada adonan tepung sekental ini, ini juga…..kau pikir aku dan nenek itu  kambing. Kenapa kau memotong sayuranya sebesar ini, waaaaahhhh…ini lagi, sup ini mirip dengan makanan kelinci…banyak wortelnya.” Dumel Honggi meledek zia.
“Kau sudah selesai bicara….”
“Belum..” jawab Honggi singkat. Keduanya kembali saling menatap, kali ini Honggi sengaja menatap zia dengan tatapan menggoda. Walhasil jantung zia berdebar-debar tak karuan.
Nenek yang masih tiduran dikamarpun terbangun mendengar suara ribut dari arah dapur. Dengan sempoyongan nenek menghampiri keduanya.
“Kalian mirip anjing dan kucing…..kenapa kalian selalu bertengkar, bahkan kalian mempermasalahkan hal sepele.” Dumel nenek sambil menuang minuman.
“Nenek…..cucu nenek ini sering memarahiku, dia bertindak seolah aku ini pembantunya nek, dia juga tak segan-segan untuk membentak ku. Terkadang aku menjadi gampang terkejut nek.” Rajuk Honggi pada nenek. Melihat kelakar Honggi, si nenek tertawa terkekeh-kekeh. Dengan wajah garang, tiba-tiba zia memukul Honggi dengan pengaduk sayur. “Hei…..daripada kau terus menggangguku…lebih baik kau pergi ke toko, kau tau kan….perlengkapan kamar mandi sudah minim.” Perintah zia sambil berkacak pinggang menatap Honggi. “Aku tak akan pergi, mana bisa aku belanja sendiri….seharusnya wanita yang lebih memahami.Lebih baik kita pergi bersama.” Pinta honggi dengan senyum kecil tersungging di pipinya. Tapi zia hanya diam saja sambil berlalu.
Dilain tempat, sepertinya Hyo sung dan ayahnya sudah memasuki sebuah hotel yang mewah. Hyo sung sangat bahagia saat melingkarkan tanganya ditangan sang ayah lalu berjalan menuju tempat yang telah dipesanya.
“Ayah mau pesan apa….kali ini biar aku yang traktir.” Ucap Hyo sung sambil menarik kursi dan mempersilahkan ayahnya duduk.
“Benarkah….ayah boleh memesan apa saja sesuka ayah..?”
“Kenapa….ayah tak mau ku traktir, “ Presdir tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan hyo sung yang manja.
Tak lama kemudian petugas hotelpun datang membawa buku menu. Lalu presdir menunjuk beberapa menu yang tetera di dalam buku itu. Hyo sung terus saja tersenyum melihat ayahnya, sepertinya ia sangat bahagia memiliki seorang ayah seperti dia.
“Kenapa….?” Tanya presdir kikuk.
“Ayah….aku sangat bahagia….dilahirkan sebagai putri ayah. Ayah selalu memberiku banyak hal, apapun ayah lakukan untuk kebahagiaanku. Apa ayah…..tak menginginkan sesuatu dariku.”
Presdir tersenyum mendengar kata-kata Hyo sung. “Cepatlah menikah……sebenarnya, ayah ini sangat kesepian.”
“Ayah seperti kakak…..ayah menghawatirkanku. Ayah tau bukan…..kalau diluaran sana banyak pria yang mengantri dibelakangku, aku hanya tinggal memilih satu diantara mereka. Bukankah itu mudah.”
“Haaaaahhh…kau hanya membual saja…..buktinya sampai sekarang, kau belum memperkenalkan satu priapun kepada ayah. Apa kau tau….semua teman-teman ayah saling membandingkan cucu-cucu mereka, bahkan mereka juga membanggakan menantu mereka. Disaat seperti itu, ayah hanya diam saja menyimak pembicaraan mereka. Bukankah itu sangat menggelikan.” Papar presdir meluapkan uneg-unegnya.
“Jadi ayah ingin cucu dan menantu hanya untuk jadi bahan perbandingan.” Sungut Hyo sung kesal.
“Bukan begitu maksud ayah…..”
“Selama ini….tak ada satupun lelaki yang mampu menggetarkan hatiku ayah. Aku akan terkesima pada dia yang hanya dalam satu tatapan mata saja….sudah mampu menumbangkan hati seribu gadis. Dengan begitu….aku akan bangga memilikinya, karna aku yang akan mengalahkan para gadis-gadis itu.”
Malam semakin larut, nampaknya zia sudah bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Dengan memakai kemeja biru muda dan celana hot pantnya ia melenggang keluar rumah, tapi Honggi yang tanpa sengaja melihatnya keluar, dengan cepat menghadangnya.
“Kau mau kemana malam-malam begini..?”
“Bukankah tadi aku sudah bilang padamu, aku akan berbelanja.” Jawab zia singkat sambil terus berjalan keluar.
“Baiklah….aku akan menemanimu.” Ucap honggi penuh semangat
“Hei….lebih baik kau jaga nenek dirumah. Mereka akan mengira kita ini pasangan kalau kau menemaniku belanja.” Dumel zia menolak. Tapi Honggi tetap memaksa. Akhirnya dengan berat hati zia pun membiarkanya ikut.
Hyo Sung dan ayahnyapun telah selesai menikmati makan malamnya.
“Ayah….sudah beberapa tahun aku tidak berkunjung kesini, apa ayah mau menemaniku berkeliling. Aku khawatir…..orang-orang tidak akan mengenaliku sebagai putri ayah.” Pinta Hyo Sung manja. Presdir hanya tersenyum menganggukan kepala mendengar permintaan putrinya.
Selang beberapa jam, sampailah zia dan Honggi disebuah mall. Mereka masih saja berjalan beriringan berdua. Benar dugaan zia, semua orang yang melihat berbisik kalau mereka adalah pasangan serasi. Apalagi saat melihat tingkah mereka saat memilih barang.
Diluar dugaan ternyata Hyo sung dan ayahnya juga masuk kedalam mall yang sama. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba perasaan pou tak menentu. Ia langsung terperanjat kaget merasakan perasaan aneh dalam hatinya.
“Akhirnya mereka bertemu…” desah pou pelan.


Hyo Sung dan ayahnya berjalan beriringan sambil sesekali melirik sana sini lalu tertawa saat melihat sesuatu yang mengingatkan akan masa kecil Hyo sung. Di waktu yang sama, Honggi dan Zia pun melintas disampingnya. Merekapun berpapasan saat sedang melihat-lihat barang dagangan dalam mall. Seketika itu Honggi langsung menghentikan langkahnya, ia merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Tiba-tiba ia teringat saat ia bertemu dengan pria yang tengah mencari zia kemarin siang.
“Perasaan apa ini…..rasa ini…sama seperti apa yang aku rasakan, saat aku bertemu lelaki itu. Jantungku berdetak kencang tak beraturan, keringat dingin juga membasahi tubuhku. Ada apa dengan perasaan ini.” Gumamnya dalam hati, lalu perlahan menoleh kebelakang. Melihat siapa orang yang telah melintas disampingnya.
“ Kau kenapa?” tanya zia penasaran sambil cengingak-cenginguk ke arah pandangan Honggi. Zia lebih kaget lagi saat melihat Honggi yang tiba-tiba gemetaran dan mendadak pucat. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan banyak mengeluarkan keringat.
“Hei….kau kenapa?...apa yang terjadi, kau jangan menakutiku.” Ucap zia mulai panik sambil memegangi tubuh Honggi yang lemas.
“Mereka sudah datang…..aku sudah bilang padamu kan. Masa itu akan datang, sakit yang kau rasakan adalah efek dari pergeseran masa lalumu. Waktumu semakin berkurang..jangan terlalu lama dalam dunia ini, kita harus segera menyelesaikanya.” Suara pou menggema keras dikedua telinga Honggi, lalu iapun tak sadarkan diri.
“Honggi!....Honggi!...bangun….dasar payah…kenapa aku harus direpotkan olehmu!!!!....” teriak zia geram.
“Huh…anak ini benar-benar lemah.” Desah pou di awan-awan
###
Pagi-pagi sekali Young Guk sudah memarkirkan mobilnya, lalu ia bergegas berlari menuju ruanganya. Para sekretaris yang melihat langsung berbisik tak menentu melihat kedatanganya yang tak biasa.
Setiba diruangan, ia langsung meraih telfon lalu menghubungi asisten pribadinya.
“Halo…apa kau sudah berangkat.” Tanya Young guk terengah-engah.
“Saya hampir saja sampai dihalaman kantor.”
“Segera kau putar balik, lalu pergi ke rumah zia…. Cepat bawa dia kesini sekarang juga.”
Sementara itu sang putri BLUE agency baru saja membuka kedua mata di ranjangnya yang empuk. Lalu berjalan menghampiri jendela yang langsung menghadap bukit nan hijau. Sambil memejamkan mata, ia menghirup udara pagi itu dalam-dalam.
“Halo ayah…..apa aku boleh bekerja dikantor ayah. Aku tak ada pekerjaan selama cuti syutingku.” Rengek Hyo Sung dari dalam telfon.
“Datanglah ke kantor kakakmu, aku dengar dia sedang membutuhkan seseorang untuk kepala bagianya yang baru.”
“Ayah…tidak bisakah aku bekerja bersama ayah, kakak tidak akan mengijinkan aku mendekati wilayahnya.” Rengek Hyo sung manja mencari alasan.
“Jangan khawatir….nanti aku yang akan bicara pada kakakmu. Ayah ada rapat 10menit lagi, jadi ayah tutup dulu telfonya.”
Hyo Sung menghela nafas kesalnya, upaya untuk merayu ayahnya ternyata sia-sia.
Tak lama kemudian, asisten pribadi Young guk sudah tiba didepan rumah zia. Nampaknya pintu gerbang depan tak dikunci, tanpa menghiraukan keadaan sekitar ia langsung nyelonong masuk saja kedalam.
Melihat kedatangan orang asing, sang nenek yang ternyata sedang jongkok menata tanaman dibawahpun segera bangkit perlahan sambil mengangkat ember air lumpur disampingnya. Lalu sambil berjalan berjingkat sinenek mulai mendekati pria aneh itu, dan byyuuuuuurrrrrr…!!!”....bugh!!...bugh!!...”
“Ahh!!!....tolong!!!...tolong!!!,,,hentikan…..aduh!!...sakiiiittt!!!....” teriak sipria itu histeris.
Mendengar suara teriakan itu, zia yang tengah selesai mandipun kaget lalu berlari keluar melihat apa yang terjadi. Zia langsung terbelalak kaget melihat neneknya sedang memukuli seseorang. Dengan cepat iapun bergerak memegangi neneknya yang tengah membabi buta.
“Nenek!!..hentikan..apa yang nenek lakukan!!”….
Sipria itu merintih kesakitan sambil mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam saku, lalu menyerahkanya pada zia. “Maafkan aku, mungkin aku salah…..aku langsung masuk saja kerumah orang.”
Zia kaget saat melihat kartu nama yang dipegangnya itu ternyata dari STAR agency.
“Star Agency!!”……seru zia tak percaya.
“iya….direktur kami ingin bertemu denganmu, jadi cepatlah berdandan. Aku akan menunggumu di mobil.” Ucap pria itu beranjak pergi sambil meringis menahan tubuhnya yang sakit.
Tak lama kemudian, zia berlari keluar rumah menghampiri mobil yang sedari tadi parkir didepan rumahnya lalu melesat pergi.
Dilain tempat Hyo Sung juga tengah meluncur ke kantor kakaknya, tapi ia mampir sebentar ke sebuah restoran faforit keluarganya. Ia memesan makanan kesukaan kakak tercinta, sebenarnya ini lebih bisa dikatakan sogokan.
Perlahan Honggi mulai membuka kedua matanya, kepalanya masih terasa berat. Lalu perlahan  ia beranjak dari tempat tidurnya dengan tubuh sedikit terhuyung. Melihat gelagat Honggi yang aneh saat keluar kamar, sang nenek langsung berkacak pinggang dengan kedua mata yang terbuka lebar. Sepertinya ia sudah siap mengeluarkan sebuah bom atom untuk menyerang Honggi.
“Kau semalam mabuk!!!”…..kata siapa kau diperbolehkan mabuk disini!!!”….gertak nenek geram dengan suara paraunya. Honggi terperanjat seketika begitu mendengar teriakan nenek yang amat keras.
“Tidak……aku tidak mabuk nek, kenapa nenek menuduhku yang bukan-bukan.” Kata Honggi mencoba membela diri.
“Kau pikir kau mampu membodohiku!”,….jawab nenek tak mau kalah sambil berjalan menghampiri Honggi dan mengendus tubuhnya. “Benar juga…..tak ada bau alkohol ditubuhnya.” Gumam nenek dalam hati.
“Kalau kau tidak mabuk…..apa kau sakit.” Tanya nenek pelan dengan memegangi dahi Honggi.
“Aku baik-baik saja nek…” jawab Honggi singkat lalu berjalan menghampiri kursi makan.
“Zia kemana nek, kenapa sepagi ini dia sudah pergi.”
“Sepertinya seseorang tengah penasaran padanya, kalau nenek tidak salah dengar…pria tadi menyebut direktur dari kemarin ingin bertemu…..ya….kira-kira seperti itu.”
Honggi terhenyak kaget mendengar kata-kata nenek. Lalu beranjak pergi kembali kekamar.
Selang satu jam akhirnya zia sudah sampai dikantor STAR agency. Dalam hatinya masih tak percaya kalau ia diminta sendiri oleh direktur untuk datang menemuinya. Ia bahkan tak merasakan gugup atau takut, ia malah terlihat santai melenggang dengan gayanya yang tomboy.
“Tok….tok…tok…..Tuan…nona Yang sudah tiba.” Begitu sapa asisten itu sambil membukakan pintu dan mempersilahkan zia masuk dengan sopanya.
Zia melangkahkan kedua kakinya dengan perlahan, ia takut kalau suara sepatunya memancing kebisingan.
“Silahkan duduk…” sapa Young Guk dengan senyum manisnya.
Tanpa banyak kata zia langsung menarik kursi dan duduk dihadapan sang direktur. Akan tetapi tiba-tiba saja ia terkejut kaget saat menatap wajah direktur. Sekelebat kejadian didepan lift kemarin saat audisi sampo pun terngiang dikepalanya.
“Bukankah….bukankah anda yang aku tabrak didepan lift kemarin.” Ucapnya panik
 Young Guk hanya menganggukan kepalanya pelan seraya tersenyum kecil kearah zia.
“Maaf…..jika saya telah mengganggu anda. Perkenalkan, nama saya Jang Young Guk. Saya hanya ingin bertemu anda untuk menyampaikan sesuatu.” Kata Young Guk tanpa basa basi.
“Tidak apa-apa…….saya hanya tak percaya saja kalau anda meminta saya kesini, apalagi anda mengirim asisten pribadi anda untuk menjemput saya.” Tutur zia tersipu malu
“Sebenarnya kemarin saya kerumah anda, tapi suami anda menolak saya untuk menemui anda.”
“Apa…..suami!”…zia terkejut tak mengerti.
“Saya tak percaya, saya kira anda masih gadis…ternyata anda sudah bersuami.” Tukas Young guk malu-malu. Sedangkan zia malah terlihat cengengesan seperti orang bodoh.
“Gunakan bahasa formal saja biar kita bisa bicara nyaman tanpa rasa canggung.” Pinta young guk seraya berdiri menghela nafas. Zia hanya menganggukan kepala pelan.
“Begini….aku baru saja membuka staf bagian peran figuran, melihat aktingmu kemarin aku ingin kau bergabung denganku.” Ucap young guk membalikan badan menatap zia.
Zia agak terkejut tak percaya mendengarnya. “Apa……peran pembantu….apa aku tidak salah dengar.”
“Untuk lebih jelasnya, nanti asistenku akan menjelaskanya padamu.”
“Baik….terimakasih…” ucap zia dengan penuh suka cita lalu berdiri meninggalkan ruangan, tetapi dengan cepat young guk menghalanginya.
“Mmmm….sebaiknya kau juga minta izin pada suamimu, terimakasih.”
Sekali lagi zia dibuat jengkel dengan kata-kata suami, seolah-olah kata-kata itu telah membunuhnya. “Suami…..siapa suamiku, apa ada orang lain yang mirip denganku atau….jangan-jangan aku dilahirkan kembar.” Gumam zia yang masih terus memikirkanya.
Sementara itu Hyo sung sudah sampai di STAR agency, iapun segera turun dari mobil dan langsung melesat ke ruangan kakaknya. Berkali-kali ia melirik jam yang melingkar dipergelangan tanganya. Waktu terus saja berjalan, ia takut kalau kakaknya telah pergi rapat. Iapun langsung mempercepat langkahnya, tetapi tiba-tiba…..BRUAKh!!!!!.....
Ternyata tanpa diduga zia melintas dan menabraknya, hingga membuat makanan yang ia bawa untuk kakanya jatuh berantakan dibaju dan dilantai. Plaaaaaakkkk!!!!.......spontan Hyo sung menampar pipi zia.
“Apa kedua matamu itu hanya hiasan, kau pikir tempat ini arena bermain, hingga kau harus berlari.Apa kau tak melihatku berjalan dihadapanmu!!!!.....” gertak Hyo sung meradang dengan terengah-engah, sepertinya ia sangat kesal. Gertakan Hyo sung langsung menyita perhatian orang-orang yang melintas disekitarnya.
“Maafkan aku…..” desah zia lirih
“Hah…..hanya kata maaf…yang mampu diucapkan oleh mulut orang-orang sepertimu.” Pungkas Hyo sung berlalu.
Zia menyandarkan tubuhnya ditembok sambil memejamkan mata, ia masih merasakan panasnya tamparan Hyo sung. Hingga tanpa ia sadari airmatanya jatuh menetes dipipi. Diusapnya airmata itu sambil menghela nafas panjang, berharap rasa itu akan segera pergi.  Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya, tetapi tiba-tiba asisten Young guk sudah berdiri di hadapanya.
“Ternyata anda disini, saya mencari anda dimana-mana. Mari saya tunjukan ruangan anda juga saya jelaskan tentang kantor ini.” Ajak si asisten yang berjalan didepan.
 Young guk agak terkejut dengan kedatangan Hyo sung. Melihat gelagat adiknya, ia hanya menghela nafas sambil bersandar dikursi. Ia seolah tau apa yang tengah dialami adiknya.
“Kenapa…..” tanya Young guk lirih, tapi hyo sung hanya diam dengan bibir manyun tanpa menatapnya sedikitpun.
“Kenapa lagi…..aku sudah mendapat pesan dari ayah. Bukankah seharusnya kau tersenyum.” Ucap young guk lagi, tapi lagi-lagi Hyo sung hanya membisu mematung tanpa kata.
“Gadis itu….selain telah mempermalukanku…dia juga merusak suasana hatiku.” Gerutu Hyo sung dengan nafasnya yang sesak.
“Berhentilah kekanakan….bukankah kau sudah dewasa.”
“Kakak!”….gertak Hyo sung yang semakin kesal lalu memalingkan wajah menatap tajam kakaknya. “Apa kakak harus mengatakan itu padaku, kenapa kakak tak pernah mau mengerti aku.” Akhirnya airmata Hyo sung menetes. Young Guk berjalan pelan menghampiri adiknya yang menangis sesenggukan.
“Hyo sung….beginilah caraku menyayangimu, kakak tak ingin seperti ayah. Apa kau ingin kakak memuji kesalahanmu.” Tutur Young guk sambil memeluk erat adik semata wayangnya itu. Hyo sung tak kuat menahan tangisnya dalam pelukan hangat sang kakak.
Honggi berdiri diambang jendela dengan kedua tangan terlipat didada, kedua matanya jauh menerawang keatas awan. Terkadang sesekali ia memejamkan mata sambil menghela nafas. Bulir-bulir air dari rambutnya yang masih basah menetes mengalir dipelipisnya.
“Pria itu…..juga gadis itu, entah kenapa…tiba-tiba aku menjadi penasaran denganya. Sepertinya aku sudah tak asing lagi dengan wajah itu.” Tiba-tiba ia menggaruk-garuk rambutnya kesal.
“Tidak bisakah kau mengatakannya langsung padaku, kau bilang waktunya akan segera habis….tapi caramu ini, bukankah malah mempersulit dan menghambat waktuku.” Dumel Honggi yang semakin kesal.
“Apa kepalamu itu hanya penambah tinggi badanmu saja, apa otakmu juga ikut mati.Bukankah kau tau, kalau aku tidak boleh ikut campur urusan manusia. Mendampingimu saja itu sudah merepotkan, apa kau harus mempersulitku dengan masa lalumu.” Dumel sipou yang tak mau kalah.
Tiba-tiba ditengah perdebatan itu ponsel Honggi berdering. Melihat nama zia berkedip-kedip dilayar ponselnya ia langsung menjawabnya.
“Halo…..kau di…..” Honggi tak melanjutkan sapaanya.
“Suamiku…..bisakah kau menjemputku.” Ledek zia manja.
Honggi bergidik risi mendengar ucapan zia. “Apa kepalamu terbentur sesuatu.”
“Hei!!!!”……siapa yang mengaku telah menjadi suamiku!!!” bentak zia geram dengan suara cemprengnya.
Honggi langsung terbelalak mendengar teriakan zia lalu terdiam sebentar dan…..”Hwahahahahaaaaaaaaa…….” Honggi tertawa lebar sambil memegangi perutnya.
“Kau masih ada waktu untuk tertawa sampai aku tiba dirumah, setelah itu…..aku akan menghabisimu.” Umpat zia semakin geram lalu mematikan ponselnya.
“Hahahahaaa…gadis itu…mudah sekali dibodohi.”
Entah kenapa perasaan Honggi sangat bahagia saat itu. Setelah mendapat telfon dari zia apalagi permintaan untuk menjemput dan panggilan suami itu, seolah telah menyihir pikiran sadarnya. Senyumnya terus saja mengembang dibibirnya yang merah nan tipis itu. Wajahnya nampak berseri-seri dicermin sambil menyisir rambutnya yang agak pirang. Bahkan ia melakukan suatu hal diluar dugaan pou yaitu, parfum. Honggi paling tak suka bila ada bau wangi disekitarnya, tapi saat ini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Honggi menyemprotkan parfum ditubuhnya. Setelah beberapa menit berdandan dalam kamar, iapun melenggang keluar dengan santainya sambil sesekali mulutnya komat kamit mendendangkan sebuah lagu.
“Kau nampak aneh hari ini, begitu bahagianya kau hingga kau melanggar pantanganmu.” Celetuk pou tanpa ragu.
“Apa kebahagiaan itu memerlukan alasan, kalau iya….katakan padaku apa alasannya.” Ucap Honggi dengan senyum manisnya tanpa menatap pou.
“Kau bahagia karna Zia…” tanya pou mencoba menebak.
“Sudah tentu aku bahagia karna dia, didunia ini hanya dia yang aku miliki setelah kau. Setelah sekian lama akhirnya ia mau menganggapku ada. Gadis itu terkadang kasar….terkadang halus…terkadang juga lucu. Kau tau….ia tak pernah membuatku bosan selama aku bersamanya.” Papar Honggi dengan wajahnya yang merona.
Pou terkejut lalu menghentikan langkahnya mendengar penuturan Honggi. Tiba-tiba ada perasaan aneh menyelimuti pikiranya, semacam mencemaskan sesuatu. Ya…..ia tengah mencemaskan perasaan Honggi, ia khawatir kalau Honggi terpikat oleh zia.
“Tidak…..ini tak boleh terjadi, mereka tak boleh jatuh cinta. Jangan sampai Honggi memiliki perasaan pada zia. Harus…aku harus memastikanya.” Gumam Pou sambil berlari mengejar Honggi.
“Hei…Honggi, secantik dan semenarik apapun ia…tetap saja, kalian tak bisa bersatu. Jadi aku sarankan jangan berharap terlalu jauh.” Tukas Pou melancarkan aksinya.
“Waaaaahhhh….kenapa kau begini, kau berlebihan. Apa kau mengkhawatirkanku….pria mana yang tak jatuh cinta bila melihat gadis secantik dan semenarik zia.” Elak Honggi tertawa lebar.
“Hei…aku serius, sudah wajar kalau aku mengkhawatirkanmu. Kalau aku sampai gagal melindungimu, aku juga dalam bahaya.”
“Benarkah.” Tanya Honggi sambil menatap pou.
“Selama bertahun-tahun aku mendapat gelar malaikat pendamping terbaik, sebentar lagi aku akan dilahirkan kembali. Kalau sampai aku gagal dalam tugas ini, maka aku akan menunggu seribu tahun lagi untuk dilahirkan kembali.” Papar pou bersungut-sungut.
“Kau benar…..kita harus bisa dilahirkan kembali, setidaknya untuk menebus dosa dimasa lalu.” Sorak Honggi kegirangan.
“Hei bodoh…kalau kita terlahir kembali, semua ingatan kita dimasa kini telah sirna.”
“Ah….kau benar. Jangan khawatir…..kita pasti akan terlahir kembali aku janji padamu, kau juga jangan terlalu mencemaskan perasaanku terhadap zia.” Ucap Honggi meyakinkan pou seraya menepuk-nepuk punggungnya lalu kembali meneruskan langkah bersama-sama.
Sementara itu zia mondar mandir kesal didepan kantor sambil sesekali melihat jam tanganya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan Young guk yang mendadak muncul dihadapanya.
“Maaf….apa aku mengejutkanmu.” Ucap Young guk basa basi. Zia hanya tersenyum malu mendengar sapaan lembut pria bermata indah itu. Wajahnya yang putih langsung merona merah.
“Apa kau sedang menunggu suamimu.”
Seketika wajah yang tadinya merah merona kini tiba-tiba berubah menjadi merah padam, lantaran zia sebal mendengar kata-kata direkturnya. Akan tetapi ia mencoba menutupinya dengan senyum manis yang sangat ia paksakan.
“Kalau kau tak keberatan….aku ingin mengajakmu minum kopi sambil menunggu suamimu datang.” Pinta Young guk tanpa ragu. Zia hanya menganggukan kepala pelan lalu berjalan beriringan ke sebuah tempat, akan tetapi tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
“Mmmm…..begini…maaf, bisakah anda…maksudku….kamu. Bisakah kamu tak menyebut suamiku dikantor ini.” Tukas zia agak ragu. “Kenapa….” Young guk berkerut penasaran.
“Ah…..agak tak nyaman saja.” Jawab zia enteng lalu melanjutkan langkahnya.
Diluar dugaan rupanya Hyo sung melihat mereka melintas didepanya, dengan cepat ia berlari mengejar untuk  memastikanya. Ternyata benar itu adalah kakaknya, iapun berbalik masuk kedalam kantor lagi. Tapi saat itulah ia melihat seorang pria tengah berjalan menuju kearahnya.
Kharisma pria itu mampu membuat Hyo sung terpana, seorang pria tinggi tegap berwajah tampan dengan style rambut yang acak-acakan dengan tubuh yang meski dibalut dengan kemeja putih namun tetap saja mampu menampakkan ototnya yang sixpack. Sungguh pria itu telah mampu mendebarkan  jantung Hyo sung. Lambat laun pria itu semakin mendekat, semakin tercium pula bau harum tubuhnya menusuk kedua lubang hidung hyo sung, hingga tanpa sadar ia memejamkan kedua matanya dan ….“Bruagh!!!”……ponsel yang digenggamnyapun terjatuh.
“Maaf….ponsel anda terjatuh.”
Seketika Hyo sung langsung membuka mata begitu mendengar suara itu. Betapa tercengangnya ia melihat pria itu sedang tersenyum manis dihadapanya sambil mengulurkan ponsel. Sekejap ia telah tersihir oleh tatapan tajam pria itu hingga ia hanya mampu terpaku tanpa suara sambil menerima ponselnya.
“Pria itu….siapa pria itu….dia yang mampu menggetarkan hatiku. Ya….dialah pria impianku.” Gumam Hyo sung dalam hati lalu berbalik dan mengejar si pria namun ia kehilangan jejak.
Sedangkan si pria yang tak lain adalah Honggi, rupanya ia tengah bersembunyi dibalik tembok. Ia kembali merasakan sakit kepala yang menyakitkan, tapi kali ini lebih sakit dibanding biasanya. Ia sampai menggelepar dilantai sambil terus memegangi kepalanya dan terus mengerang kesakitan.
“Terus Honggi….kau harus mampu mengingat masa lalu itu, sesakit apapun itu….cobalah untuk menahanya. Kau harus secepat mungkin mengingat semuanya.” Ucap pou menggebu-nggebu ia seolah tak memperdulikan Honggi yang menggelepar meronta  kesakitan.
“Arrrggghhhh!!!.....hah…haaahh….gadis itu….dia….hah…aku…aku harus….mencoba mengingatnya…..kenapa sesakit ini…haaah…hah…aarrggghhhhh!!!!....” Honggi terus berusaha memaksa dirinya untuk  mengingat masa lalunya, meski tubuhnya bermandi keringat.
Perlahan samar-samar sekelebat bayangan silih berganti melintas dipikiran Honggi. Seperti mimpi disiang bolong, namun mungkinkah itu bayangan masa lalunya. Dalam kilasan bayangan itu, nampak pula bayangan seorang lelaki dewasa kira-kira umurnya sebaya denganya. Wajah itu nampak tak asing di ingatanya. Ada pula bayangan lelaki lain, yang ini umurnya lebih tua darinya.
Tanpa diduga wajah Hyo sung tiba-tiba muncul dalam bayanganya hingga mengejutkan hatinya, hal itu membuat pikiranya semakin menyakitkan. Namun ia terus memaksa pikiranya untuk mengingat semuanya. Tiba-tiba ia terhempas keras ketembok lantaran dalam bayangan itu, Hyo sung memanggil pria yang sebayanya dengan sebutan kakak lalu mendadak wajah kakaknya muncul bersama pria itu.
Honggi tersadar sambil terengah-engah mengingat semua bayanganya. Ia tak percaya akan apa yang telah ia ingat, terlebih lagi ia melihat wajah kakaknya bersama hyo sung.
“Bagaimana……apa kau mengingat sesuatu.” Tanya pou yang sudah kehilangan kesabaran. Namun Honggi hanya menjawabnya dengan anggukan kepala saja.
“Apa yang kau lihat.”
Sebelum Honggi menjelaskan semuanya pada pou, tiba-tiba ponselnya berdering. Sepertinya zia sudah lama menunggunya, terlihat dari layar ponselnya ada 5 panggilan tak terjawab dari zia.
“Halo…” sapa Honggi pelan sambil berusaha menutupi sakitnya.
“Malam ini kau ingin tidur diluar atau tidak mendapat jatah makan malam.”
“Apa.”



Honggi kaget dan tak terima, ingin sekali membantah ucapan zia namun apa daya ia tak punya tenaga lebih untuk berdebat.
“Aku minta maaf…..aku akan segera datang, kau tutup dulu telfonya.” Jawab Honggi pelan lalu beranjak berjalan keluar meski tubuhnya gemetar.
Kening zia berkerut saat mematikan ponselnya, sepertinya ia merasakan keanehan dalam diri Honggi. “Kenapa hari ini dia menurut, dia tak berkomentar sedikitpun. Apa telah terjadi sesuatu denganya.”
“Lebih baik kau ikut mobilku saja, sepertinya dia tidak datang.” Celetuk Young guk yang baru keluar dari kamar mandi. “Terimakasih…..dia dalam perjalanan kemari. “
Tak lama kemudian Honggipun datang dengan berlarian. Langkahnya berubah pelan saat ia melihat sesososk pria yang tengah berdiri disamping zia. Sepertinya wajah itu baru saja dilihatnya, samar-samar ia teringat bayanganya tadi. Benar….pria itu memang muncul dalam bayangan masa lalunya, dia tengah menggandeng tangan kakaknya sambil tertawa riang. Dengan terengah-engah ia terus memandangi wajah pria itu. Tubuhnya berdiri mematung tak jauh dari zia berdiri.
“Pria itu…..dia juga muncul dalam masa laluku, siapa dia….kenapa dia menggandeng tangan kakak. Getaran yang kurasakan sama seperti dengan gadis tadi, mereka muncul dalam masa laluku.” Gumam Honggi yang masih terus berusaha mengingat masa lalunya.
“Akan lebih baik lagi…kalau kau juga ingat nama mereka, sayangnya pertimbangan permintaanmu terlalu berat. Jadi terpaksa memorimu terhapus semua.” Ucap pou sambil melipat tangan didada diawan-awan.
Ziapun menyadari kedatangan Honggi, iapun segera berjalan menghampiri dan meraih tangan Honggi dengan lembut lalu mengenalkan pada direkturnya.
“Perkenalkan…dia Kim Honggi.”
Honggi dan Young guk saling berjabat tangan seiring dengan ucapan Zia. Kini kedua pasang mata itu mulai saling menatap. Namun Honggi agak terbelalak sedikit, ternyata sorot tatap mata Young guk telah memberinya sebuah bayangan lagi.
“Tidak…..tatapan mata itu….” Gumam Honggi mencoba menerka.
“Namaku Jang Young guk, senang bertemu denganmu.” Sapa Young guk dengan nada dingin. Namun Honggi hanya diam menganggukan kepala dan terus menatapnya. Zia menggelengkan kepala melihat sikap Honggi yang aneh.
“Baiklah….aku pergi dulu.” Pungkas young guk melambaikan tangan dan berlalu.
“Tunggu…” seru zia menghentikan langkah Young guk.
“Begini….mengenai suami, sebenarnya…..dia bukan suamiku, kami tak punya hubungan apapun. Kami hanya saling kenal dan aku menolongnya, kira-kira begitulah hubungan kami.” Papar zia mencoba menjelaskan dengan ragu. Honggi kaget tak percaya dengan apa yang dikatakan zia, ia sama sekali tak menduganya.
“Kenapa kau begitu….bukankah kita tinggal bersama.” Elak Honggi mencoba menyela, tapi dengan cepat kedua tangan zia langsung membungkam mulutnya.
“Apa katamu….” Young guk lebih mendekat pada zia untuk lebih jelasnya.
“Mmmm…intinya begini. Aku…adalah gadis yang belum menikah, jadi mulai detik ini tarik ucapan suami dari mulutmu.” Ucap zia tersipu malu.
“Aaa…jadi begitu….Baiklah….terimakasih, sampai jumpa.”
Sepeninggal Young guk, Ziapun melepas bungkaman tanganya sambil menghela nafas panjang.
“Hei…apa kau sudah gila, kau tau kenapa aku melakukan itu.” Dumel Honggi tak terima.
“Aku melakukanya untuk melindungimu, wajah pria itu sangat tidak meyakinkan. Bagaimana kalau dia menggodamu.” Imbuh Honggi lagi.
“Apa….melindungiku, kata suami kau sebut dengan melindungiku. Waaahhh….kau ini pintar atau sangat bodoh sekali ya. Kau….mempermalukanku….bukan melindungiku.” Sungut zia yang mulai meradang.
“Setidaknya dia tidak mesum sepertimu.” Imbuh zia seraya mengalihkan pandangan.
“Hei!!...Yang Zia Mie!!!....apa kau sudah tidak waras.” Gertak Honggi yang mulai kesal.
“Tidak….sepertinya kau yang mulai tidak waras. Apa kau tidak merasa sikapmu hari ini aneh. Saat aku memintamu datang dengan teriakan, tak biasanya kau menurut. Lalu…tatapan matamu yang lebar pada direktur seolah-olah kau telah melihat hantu. Kenapa…..kenapa denganmu.” Berundul zia sambil mendekatkan wajahnya pada honggi.
Honggi terhenyak kaget, jantungnya berdegub kencang saat menatap kedua mata lebar zia.
“Kau jangan khawatir….aku tidak apa-apa.” Jawab Honggi sambil mendorong dahi zia dan berlalu pergi.
Sementara itu Hyo sung yang masih sibuk mondar mandir mencari asisten pribadi kakaknya didalam kantor kini mulai merasa lelah dan putus asa. Ia sandarkan badanya ditembok sambil menata nafas. Namun dalam istirahatnya itu, ia melihat Honggi dan zia melintas tak jauh dari hadapanya. Dengan cepat ia bangkit dari duduknya lalu mengamati Honggi.
“Itu….bukankah dia pria yang tadi….kenapa mereka bersama. Bukankah dia wanita yang kutampar tadi, sepertinya mereka akrab.” Gumam Hyo sung yang masih terus mengawasi dari jauh.
Setiba dirumah zia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur, lalu menghentak-hentakan kedua kakinya sambil menutup wajahnya. Ia tertawa terbahak-bahak setelah apa yang dialaminya hari ini. Mendengar suara gaduh dari kamar zia, sang nenek penasaran dan menghampirinya.
“Apa yang terjadi…apa kau dilamar seseorang.” Tanya nenek berjalan mendekati zia.
“Nenek…..aku akan segera jadi artiiiiiiiissss!!!!!.....” sorak zia kegirangan sambil memeluk erat neneknya.
“Apa…..artis.”
“Iya nek…..pria yang nenek pukuli tadi, dia adalah asisten pribadi direktur STAR agency. Direktur sendiri yang memintaku untuk bekerja diperusahaanya.” Papar zia menjelaskan pada neneknya dengan wajah yang berbinar-binar.
“Benarkah……benarkah cucu kesayanganku akan menjadi artis. Waaaaaaahhhhh….terimakasih Tuhaaaaaannnn…….”
Honggi dan pou yang sedari tadi menguping dari balik tembok menghela nafas bersamaan sambil melipat tangan didada lalu kembali kekamar.
“Begitu senangnya ia kalau jadi artis.” Gerutu Honggi
Waktu terus berputar dari detik menit ke jam, malampun semakin larut. Namun rupanya Honggi tak bisa memejamkan mata. Ia masih berguling kesana kesini, sepertinya ia gelisah. Dengan gusar ia bangkit dari tidurnya lalu mengarahkan pandanganya keluar jendela, menatap gelapnya langit malam yang tanpa bintang.
“Kenapa….kau tak bisa tidur.” Sapa pou yang tiba-tiba muncul.
“Iya….orang-orang yang muncul dalam bayangan masa laluku, kini juga muncul dalam hidupku. Itu artinya mereka ada kaitanya dengan kematian kakak ku, tapi yang membuat aku gelisah. Pria yang bersama zia tadi…..dalam bayanganku dia menggandeng tangan kakak.” Papar Honggi antusias lalu menoleh menatap pou. Begitu menoleh Honggi kaget bukan kepalang saat melihat pou sudah terkapar ditempat tidur.
“Hei!!!......kau pikir aku sedang mendongeng untukmu!!!” gertak Honggi kesal sambil menghampiri pou. Namun apa daya, meski Honggi dengan sekuat tenaga menggoyang-goyangkan tubuhnya, sipou tetap tak bergeming sedikitpun. Lalu terdengar bunyi aneh dari dalam perut pou. “Krruukk…”
“Apa…..jangan bilang kalau kau lapar.”
Pou langsung menganggukan kepalanya begitu mendengar ucapan Honggi. Sedangkan Honggi mendesah kesal menatap pou.
Honggi terpaksa keluar kamar mencari makanan, ia berjalan berjingkat pelan agar tak membangunkan zia dan nenek. Dengan sangat hati-hati ia mengendap-endap dan cengingukan kesana kesini agar tak ketahuan. Akan tetapi saat melintasi kamar zia, disaat yang bersamaan zia tiba-tiba muncul dari balik pintu. Kontan saja zia kaget dan berteriak, tapi dengan cepat Honggi langsung mendorong tubuh zia dan membungkam mulutnya.
Tanpa diduga kaki zia tersangkut sebuah kain dan……..bruagh!!!........merekapun jatuh terjerembab diatas kasur. Zia tak terima dengan perlakuan Honggi, iapun sekuat tenaga meronta sambil memukuli Honggi. Honggipun tak mau kalah, ia masih mampu menahan pukulan-pukulan zia, namun ia merasa kewalahan saat zia terus saja meronta.
Dengan sangat terpaksa sekali lagi Honggi harus mendorong tubuh zia, kali ini ia harus menindihnya. “Ssssssttttt…..” desis Honggi sambil membuka bungkamanya.
Zia terengah-engah, marah, kesal dan geram menjadi satu saat menatap Honggi, tenaganya sudah tak cukup untuk melawan tubuh Honggi yang kekar.
“Jangan bergerak, apalagi berteriak kalau kau tak mau nenek terbangun dan menghukum kita.”
“Kenapa…..” tanya zia yang masih terengah-engah.
“Kau tak sadar bagaimana posisi kita, dengan posisi yang sulit dijelaskan ditempat tidur ini…sudah pasti nenek akan mengira kita berbuat itu.” Ucap honggi menjelaskan dengan pelan.
“Kau sengaja kan, kau pasti telah merencanakan sesuatu untuk menyelinap kekamarku. Kau memang mesum…kau lihat saja besok kalau….” dumel zia yang sepertinya sudah tak tahan. Tapi sebelum suara zia mulai terdengar keras dengan cepat Honggi  mendekap wajah zia kedalam pelukanya tapi…..”Aaarrgghhh!!!....pekik Honggi dengan suara yang tertahan.
“Kenapa kau menggigit dadaku.”
“Kau tak mau bangkit dari tubuhku…atau kau menunggu aku menendangmu.” Ancam zia semakin kesal. Honggi tersadar lalu dengan cepat bangkit dari atas tubuh zia sambil menahan malu.
“Kenapa kau mengendap-endap….apa yang sedang kau lakukan ditengah malam begini.” Tanya zia ketus. Namun Honggi hanya membisu menghindari tatapan perempuan itu. Lalu berbisik pelan. “Aku lapar…..”
“Apa!!!”……zia terkejut tak percaya.
“Karena kau terbangun, bagaimana kalau kau buatkan makanan untuk ku.”
“Tidak….” Jawab zia tegas seraya menggelengkan kepala.
“Baiklah…..aku akan berteriak.”
Wajah zia merah padam, berkali-kali ia menghela nafas panjang menahan amarah karena ulah Honggi yang menjengkelkan. Dengan berat hati iapun beranjak dari tempat tidurnya.
Disaat tengah malam begini, tak banyak bahan makanan yang tersisa didalam kulkas. Hanya ada dua butir telur, sayuran dan sosis. Tanpa banyak kata lagi, zia langsung mencincang bahan lalu mencampur jadi satu dan menumisnya.
“Oh iya…..aku hampir lupa, ngomong-ngomong kemana perginya pou. Sejak kau tinggal disini aku tak pernah melihatnya.” Tanya zia ditengah-tengah kesibukanya.
Honggi terperanjat kaget, ia terdiam panik dan tak tau harus menjawab apa.
“Apa kau tertidur…?” tanya zia lagi sambil menoleh menatapnya.
“Aaa…dia…dia kembali ke asalnya.” Jawab Honggi gugup.
Tak lama kemudian makananpun telah siap, dengan hati-hati zia menuang makanan itu dipiring, lalu dengan cepat Honggi membawanya pergi, namun….”Hei…..mau kau bawa kemanan makanan itu.”
“Aku akan memakanya dikamar, aku takut kalau nenek terbangun.” Bisik Honggi pelan dan berlalu.
Begitu tiba didalam kamar, Honggi menghela nafas panjang  sambil memegangi dadanya.
“Apa kau ketahuan…sepertinya aku mendengar suara gaduh dari kamar Zia.” Tukas pou yang langsung melahap makananya.
“Zia mendadak bangun dan keluar dari kamarnya, jadi terpaksa aku menyergapnya.” Jawab Honggi sambil tiduran.
“Kau….kontak fisik denganya!” Berundul pou mulai panik. Karena kantuk tak tertahankan Honggi hanya mengangguk saja. “Sudah aku bilang, kau tak boleh kontak fisik dengan manusia apalagi dengan wanita!....kenapa kau melanggarnya” dumel pou menghentikan makanya lalu memelototi Honggi. Dengan gusar Honggipun bangun lalu membalas menatap tajam dengan kedua kening yang bertautan.
“Semua ini tak kan terjadi kalau kau tak kelaparan ditengah malam. Aku sudah mengendap-endap layaknya maling, kalau zia bangun….apa itu keinginanku. Aku terpaksa menyentuhnya untuk melindungimu juga. Apa kau tau kalau dia tadi mencarimu.” Pou menggeleng melanjutkan makanya.
“Seharusnya kau berterimakasih padaku, bukanya malah memarahiku” gerutu Honggi
“Kau benar, kini aku sudah menjadi manusia. Ini masih terlalu dini untuk Zia ketahui. Tapi tetap saja….aku tak mau berterimakasih padamu. Karena kecerobohanmu, kau hampir mencelakaiku.”
“Hei!”…..gertak Honggi kesal.
“Kau masih berani protes. Kau pikir aku tak tau apa yang ada di otakmu saat melihat Zia. Aku…sebentar lagi akan menjadi manusia seutuhnya, kalau kau membuang pikiran kotormu itu.” Dumel pou lagi yang semakin meluap.
Tiba-tiba pou meletakan makananya lalu berdiri sambil merapikan diri dan rambutnya yang kusut.
“Kini….aku punya nama, kau jangan lagi memanggilku pou. Panggil aku Jaejin.” Ucapnya dengan kedua tangan terlipat didada, seraya menatap Honggi dengan penuh bangga. Honggi hanya mencibir lalu membuang muka.
“Kuberitahu kau.” Kata Jaejin merangkul pundak Honggi.
“Tanpa sengaja, senior keceplosan padaku. Disuatu hari nanti….akan ada seorang gadis yang dengan rela memberi separuh energinya padamu.” Honggi terkejut dengan ucapan malaikatnya. “Apa maksutmu….”
“Kalau aku tau…semua akan selesai sekarang.” Pungkas sang malaikat sambil merebahkan tubuhnya.
“Apa senior tak memberitahumu, siapa gadis itu….lalu, bagaimana caranya dia memberi energi padaku. Paling tidak ciri-cirinya saja.” Hardik Honggi menyusul Jaejin yang sedang rebahan.
“Apa kau akan mencarinya, meski keujung dunia.” Jaejin mulai melotot lagi kearah Honggi. “Kau lupa tujuanmu datang kedunia ini, kau ingin aku mengingatkanmu lagi.” Kali ini jaejin mengangkat kepalan tanganya dengan geram. Sedangkan Honggi, lagi-lagi hanya mampu mencibir.
Sementara itu, Zia tak mampu memejamkan mata. Ia terus terbayang saat Honggi mendekapnya. Entah kenapa, tiba-tiba jantungnya berdetak tak menentu.
“Apa yang terjadi padaku, seperti ada sesuatu yang menjalar ketubuhku, saat Honggi menyentuhnya. Rasa tersentak yang tak biasa, malu dan salah tingkah. Kenapa…..” desah zia sambil membenamkan dirinya kedalam selimut.
Hari ini mungkin nampak tak seperti biasanya, pagi-pagi sekali Hyo sung dan Young guk sudah duduk dengan rapi dimeja ruang makan menunggu ayahnya turun dari kamar. Wajah mereka nampak berseri bahagia.
“Sepertinya kakak sedang bahagia, tak biasanya kakak bangun sepagi ini.” Celetuk Hyosung basa basi mencoba menggoda kakaknya.
“Sepertinya suasana hatimu juga sedang baik, apa kau sudah mendapatkan pasangan.” Balas Young guk tak mau kalah, sambil tersenyum genit menatap adik semata wayangnya. Merekapun spontan tertawa bersama.
“Ehm…ehm….sepertinya semalam ayah tidak bermimpi apa-apa, tapi kenapa mendadak putra putriku bersikap aneh.” Sahut sang ayah yang turun dari tangga.
“Ayah berharap, kalian tetap seperti ini selamanya. Suatu saat nanti, keluarga kecil ini…pasti akan menjadi sebuah keluarga yang besar.” Ucap presdir Jang seraya tersenyum bangga.
“Ayah terlalu berlebihan, aku hanya senang bisa bekerja bersama keluarga. Namun terkadang kakak masih mempersulitku.” Gerutu Hyo sung manja menatap kakaknya.
“Hei…..sudah kubilang, kalau dikantor kau jangan bersikap kekanakan.”
“Jangan berdebat dimeja makan, cepat habiskan makanan kalian. Jujur…..ayah bangga pada kalian.” Puji presdir sambil menatap anaknya bergantian.
Pagi-pagi sekali Zia sudah bangun dan mempersiapkan sarapan. Hari ini adalah, hari pertamanya masuk kerja setelah penantianya sekian tahun. Melihat perubahan pada sikap cucunya, sang nenek merasa senang.
“setelah kejadian itu, baru kali ini aku melihat zia melakukan aktifitas normalnya.” Gumam nenek yang mematung diambang pintu sambil mengamati zia.
“Nenek sudah bangun.” Sapa zia seraya tersenyum lebar menyapa nenek kesayanganya.
“Cucu nenek sangat rajin. Sepertinya kau sangat antusias untuk menjadi seorang artis.”
“Nek, apapun yang terjadi..aku tetap cucu nenek dan nenek…adalah nenekku yang tercinta. Nenek jangan khawatir, meski aku jadi artis terkenal…aku akan tetap disisi nenek.” Ucap Zia sambil merangkul neneknya dari belakang.
“Kini kau sudah dapat pekerjaan, haruskah aku juga bekerja.” Celetuk Honggi yang baru keluar dari kamarnya dengan terhuyung-huyung.
“Tetap saja, kau harus bekerja dan bayar uang sewa.” Jawab zia ketus.
“Wanita ini…..seharusnya semalam kubereskan dia.” Gerutu Honggi dalam hati.
“Semalam….apa terjadi sesuatu, sepertinya nenek mendengar suara ribut-ribut.” Honggi dan Zia serentak terkejut mendengar ucapan nenek lalu saling berpandangan.
“Eee…..sepertinya airnya sudah penuh.” Elak Honggi mencari alasan dan langsung nyelonong kekamar mandi. Begitu juga dengan Zia, iapun segera berpamitan kekantor takut ketahuan.
“Nenek….sepertinya sudah siang, aku berangkat dulu.”
Sang nenek hanya menggelengkan kepala melihat gelagat mereka yang aneh.
Setiba dikantor, zia langsung mendapat telfon dari sang direktur agar datang keruanganya.
“Zia, mulai hari ini kau bekerja bersama manager Hyo sung. Karena dia yang bertanggung jawab dalam bidang ini. Apa kau tidak keberatan.”
“Tidak,….terimakasih.” sapa zia dan berlalu pergi.
Tok….tok….tok….begitu selesai mengetuk pintu, Zia masuk kedalam ruangan. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat wanita yang tengah duduk itu tak lain adalah orang yang menamparnya kemarin. Begitu juga dengan Hyosung, ia sama sekali tak menduga kalau nama yang ia pilih itu adalah wanita yang ditamparnya kemarin. 

 

“Silahkan duduk. Perkenalkan…namaku Jang Hyo sung dari bagian staf manager kakak ku.” Ucap Hyo sung memperkenalkan diri. Zia agak terkejut mendengarnya, namun ia tetap berusaha tenang. Tak bisa dipungkiri kalau dalam hatinya sangat tak nyaman dengan atasanya terlebih setelah sedikit mengenalnya.
“Gadis ini, kalau saja kau bukan atasanku…pasti aku sudah menghajarmu. Ternyata kau masih kekanakan….kau pikir, dengan menyebut Young guk kakak….aku akan takut. Kau salah, aku…bukan tipe gadis yang bisa kau permainkan.” Batin Zia dalam hati.
“Kau….kenapa harus kau yang aku pilih. Menurutku ini adalah sebuah takdir, jangan kira kau mampu memperdaya kakak ku. Lalu…tentang pria itu, kalian terlihat akrab sekali. Tapi….semua itu tak kan lama, karna aku akan mengambilnya darimu.” Gumam Hyo sung dengan senyum liciknya.
“Nona Yang Zia mie….bagaimana ini, jika dilihat dari segi umur….kau lebih tua dariku. Tapi…jika dari management….aku adalah atasanmu, lalu….aku harus memanggilmu apa.”
Zia menengadahkan kepala menatap Hyo sung dan berkata.
“Bagaimana kalau formal saja, kita saling memanggil nama. Namun….akan terlihat tidak sopan kalau sampai orang luar tau. Kita akan saling memanggil nona…agar mereka tidak curiga.”
Hyo sung terperangah mendengar penuturan Zia yang terlalu berani terhadapnya. Perlahan ia bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati gadis bermata indah itu.
“aku sangat terkejut dengan ucapanmu.”
“Maksud anda…..apa aku terlihat sangat jelas membenci anda.” Tantang zia dengan senyum kecil diujung bibirnya.
Hyo sung menghela nafas dan kembali menghampiri tempat duduknya.
“Kenapa kau sangat terbuka, seharusnya kau bersifat manis padaku agar tujuanmu tercapai. Sepertinya kau tak takut kupecat.” Ucap hyo sung dengan pandangan tajam menatap zia. Zia terdiam sejenak melihat hyo sung yang mulai meradang, lalu tersenyum kecil.
“Tidak….kenapa, karna aku bukan udang yang suka sembunyi dibalik batu.” Pungkas zia dengan tegasnya.
Sementara itu Honggi masih berkeliaran kesana kesini mencari pekerjaan, namun tak jua dapat yang sesuai dengan keinginanya.
“Sudah berapa kerjaan yang kau tolak, kenapa masalah pekerjaan saja kau juga pilih-pilih.” Dumel jae jin yang mulai kelelahan.
“Hei!....meskipun hanya pekerjaan, aku tak mau bekerja sembarangan. Aku akan bekerja jika pekerjaan itu sesuai dengan imageku. Mana mungkin, cowok setampan dan sekeren aku bekerja sebagai pelayan restoran.” Terang Honggi sambil membenahi penampilanya.
“Apa….apa kau bilang. Kau benar-benar tak waras.” Sungut jaejin kesal.
Tanpa sengaja Young guk melintas tak jauh dari mereka, dan melihat kedua orang itu sedang berdebat. Tanpa pikir panjang iapun segera menghampirinya. Melihat kedatangan Young guk kearahnya, kedua mata Honggi langsung memicing seakan hendak menangkap mangsa.
“Apa kabar….apa kau sedang menunggu seseorang.” Sapa Young Guk sambil menarik kursi disamping Honggi. “Tidak.” Jawab Honggi singkat.
“Tapi sepertinya kau sedang berbicara dengan seseorang.”
“Apa aku perlu menjelaskan padamu tentang apa yang aku lakukan.” Ucap Honggi dingin.
Young Guk agak tak enak hati mendengar jawaban Honggi, ia menjadi salah tingkah lalu mengalihkan pandangan seraya menghela nafas kesal.
“Ada perlu apa anda kesini, aku pikir anda selalu sibuk bekerja.” Tukas Honggi mencairkan suasana yang berubah dingin. 
“Hmmm…tidak ada apa-apa, aku hanya tak sengaja lewat dan melihatmu duduk disini.”
“O….jadi kebetulan saja.”
Young Guk terdiam menatap pria berambut pirang dihadapanya itu. Menyadari kalau dirinya diperhatikan, Honggi perlahan merubah posisi duduknya seraya berkata.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya, hingga kau harus menatapku seperti itu.” Ucap Honggi membalas tatapan young guk.
“Mungkin belum…mungkin sudah.” Jawab young guk datar. Honggipun tersenyum sambil menggeliat mendengar ucapan young guk.
“Maaf…bisa kita memakai bahasa formal saja, aku kurang terbiasa.” Celoteh Honggi. Sedangkan Young guk hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.
“Kau benar…..mungkin pernah mungkin belum. Bagaimana aku harus mengatakan belum, sedangkan kau adalah orang yang berpengaruh. Semua orang pasti sudah pernah bertemu denganmu.” Ungkap Honggi cengengesan.
“Apa aku boleh bertanya sesuatu.” Pinta Young guk mendekat.
“Tentu…”
“Kenapa kau harus mengaku kalau kau adalah suami zia, apa kalian punya hubungan.”
“Aku pikir kau ingin bertanya apa, ternyata masalah kecil itu kau pikirkan juga.” Jawab Honggi beranjak dari duduknya. “Maaf…..untuk hal pribadi sebaiknya disensor saja.” Imbuhnya  berlalu begitu saja sambil menepuk pundak Young guk.
Young guk merasa tersinggung dengan sikap Honggi. Ditatapnya terus lelaki yang berjalan menghampiri pintu itu hingga bayanganya hilang diantara deretan mobil yang terparkir didepan.
“Sepertinya aku pernah bertemu denganya, entah kenapa wajahnya tak begitu asing diingatanku.” Gumam Young guk dalam hati.
Honggi terus melenggang sambil sesekali menata rambut dan penampilanya. Baru beberapa langkah ia meninggalkan cafe, samar-samar ia mendengar suara teriakan orang memanggil namanya. Karena penasaran, perlahan ia membalikan badan lalu melayangkan pandangan mencari asal sumber suara tersebut. 
Pandanganya terhenti pada sosok pria berbaju coklat yang tengah berlari kecil menghampirinya. Dalam hatinya bergumam, “ Siapa orang ini…..bagaimana ia bisa mengenalku, sedangkan aku sama sekali tak mengenalnya.”
Pria itu langsung memeluk Honggi dengan erat sambil menepuk-nepuk punggungnya, seolah mereka telah berpisah untuk waktu yang lama. Hingga tanpa terasa pria itu meneteskan airmatanya. Honggi semakin tak mengerti dengan sikap orang itu, karena merasa tak mengenal Honggi dengan kasar mendorongnya.
Kontan saja pria itu kaget, namun ia kembali mencoba memeluk lagi. Tapi lagi-lagi Honggi mendorongnya, kali ini ia tambah sedikit menjauh dengan tatapan aneh.
“Kau lupa padaku…..bagaimana kau bisa melupakanku, aku tau…..kau pernah kecelakaan fatal, tapi…..mungkinkah kau melupakanku.” Ucap pria itu dengan suara seraknya.
Honggi yang tadinya menjauh, kini perlahan mendekat sambil mengernyitkan kening menatapi pria paruh baya yang berdiri dihadapanya itu.
“Anda mengenaliku…..?” tanya Honggi penasaran.
Sipria hanya menganggukkan kepala sambil menggigit bibir menahan airmata yang terbendung dikedua ujung matanya.
“Tapi anda siapa….?” Tanya Honggi lagi.
“Honggi!...aku pamanmu, aku Jisung pamanmu. Meski paman…..tapi kau memanggilku ayah, kau sangat bahagia memilikiku. Cobalah kau mengingat sedikit saja tentang pamanmu ini.” Papar sipria yang ternyata adalah paman Honggi.
Airmata yang telah susah payah ditahanya akhirnya tumpah juga, didalam pelukan Honggi.
“Malang sekali nasibmu……kau harus kehilangan semuanya. Tapi jangan kuatir, paman tak akan meninggalkanmu lagi, paman akan terus menjagamu. Maafkan paman….karena kecerobohan paman kau harus hidup sebatang kara. Seandainya malam itu paman terus mendampingimu, mungkin kau tak akan sendirian.” Imbuh paman mengenang masa lalu dengan derai airmatanya yang semakin mengucur deras.
Honggi semakin tak mengerti dengan apa yang diutarakan pria yang mengaku sebagai pamanya itu. Jujur saja, ia antara percaya dan tak percaya menanggapinya. Namun jika dilihat dari airmata dan sorot matanya, pria itu terlihat seperti tengah menyesali masa lalunya.
Akhirnya pria itu membawa Honggi ke rumahnya. Awalnya Honggi menolak, namun karena ia penasaran, iapun terpaksa mengikuti keinginan pria itu.
Sepanjang perjalanan Honggi hanya diam menatap sekeliling yang tengah dilalui mobil sambil menggigit jari jempolnya.
“Hai!”……apa yang kau pikirkan.” Celetuk jaejin si malaikat yang tiba-tiba muncul dijok belakang.
“Kau…..kenapa kau mengikutiku.!” Gertak Honggi dalam hati.  
“Kenapa kau bertanya seperti itu, kita ini ibarat amplop dengan perangkonya….kemana-mana selalu bersama.” Honggi tersenyum geli mendengar ucapan si jaejin, tapi dengan cepat ia sembunyikan senyumanya karena takut ketahuan sang paman.
“Kita mau kemana paman?” tanya Honggi memulai pembicaraan.
“Kita akan kerumahmu, rumah dimana dulu kau dibesarkan oleh kakakmu.” Kening Honggi mengkerut memikirkan ucapan pria yang tengah sibuk menyetir itu.
Young Guk duduk terdiam di ruanganya, sepasang matanya terpaku memandangi sebuah foto yang lama tersimpan didalam laci meja kerjanya. Sebuah foto yang nampaknya sudah usang sekali, bahkan warnayapun mulai pudar. Tapi entah kenapa ia masih menyimpanya, tak ayal jemarinyapun mengusap lembaran foto itu seolah ia tengah merinduinya.
Rupanya itu foto seorang gadis cantik berambut panjang dengan senyum manis yang tersungging disudut bibirnya yang merah. Tiba-tiba foto itu bergetar karena tangan Young Guk yang gemetaran menahan tangis. Entah apa yang ada dalam fikiranya hingga ia menangis sesenggukan menatap foto gadis itu. Dengan kedua mata yang terpejam ia masukan kembali foto itu kedalam laci. Kini giliran kedua tanganya yang meremas rambutnya yang hitam.
Hyo Sung yang sedari tadi berdiri diambang pintu tertegun menatap kakaknya yang tengah menangis tersedu. Dengan perlahan, ia langkahkan kaki menghampiri sang kakak tercinta.
“Ada masalah?”…..sapa Hyo Sung sambil membelai rambut kakaknya.
Kontan saja Young Guk terkejut, ia tak menduga kalau adiknya datang. Tak mau airmatanya terlihat oleh sang adik, dengan cepat iapun mengusapnya. Lalu menatap wajah cantik adiknya dengan senyum yang kaku. Namun sepertinya Hyo Sung tau kalau kakaknya itu tengah berpura-pura.
“Kau….sejak kapan kau datang, bukankah sudah kubilang kalau masuk ruangan orang itu harus ketuk pintu dulu.” Dumel Young Guk menutupi kerapuhanya. Hyo Sung mencibir sambil mengangkat bahu, lalu mengulurkan tangan dihadapan kakaknya.
“Kakak lihat jariku merah…..haruskah kuketuk pintu itu sampai roboh.”
Young Guk kehabisan kata-kata, tiba-tiba ia berubah kikuk dihadapan adiknya. Baru saja ia ingin melangkah keluar, asisten pribadinya langsung menyeruak masuk kedalam sambil ngos-ngosan.
“Kau kenapa….apa yang terjadi.”
“Tuan…..maafkan aku, kau boleh memecat atau menghukumku.”
Hyo Sung dan Young Guk saling beradu pandang melihat tingkah aneh sang asisten.
“Katakan dengan jelas agar aku paham masalah yang sebenarnya terjadi.” Pinta YoungGuk sambil menuntun asistenya duduk.
“Tu….tu…tuan Yu…..memutuskan kontrak.” Young Guk terperangah mendengarnya.
“Pagi tadi….beliau tiba-tiba menelfon dan protes, kalau sang artis menuntut honor lebih.” Papar sang asisten yang biasa dipanggil asisten Lee.

BAGIAN EMPAT
Setelah mendengar penuturan dari asisten Lee, Young Guk terdiam dimejanya. Jemarinya tengah asyik memainkan sebuah pulpen sedangkan kedua matanya focus lurus kedepan, sepertinya ia sangat kesal.
“Panggil artisnya kemari.” Ucap Young Guk dingin.
Hyo Sung menghela nafas panjang melihat kakaknya, iapun segera beranjak dari tempat duduk dan menghampiri sang kakak. Namun….dengan cepat Young Guk menyuruh adiknya keluar dari ruanganya.
“Jangan ikut campur. Lebih baik kau kembali keruanganmu dan siapkan penggantinya.”
Hyo Sung diam menuruti perintah kakaknya lalu pergi keluar ruangan.

Dilain tempat, kini Honggi telah sampai disebuah desa yang sejuk dan pemandanganya masih asri, masih dipenuhi dengan hijaunya pepohonan.
“Ini dimana paman?”…..tanya Honggi sambil berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar.
“Ini desa kelahiranmu. Dulu disinilah aku dan kakakmu membesarkanmu sebelum kakakmu menikah dengan orang kaya itu.”
Honggi menghentikan langkahnya saat mendengar sepenggal cerita pamanya.
“Menikah…..kakak sudah menikah” tanya Honggi menghampiri sang paman. “Itu artinya paman tau siapa suami kakak ku.” Gumamnya dalam hati sambil memandangi pamanya.
“Hai!”…..kau benar-benar bodoh dan payah. Kau ingin mempergunakan ingatan dan cerita pamanmu……tidak, tak kan kubiarkan kau melakukanya.” Celetuk JaeJin yang tiba-tiba muncul.
“Kau ingin aku berlama-lama didunia, bukankah dengan ini tugasmu akan cepat selesai, kau ini plin-plan.” Dumel Honggi yang mulai kesal.
“Kau…..sedang bicara dengan siapa Honggi…..” tanya paman tak mengerti.
“Aaaa….tidak ada paman…..aku hanya menghafal naskah saja.” Elak Honggi sambil mengacungkan kepalan tanganya kearah JaeJin dengan sedikit melotot.
Tak mau mengulur waktu, paman langsung mengajak Honggi masuk kedalam rumah. Begitu masuk, ia sangat terkejut melihat isi rumah yang penuh dengan foto-foto kakaknya.
“Kenapa ada banyak foto kakak dalam rumah ini…..kenapa fotoku tidak ada.”
“Honggi….dulu kakakmu adalah seorang model dan artis papan atas. Semua ini….kau yang memintaku untuk memasangnya. Setiap kakakmu juara..atau mendapat penghargaan, kau selalu meminta dublicat fotonya lalu kau perbesar dan……inilah jadinya.” Papar paman yang mulai menitikan airmata.
Nampaknya Honggi tak mendengar ocehan pamanya, ia malah sibuk mengamati foto kakaknya satu persatu. Ia sangat berharap, ia menemukan sebuah petunjuk dalam foto itu.
“Waaaaahh…kau benar-benar niat dalam hati.” Tukas JaeJin lagi. Kali ini ia muncul disebuah foto kakaknya hingga membuat Honggi kaget dan berteriak.
“Hwaaa!!”….
“Ada apa nak…” ucap paman yang langsung berlari begitu mendengar suara teriakan Honggi. “Kenapa kau berteriak…”
“Eee…tidak ada paman, aku….aku hanya terkejut…tadi ada kecoak.” Elak Honggi lagi cengengesan.
“Haaahahahaaaa…..” paman malah tertawa terbahak-bahak. “Ternyata kau masih sama yang dulu Honggi, kau masih takut dengan kecoak.” Tawa paman semakin meledak, sambil berlalu kedalam.
“Sekali lagi kau bikin ulah…..aku akan mengacaukan agendamu.” Ancam Honggi bersungut-sungut.

Sepertinya Zia tengah panik, sedari tadi ia terus mondar mandir sambil mengutak atik ponselnya. Sepertinya ia sedang mencoba menghubungi seseorang. 


Tanpa sengaja Young Guk melintas dan melihatnya, pria duda itupun menghamnpirinya.
“Apa yang sedang kau lakukan, sepertinya kau panik.” Sapa Young Guk hingga mengejutkan zia.
“Ah…..tidak ada, aku hanya iseng saja.” Jawab zia mencari alasan.


“Honggi…awas saja kalau kau sampai dirumah, aku akan buat perhitungan denganmu.” Gumam Zia geram.
Jelas saja Honggi mengacuhkan panggilan Zia, ternyata JaeJin yang memegang ponselnya. Sedangkan Honggi masih saja sibuk mengamati foto-foto masa lalu kakaknya. Ia sungguh berharap besar dapat menemukan sebuah petunjuk.
Dan ternyata harapanya tak sia-sia, ia melihat sebuah foto yang aneh. Dengan cepat ia menghampiri lalu mengamatinya. JaeJin ternyata lengah, ia masih saja berusaha menjauhkan ponsel dari Honggi.
Kening Honggi berkerut saat melihat foto kakaknya yang sedang duduk ditepi kolam renang. Pandanganya fokus pada seorang gadis yang sedang berdiri dibelakang kakaknya.
“Gadis ini……sepertinya aku pernah bertemu denganya, tapi dimana…..” gumam Honggi masih terus berusaha mengingatnya. Tak mau kesempatan ini dirusak JaeJin, iapun segera berlarian mencari pamanya.
“Paman!....paman!....kau dimana!....” teriak Honggi sambil mondar mandir mencari pamanya.
“Ada apa nak…..sepertinya kau panik.”
“Paman ikutlah aku.” Pinta Honggi sambil menarik tangan pamanya.
Honggi langsung menunjuk sebuah foto yang sangat menggangu pikiranya, iapun langsung menunjuk gadis yang ia maksud pada pamanya.
“Gadis ini…..gadis ini siapa paman…..aku….kenapa aku tak mengenalnya, tapi dia sering muncul dalam mimpiku bersama kakak. Apa dia masih kerabat kita paman.” Berundul Honggi yang sudah tak sabar.
“Dia….dia Jang Hyo Sung, adik ipar kakakmu. Kau memang tak pernah bertemu denganya. Karena dulu saat kakakmu menikah dengan pria kaya itu, kalian sama-sama masih sekolah diluar negeri.”
“Paman….aku mau foto ini….bolehkan.” pinta Honggi antusias.
“Ya…bawalah.”
“Eeee…paman….bisakah paman memberitahuku, siapa nama suami kakakku.”
Sebelum pertanyaan Honggi dijawab oleh pamanya, Honggi sudah diserang JaeJin lebih dulu hingga membuatnya ambruk dilantai.


“Sudah aku bilangkan, kau jangan merusak takdir.” Ucap JaeJin ketus dengan tatapan tajam. Honggi hanya bisa terengah-engah sambil memegangi kepalanya yang terbentur tembok.
“Kau kenapa Honggi…..kenapa tiba-tiba kau terjatuh.” Kata sang paman sambil membantu Honggi berdiri.
“Aku tidak apa-apa paman…..entah kenapa, tiba-tiba aku merasa pusing.” Jawab Honggi pelan lalu berjalan ke arah kursi yang tak jauh darinya.
“Kau jangan memaksa ingatanmu dulu, semua ini pasti akan kau ingat lagi….tapi semua itu juga perlu waktu.” Tutur paman seraya memijit-mijit kepala Honggi.
Sementara itu Zia tengah asik ngobrol dengan sang direktur disebuah taman. Nampaknya semakin hari keduanya semakin akrab.
“Boleh aku bertanya sesuatu padamu.” Ucap Zia.
“Kenapa kau masih disini…apa kau tak sibuk dengan pekerjaanmu.” Young Guk tersenyum mendengar pertanyaan Zia.
“Aku pikir kau mau menanyakan tentang apa….”
“Aku memang sedang sibuk…dan selalu sibuk, bahkan saat inipun aku masih tetap sibuk.” Zia menggelengkan kepalanya, ia tak mengerti dengan maksud ucapan atasanya.
“Kau pasti tak mengerti.” Ucap Young guk seraya membenahi duduknya.
“Begini…..sebenarnya aku sedang ada masalah besar, artis yang aku pilih…ternyata memutus kontrak tiba-tiba. Aku….aku bermaksud untuk memintamu main dalam video clip yang tengah dikerjakan oleh Tuan Yu. Kalau kau tak keberatan, besok kita bisa pergi menemui beliau.” Papar Young Guk
Zia langsung melompat bersorak kegirangan begitu mendengar tawaran Young Guk.
“Yeeeeaaaahhh!!!.....waaaaahhhh…..sepertinya semalam aku tidak bermimpi yang aneh, tapi kenapa aku mendapat keberuntungan yang sangat aku harapkan.”
“Kau tenang saja, hanya orang bodoh yang menolak tawaran ini, mari….besok kita menemui Tuan Yu.” Ucap Zia penuh semangat sambil mengulurkan tanganya pada Young Guk.Young Guk pun membalas uluran tangan Zia dengan semangat pula.
“Terimakasih.” Ucap Young Guk menepuk pundak wanita pirang ini dan berlalu pergi dengan lega.
Sepeninggal Young Guk, Zia masih saja tak percaya dengan apa yang telah terjadi barusan.
“Benarkah ini……ataukah hanya mimpi.” Ucapnya sambil mencubit pipinya
“Ahwwh….sakit, kalau sakit…berarti ini nyata!!!!”…….
Sekali lagi Zia bersorak gembira, akan tetapi……”Prok!....Prok!...Prok!....
Tiba-tiba Hyo Sung muncul dari belakangnya sambil bertepuk tangan dengan pandangan sinis. 
“Mengejutkan sekali, aku sampai tak habis pikir…..bahkan aku tak menyangka, kalau kau yang terpilih.” Ucap Hyo Sung mendekati Zia yang mematung tak jauh darinya.
“Ngomong-ngomong…..boleh aku berkata sesuatu padamu.”
Zia diam memalingkan wajahnya menatap Hyo Sung disampingnya.
“Kau…..beruntung….atau memang kau pandai menggoda.” Bisik Hyo Sung dengan tatapan sinis. Zia terperangah mendengarnya dadanya kembang kempis menahan emosinya.
“Bagaimana kalau aku memang pandai menggoda, apa kau tak mempercayainya.” Tantang Zia seraya tersenyum meledek. Hyo Sung terdiam dan berbalik akan tetapi, belum sampai selangkah ia kembali lagi menatap Zia sambil  berkata.
“Wanita memang ditakdirkan untuk menggoda.”
Saat perjalanan pulang Honggi masih saja terdiam sambil mendekap foto kakaknya. Dalam benaknya masih berfikir tentang gadis dalam foto itu. Sedangkan JaeJin, mencoba menenangkan emosinya karena sikap Honggi yang curang.
“Aku seperti pernah bertemu dengan gadis ini, tapi dimana….paman bilang dia adik dari suami kakak, itu berarti dia adalah kuncinya. Andai saja aku ingat dimanan aku bertemu denganya mungkin aku tak kan terlalu kepikiran.” Gumam Honggi menerawang keangkasa.
“Semoga saja kesalahanku ini luput dari senior.” Gumam JaeJin ketakutan.
Hyo Sung sangat kesal dengan apa yang dialaminya hari ini, dengan kasar ia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur sambil meremas-remas bantalnya.
“Dia…..tak kan kubiarkan dia merebut hati kakak ku, jangan fikir aku akan mendiamkan sikapnya yang angkuh. Dia telah membuatku sakit hati seperti ini, maka….diapun harus membayarnya dengan harga yang setimpal.” Umpat Hyo Sung geram.
Malam ini tak seperti biasanya, tak ada angin tak ada hujan entah kenapa tiba-tiba Zia mondar mandir diteras rumah. Sesekali ia melongokkan kepalanya toleh kanan dan kiri, sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
“Apa yang aku tunggu, kenapa aku menunggunya…..seharusnya aku bahagia bila ia tidak ada.” Gumam Zia kebingungan.
“Kau kenapa Zia…..aku perhatikan sejak tadi, sepertinya kau gelisah. Apa kau ada masalah.” Tanya nenek menghampiri cucu kesayanganya.
“Aku menunggu Honggi nek.”
Nenek agak terkejut dengan jawaban Zia.
“Kenapa kau menunggunya.” Tanya nenek yang berubah dingin.
“Nenek jangan salah paham, aku hanya mengkhawatirkanya saja. Nenek kan juga tau, kalau dia itu tak punya sanak saudara. Makanya aku kawatir kenapa sampai sekarang ia masih belum memberi kabar, dia juga tak mau menjawab telfonku.” Papar Zia semakin panik saja.
Sekali lagi Zia mencoba menghubungi Honggi, namun lagi-lagi ia harus gigit jari. Karena pria itu tetap tak mengangkat telfonya.
Sesampai dikota, Honggi meminta pamanya untuk menghentikan mobilnya. Ia tak mau kalau pamanya tau ia tinggal dengan seorang wanita.
“Paman….berhenti disini saja, aku masih ada keperluan lain.”
“Baiklah Honggi, lain kali….datanglah kerumah. Aku akan selalu menunggumu.” Ucap paman dan berlalu.
Sepeninggal paman, Honggi menghela nafas panjang sambil meraba-raba sakunya. Nampaknya ia mulai menyadari kalau ia kehilangan ponsel. Lalu tiba-tiba JaeJin muncul menyodorkan ponselnya dengan wajah tegang.
“Kenapa!”….kau masih ingin marah padaku.” Tukas Honggi sedikit kesal.
“Kau selalu membuat ulah dan masalah denganku, tidak bisakah kau mengerti akan posisiku. Apa kau tau kalau senior tau tentang masalah ini, aku bisa…..”
“Aku bisa hancur dan tak bisa terlahir kembali.” Sahut Honggi menyela ucapan JaeJin.
“Tenanglah….satu kesalahan, tak akan berpengaruh.” Imbuh Honggi menepuk-nepuk pundak JaeJin sambil tersenyum mencoba menggodanya. JaeJin yang sedang marah, luluh juga melihat tingkah Honggi yang konyol.
“Kyaaaaaaaa!!!!!!”…….tiba-tiba saja Honggi berteriak histeris sambil menatap ponselnya.
“Kenapa kau tak memberitahuku kalau Zia menelfon, kenapa kau membiarkanya menelfon hingga 30 kali panggilan.” dumel Honggi mulai panik, lalu jemarinya mulai memencet menghubungi Zia.
“Sepertinya kita impas.” Celetuk jaeJin dengan puasnya.
Lama Honggi mencoba menghubungi Zia, nampaknya gadis itu sudah tidur. Karena sudah berulang kali, tak ada jawaban. Akan tetapi…..saat Honggi ingin mengakhiri panggilanya….
“Kau dimana!.....kau pikir kau ini siapa!...berani sekali kau membuatku panik dan menunggumu!....kalau kau bosan atau benci padaku, seharusnya kau katakan padaku, jangan membuatku bingung seperti orang bodoh!!!”…..berundul Zia dengan galaknya.
“Kau kenapa, apa ada yang salah denganmu.” Tanya Honggi tak mengerti.
Zia langsung tersadar akan ucapanya, lalu membungkam mulutnya.
“A..a..a..apa yang telah aku lakukan, kenapa aku berkata seperti itu. Haaaaahhh…..aku memang bodoh.” Gumam zia kesal sambil memukul kepalanya.
“Halo…..halo…Zia…kau kenapa lagi.”
“Eeee….sepertinya aku tadi mimpi buruk, eeee…jangan kau pikirkan ucapanku tadi.” Elak Zia mencari alasan, namun tak dipungkirinya kalau jantungnya berdetak kencang.
“Waaaaaahhh….kau benar-benar tak waras, apa kau yakin tak ada masalah dengan kepalamu.”  Tukas Honggi dengan entengnya.
Zia ibarat melayang diatas awan lalu terjatuh tiba-tiba saat mendengar kata-kata honggi yang menjengkelkan, namun ia mencoba tenang dan sabar.
“Kau dimana,…aku akan kesana menjemputmu.” Tanya Zia mangnyun, tapi tiba-tiba terdengar jeritan orang minta tolong dari dalam telfon dan Honggipun menutupnya tanpa sepatah kata.
Zia terkejut dan langsung melompat dari tempat tidurnya lalu buru-buru keluar tanpa mengambil jaket, padahal malam itu udara bisa dibilang dingin.
Rupanya teriakan tadi adalah teriakan seorang gadis yang sedang kerampokan. Honggi langsung berlari mengejar perampok yang berlari membawa tas wanita itu. Dengan sekuat tenaga ia terus mengejarnya, hingga perampok itu terjebak disebuiah gang buntu. Honggipun menghampirinya, namun perampok itu malah menyerangnya. Alhasil….wajah tampanya kena telak hingga hidungnya harus mengeluarkan darah.
Melihat darah mengalir dari hidungnya, Honggi tak terima lalu bangkit dan membalas pukulanya. Perkelahianpun terjadi, antara honggi dan siperampok ternyata sama-sama kuatnya. Dan selang 15menit berlalu, Honggi berjalan sempoyongan keluar dari gang sambil membawa tas wanita itu.
Karena kelelahan, ia bersandar ditembok sambil menyeka keringat dan darahnya lalu berjalan menghampiri sang gadis yang masih mondar-mandir. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja ia menatap gadis itu. Wajah cantik yang terkena sinar lampu jalanan, meski tak begitu terang namun sinar itu mampu menyinari wajahnya.  
“Gadis itu….” Iapun langsung teringat foto kakaknya.
“Ya….bukankah dia gadis yang berdiri dibelakang foto kakakku, akhirnya aku menemukan dia.” Gumam Honggi meneruskan langkahnya.
“Maaf…..ini milikmu.”
Mendengar suara Honggi sang gadis langsung membalikkan badanya, rupanya gadis itu tak lain adalah Hyo Sung.
Hyo Sung terbelalak kaget tak percaya melihat lelaki yang berdiri menolongnya itu adalah pria yang ia kagumi tempo hari. Tubuhnya mematung, bibirnya serasa terkunci ia seperti tersihir oleh pesonanya. Cukup lama ia terpaku, hingga sentuhan tangan Honggi menyadarkanya.
“Ini tas milikmu.” Ulang Honggi, dan berlalu pergi. Tetapi Hyo Sung langsung mengejarnya.
“Kau….sudah dua kali menolongku, namun aku belum sekalipun mengucapkan terimakasih padamu.” Ucap Hyo Sung mencari alasan.
“Terimakasih.” Imbuhnya seraya mengulurkan tangan. Honggipun menerima uluran tanganya.
“Astaga!....kau terluka dimana-mana, biar aku mengobati lukamu.” Pinta Hyo Sung sambil membimbing Honggi duduk dikursi yang berjajar dipinggiran toko. Honggi hanya diam menurutinya tanpa protes sepatah katapun.
Jemari-jemari lentik Hyo Sung sangat terampil membersihkan luka Honggi. Dengan perlahan ia usap dengan sapu tanganya. Sedangkan Honggi, masih saja ia memandangi wajah cantik Hyo Sung sambil terus bergumam dalam hati.
“Semakin dilihat, wajah ini semakin mirip dengan difoto itu. Apa hubunganmu dengan kakakku, aku melakukan ini…karena aku hanya ingin tau siapa dirimu yang sebenarnya.”
Melihat sikap gadis itu pada Honggi, kekhawatiran JaeJin semakin bertambah. Berkali-kali ia menghela nafas panjang sambil menengadah kelangit.
“Hanya ada satu hal yang paling sulit dalam dunia ini, yaitu…memahami hati seorang wanita.”
Dilain tempat, Zia terengah-engah berlarian dari rumah hingga kejalan raya. Dalam hatinya khawatir akan keselamatan Honggi, namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Sepasang matanya menatap lurus dua orang diseberang jalan yang tak lain adalah Honggi dan hyo sung. Entah kenapa hatinya sakit saat melihat tangan wanita itu mengusap-usap wajah Honggi. Ada segurat kekecewaan dalam hatinya, ingin sekali ia pergi dan menarik tangan pria berambut ikal itu. Namun diurungkanya, karena ia merasa tak punya hak. Tanpa terasa, airmatapun menumpuk di ujung matanya dan perlahan ia membalikan badan kembali kerumah.
“Kau siapa?” celetuk Honggi mengejutkan Hyo Sung.
“Namaku Jang Hyo Sung, dan kau…”
“Aku Kim Honggi, senang bertemu denganmu.” Ucap Honggi seraya tersenyum.
Hati Hyo Sung seakan meledak menatap senyuman manis pria itu. Ia tak kuasa menahan gejolak asmara dalam dadanya.Apalagi saat Honggi tanpa sengaja memegang tanganya. Sungguh malam itu hati Hyo Sung berbunga-bunga dan tanpa disadari wajahnyapun memerah.
Didalam kamar yang tak begitu besar Zia duduk ditempat tidur sambil mendekap kakinya. Ia masih teringat akan kejadian yang baru saja dilihatnya. Entah kenapa ia merasa sesak dalam dada, ia merasa gelisah dan kecewa. Perlahan airmata yang ditahanyapun menetes membasahi pipinya. Ia juga tak mengerti, apa yang membuat ia menangis. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasakan rasa yang aneh, rasa yang sulit diungkapkan, rasa yang tak bisa ia gambarkan walau dengan satu kata. Ia hanya merasa hatinya sakit.
“Kenapa….apa yang terjadi padaku…..kenapa aku menangis…apa yang kutangisi.” Isak Zia lirih.
“Dia hanya orang asing….yang baru aku kenal, aku juga tak punya hubungan apa-apa denganya. Tapi kenapa….aku merasa kecewa padanya.” Imbuh Zia yang semakin menjadi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, hingga Ziapun buru-buru mengusap airmatanya.
“Tok!.....tok!....tok!....”
“Zia…..zia….apa kau sudah tidur,” sapa Honggi
Rupanya Honggi yang mengetuk, ia merasa bersalah pada Zia.
“Zia….kenapa kau diam, apa kau sudah tidur….lampumu masih menyala, kau belum tidurkan.” Imbuh Honggi lagi.
Zia yang terlanjur marah dan kecewa hanya mampu membungkam mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar.
“Aku minta maaf….aku terlambat pulang. Keluarlah…lihat, aku membeli makanan kesukaanmu. Baiklah….mungkin kau marah, aku simpan dikulkas saja makananya.”
Tangis Zia semakin menjadi hingga ia terpaksa menggigit bibir sambil menepuk-nepuk dadanya yang sesak menahan tangis.
Tapi keadaan berbeda dengan Hyo Sung. Sementara Zia menangis, Hyo Sung malah tersenyum bahagia. Sudah pasti ia sangat bahagia, karena apa yang diimpikanya tercapai. Honggi adalah pria yang diidamkanya sejak ia pertama kali bertemu, dan malam ini ia bahkan mengusap wajahnya yang tampan.
“aku bahagia sekali malam ini, dia…..pria yang aku inginkan. Ternyata Tuhan mendengar do’aku.” Ucap Hyo Sung sembari tiduran ditempat tidurnya.
“Honggi…..kau akan segera menjadi miliku.”
Keesokan paginya Hyo Sung penuh semangat untuk bersiap diri ke kantor, nampaknya pertemuan semalam mampu menjadi penyemangatnya untuk beraktifitas. Hari ini ia sibuk memilah baju dan parfum yang akan ia gunakan.
“Kau nampak gembira sekali pagi ini, kenapa?” celetuk Young Guk yang tiba-tiba muncul.
Hyo Sung menoleh dan terkejut lalu tersenyum melihat kedatangan kakaknya yang tak biasa.
“Kenapa kakak kemari, tumben sekali pagi-pagi mengunjungiku.” Tukas Hyo Sung yang merasa aneh. Karena tak seperti biasanya Young Guk datang langsung kekamarnya.Biasanya pria paruh baya itu hanya menelfon meskipun masalah yang dibahas itu penting.
“Aku hanya ingin bertanya padamu sekaligus penasaran, hal apa yang membuatmu bahagia sekali pagi ini.” Ledek sang kakak sambil mendekati Hyo Sung yang masih sibuk berdandan didepan cermin.
“Entahlah kak….sepertinya aku baru menemukan jalan hidupku yang baru,” jawab Hyo Sung tanpa menatap kakaknya.
Ternyata apa yang difikirkan Hyo Sung benar, Young Guk datang kekamarnya bukan tanpa alasan. Dalam hati kecil Young Guk merasa beruntung sekali karena adiknya tak begitu memperhatikanya, ia jadi leluasa melancarkan aksinya.
“Wah…syukurlah kalau kau sudah bisa merubah diri dan menentukan langkah kedepanmu.” Kata Young Guk seraya meraih tas Hyo Sung. Dengan cepat ia mengobrak abrik isi tas adiknya namun apa yang ia cari tak ada didalamnya. Iapun langsung melayangkan pandanganya keseluruh ruangan kamar dan pandanganya terhenti dimeja rias Hyo Sung. Young Guk tak punya waktu banyak, ia harus bisa mendapatkanya walau apapun yang terjadi.
“Aaahhhh!!!......” tiba-tiba saja Young guk mengerang kesakitan. Mendengar erangan kakaknya Hyo Sung kaget lalu berlari menghampirinya.
“Ada apa kak….” Tanya Hyo Sung panik.
Young Guk merintih kesakitan sambil memegangi jarinya yang berdarah. Dalam hatinya tersenyum karena ia berhasil membuat adiknya beranjak dari depan cermin.
“Jari kakak berdarah, tunggu sebentar aku akan mengobatinya.”
Hyo Sung berlari keluar kamar, sedangkan Young Guk langsung menyambar ponsel dimeja rias Hyo Sung lalu sembunyi dalam kamar mandi.
“Kakak ceroboh sekali…seumur hidup, baru kali ini aku melihat…..” Hyo Sung tak melanjutkan ucapanya. “Kakak…..kakak dimana.” Ia kaget melihat kakaknya sudah tidak ada diatas tempat tidurnya. “Kak….kakak…” seru Hyo Sung yang masih terus mencari-cari kakaknya didalam kamar.
“Jangan-jangan dia dikamar mandi.” Gumam Hyo Sung sambil berjalan menghampiri kamar mandi. Tetapi sebelum ia memegang gagang pintu dan membukanya, kamar mandi itu sudah terbuka duluan.
“Kakak…..ternyata benar kau ada didalam.” Ucap Hyo sung tanpa curiga sedikitpun pada kakaknya. Young Guk tersenyum kecut sambil menyembunyikan ponsel Hyo Sung dibelakangnya.
“A…aku…aku…aku hanya mencuci tanganku saja sebelum kau obati.” Kata Young Guk mencari alasan sambil menaruh ponsel adiknya diatas tempat tidur. Hyo Sung tersenyum sambil meraih tangan Young Guk, namun laki-laki itu menampiknya.
“Ah…jariku sudah tidak apa-apa, lagi pula ini hanya luka kecil saja. Maaf…..sudah merepotkanmu.” Kata Young Guk yang langsung berlalu begitu saja.
“Aneh sekali.” Gumam Hyo Sung sambil mengangkat bahu.
Sesampai dikamar Young Guk tersenyum puas, karena apa yang di inginkanya telah ia dapatkan. Lalu iapun meraih ponselnya dan menekan-nekan tombol sesuai no yang baru saja ia dapatkan dari ponsel Hyo Sung. Lama ia menunggu namun hanya suara nada dering yang ia dengar. Tapi ia tak patah semangat, ia terus saja menghubungi no itu, dan……
“Halo, ini Zia…..anda siapa.”
Rupanya no yang dicari dari ponsel adiknya tadi adalah no Zia. Setelah tersambung dengan Zia, YoungGuk malah bingung mengutarakan maksudnya.
“Ya…Halo, ini Jang YoungGuk.” Ucapnya ragu.
Zia kaget, ia sama sekali tak menduga kalau Young Guk secara pribadi langsung menghubunginya.
“Kau….bagaimana bisa kau menghubungiku.” Tanya Zia penasaran.
“Maaf….aku meminta dari bagian personalia, karena aku takut kau lupa…kalau kita akan pergi bertemu Tn.Yu.” ujar YoungGuk mencari alasan. Ziapun tertawa mendengarnya.
“Kenapa kau tertawa, ada yang lucu…”
“Iya….kau pikir aku sudah pikun, kenapa kau mesti repot-repot menelfonku. Kita kan bisa bertemu dikantor.” Jelas Zia tanpa ragu sedikitpun.
“Aku bermaksud menjemputmu, aku ingin kita langsung pergi kekantor Tn.Yu. Karena perlu kau tau kalau beliau itu orangnya sangat disiplin.” Terang Young Guk yang mulai mencair.
Zia terdiam mendengarnya, ia merasa aneh dengan sikap atasanya itu.
“Kenapa kau diam, kau jangan salah sangka. Aku hanya tidak mau mengecewakan beliau saja, lagipula ini kan job pertamamu. Tapi kalau kau menolak…..ya apa boleh buat.”
“Bukan begitu, aku hanya tak enak saja. Aku takut…..”
“Jangan mengkhawatirkan apapun, jangan juga memperdulikan apa kata orang. Kau bekerja untukku, jadi…apapun perintahku, kau harus siap.” Kata YoungGuk menimpali ucapan Zia.
“Baiklah” Ziapun menyetujuinya.
Bukan Young Guk namanya kalau tak berhasil membujuk seorang gadis. Dengan senyum yang merekah ia menghadap cermin sambil merapikan penampilanya lalu melenggang keluar.
Sementara itu Hyo Sung tengah panik mencari-cari ponselnya. Berulang kali ia keluar masuk kamar hanya untuk mencari ponselnya. Melihat tingkah putri kesayanganya yang aneh, kening presdir mengkerut lalu menghampirinya.
“Kau kenapa”
“Ayah…aku mencari ponselku. Seingatku, aku menaruhnya dimeja riasku…tapi ternyata tidak ada. Ayah tau kan, sedetik saja benda itu lepas dari tanganku jadwalku bisa kacau.” Dumel Hyo Sung yang masih mondar-mandir tak tentu arah.
Presdir tersenyum seraya meraih ponselnya dari dalam saku, lalu menekan no putrinya. Tak lama kemudian terdengarlah suara nada dering dari balik bantal. Hyo Sung menghela nafas panjang mendengar suara ponselnya, dan bergegas mengambilnya.
“Aneh…jelas-jelas tadi aku menaruhnya diatas meja riasku, tapi kenapa pindah dibawah bantal.” Gumam Hyo Sung sambil mengutak atik ponselnya.
Pagi ini suasana rumah Zia nampak tak seperti biasa, pagi ini semua orang nampak sedang sibuk sendiri. Zia yang sibuk menyiapkan diri untuk pergi bersama YoungGuk, lalu nenek yang sibuk menyiapkan sarapan untuk makan pagi. Sedangkan Honggi, pagi ini aktifitas Honggi tak seperti biasanya. Pagi ini ia sudah terlihat sangat rapi lengkap dengan kemeja biru lautnya yang sangat sepadan dengan warna kulitnya. Begitu juga dengan tas hitam kecil yang ia lingkarkan dipingganya.
Melihat penampilan temanya yang aneh, JaeJin tertawa terpingkal-pingkal.
“Apa yang kau tertawakan.” Tanya Honggi yang masih sibuk didepan cermin.
“Hahahaa…Penampilanmu….kau mau kemana dengan pakaian seperti itu, tidakkah kau tau. Penampilanmu membuatku tak kuat menahan tawa, melihatmu..aku hanya ingin tertawa…hahahahhaa….” Jawab JaeJin yang masih terus saja tertawa.
“Kau tau, wanita semalam memberiku pekerjaan. Katanya untuk membalas budi, dia pikir aku tidak tau apa yang ada di pikiranya.”
JaeJin terdiam mendengar ucapan Honggi, lalu berjalan mendekatinya.
“Aku senang, dengan ini kau akan fokus pada tujuan kita dan aku tak perlu terlalu khawatir padamu.”
“Nenek!”……aku berangkat dulu.” Seru Zia dari luar kamar.
Mendengar teriakan Zia, Honggi buru-buru keluar dari kamarnya.
“Zia!.....Zia!.....tunggu.” panggil Honggi sambil berlari mengejar Zia yang sudah hampir keluar dari pintu. Tapi sepertinya wanita itu tak menghiraukanya, ia terus saja berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun.
“Zia!....kau kenapa!” gertak Honggi yang berhasil menangkap tangan Zia. Namun wanita itu tetap saja diam tanpa menatapnya.
“Kenapa kau diam, katakan padaku….kau lebih baik teriak-teriak atau memukulku itu akan membuatku lega, karena itulah dirimu. Daripada kau mendiamkanku seperti ini, kau seperti bukan dirimu saja. Katakan padaku, kau kenapa….aku tau aku salah, tapi akukan sudah minta maaf padamu.”
Zia menghela nafas panjang lalu membalikan badanya. Ia terperangah begitu melihat penampilan Honggi yang tak seperti biasanya. Diamatinya pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Wajah yang awalnya tegang kini pelan-pelan melunak. Kini wajah Zia berubah merah karena tak kuat menahan tawa, dan tawapun meledak dari bibir Zia. Honggi berkernyit melihat tingkah Zia.
“Hei!....kau sudah tak waras ya!” bentak Honggi kesal.
“Kau…kau mau kemana dengan baju seperti itu, apa kau tak tau kalau penampilanmu itu mirip tukang angkot.” Ledek Zia sambil berusaha menahan tawanya.
“Apa kau bilang…tukang angkot. Hei dengar ya, sekarang aku sudah bekerja jadi….kau tak boleh sembarangan membentak-bentakku.”
“Apa!....kau bekerja!. Syukurlah kalau begitu, setidaknya bebanku sudah berkurang.” Sorak Zia kegirangan. Dalam sekejap wanita itu telah melupakan kemarahanya pada Honggi. Melihat Zia tertawa Honggipun juga merasa tenang dan bahagia.
“Aku senang melihatmu tertawa….aku senang kau tak marah lagi.” Ucap Honggi sambil memegang kedua pundak Zia.
Zia terperanjat kaget saat tangan lelaki itu menyentuhnya, apalagi saat menatap kedua matanya. Ada sentuhan aneh yang menjalari tubuhnya, perlahan jantungnya berdetak lebih cepat. Tubuhnya terpaku saat menatap senyum manis yang tersungging dibibir tipis itu. Sepertinya Zia telah terpesona oleh Honggi. Lama sekali kedua insan itu saling berpandangan, hingga tiba-tiba suara klakson mengejutkan mereka.
Zia menoleh kearah suara klakson, melihat Young Guk melambaikan tangan kearahnya ia langsung berlari menghampiri tanpa berkata sepatah katapun pada Honggi. Honggi sedikit kecewa melihat kepergian Zia, apalagi ia melihat Zia pergi dengan lelaki. Tiba-tiba ponselnya berdering, ia tersenyum kembali saat melihat nama Hyo Sung berkedip-kedip dilayar ponselnya.
“Halo, ini Honggi.” Sapa Honggi pelan.
“Maaf mengganggu, aku mengirim mobil untukmu. Mungkin sebentar lagi akan sampai, gunakanlah selama kau bekerja bersamaku.” Ucap Hyo Sung dengan penuh percaya diri.
Hyo Sung benar-benar telah terpikat oleh aura Honggi, hingga ia rela melakukan apapun untuk Honggi. Bukan hanya pekerjaan saja, Hyo Sung juga memberikan mobil pribadi dan ponsel baru untuknya. Memang benar kata pepatah kalau cinta itu  buta. Dan kenyataanya Hyo Sung telah dibutakan oleh cinta.
Honggi tersenyum melihat mobil kiriman Hyo Sung. Entah ia tersenyum bahagia atau tersenyum untuk menghibur diri.
“Langkah pertama telah kau tempuh, kini langkahmu akan semakin mudah. Karena ternyata wanita itu sangat mencintaimu.” Celetuk JaeJin yang tiba-tiba muncul dari dalam mobil.
“Kau benar….kesempatan ini tak kan kusia-siakan begitu saja. Akan kuselidiki siapa gadis ini begitu juga keluarganya, sampai aku mendapatkan tujuanku.”


Sesampai dikantor Tn.Yu, Zia dan Young Guk langsung menuju tempat lokasi syuting. Zia sangat bahagia saat itu hingga tanpa disadari ia terus menebar senyum ketika berpapasan dengan orang-orang dilokasi syuting. Melihat tingkah Zia yang aneh, Young Guk tersenyum seraya mencolek pundak gadis bermata indah itu.
“Kalau kau seperti itu terus…mereka akan menyangkamu gila.”
Zia kaget lalu menoleh kearah Young Guk yang masih saja tertawa. Ziapun juga ikut tertawa begitu menyadari akan sikapnya yang berlebihan.
“Selamat datang Young Guk, apa gadis ini yang akan menggantikan artis yang mengundurkan diri kemarin.” Sapa Tn.Yu berjalan menghampiri Zia dan Young Guk bersama para asisten pribadinya.
“Selamat pagi Tuan…..apa kabarmu.” Jawab Young guk seraya tersenyum menjabat tangan pria paruh baya itu.
“Perkenalkan, dia Yang ZiaMie. Dia artis baru, semoga anda tidak kecewa untuk kedua kalinya.” Imbuhnya lagi.
Zia menjabat tangan Tuan Yu dan memperkenalkan diri.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Ziapun berakting. Jantungnya berdetak sangat kencang, maklum saja ini pengalaman pertamanya berakting. Berulang kali gadis itu membuang nafas panjang sambil meremas-remas jemarinya. Kelihatan sekali kalau ia sangat gugup. Perlahan Young Guk menghampiri sambil berkata lirih ditelinga Zia.
“Fighting!”……
Zia tersenyum senang mendengarnya, lalu membalas ucapan Young Guk dengan penuh semangat. “Fighting!”….
Sementara itu Honggi telah sampai ke alamat yang dikirim Hyo Sung via sms. Kening Honggi mengkerut saat melihat gedung yang berada didepan matanya itu.
“STAR Agency….bukankah ini tempat bekerja Zia.” Bisiknya lirih, lalu melanjutkan laju mobilnya ke area parkir.
Begitu turun dari mobil dia sudah dinanti oleh seorang pria untuk mengantarnya keruangan Hyo Sung. Honggi diam mengikuti langkahnya sambil sesekali melihat sekeliling yang dilaluinya. Sepanjang perjalanan ia menjadi sorotan beberapa pasang mata gadis-gadis yang sedang bekerja, ada juga yang berbisik-bisik saat melihatnya. Maklum wajah Honggi yang putih dan tampan ditambah lagi gaya rambutnya yang semu acak membuatnya semakin mempesona. Merasa diperhatikan oleh mereka, Honggi perlahan melempar senyuman yang manis seraya menyisir rambutnya dengan jari. Kontan saja mereka langsung berteriak riuh.
Tak lama kemudian sampailah keduanya diruangan Hyo Sung.
“Tok…..tok….tok…..”Nona….tamu yang anda tunggu sudah datang.” Ucap si asisten dan berlalu pergi.
Hyo Sung berlari kecil saat mendengar Honggi sudah datang, dengan senyum lebar ia mempersilahkan Honggi masuk.
“Bagaimana….apa menurutmu aku berlebihan.” Sapa hyo Sung membuka percakapan.
“Tidak, menurutku…kau gadis yang baik. Kau suka menolong orang dan murah senyum.” Ucap Honggi tanpa rasa malu.
“Wah….rupanya kau kurang pandai merayu.” Tukas JaeJin yang berdiri tak jauh dari Honggi duduk. Honggi melirik kesal kearah JaeJin lalu mengedipkan mata, tanda untuk menutup mulut. JaeJinpun tersenyum geli menggelengkan kepala.
“Seperti yang kukatakan semalam, aku akan memberimu pekerjaan. Kau sudah dua kali menolongku, aku merasa nyaman kalau kau ada disampingku. Seperti yang kau lihat, aku seorang wanita yang harus bekerja dengan orang-orang asing, kejahatan pasti tak kan pernah ada habisnya. Maka dari itu, aku ingin kau menjadi asisten pribadiku. Apa kau tidak keberatan?” Papar hyo Sung tanpa ragu.
“Benarkah!.....Wah!....luar biasa sekali, aku bekerja khusus untukmu. Itu pekerjaan mudah, kau jangan khawatir, aku akan bekerja dengan baik. Aku janji tak kan mengecewakanmu.” Sorak Honggi kegirangan.
Sementara itu Zia tengah menjalani syuting video klipnya. Dalam klip itu ia berperan sebagai seorang peri cinta yang sedang patah hati. Dengan balutan gaun berwarna putih yang menjuntai panjang Zia terlihat sangat anggun. Apalagi saat rambut yang biasanya dikuncir itu tergerai panjang dan berserakan diwajahnya karena tertiup angin, menambah keelokan wajahnya yang putih. Senyum dingin yang mengembang dibibir merahnya yang tipis mampu menyita pandangan orang dilokasi tanpa terkecuali Young Guk.
Dia tersenyum senang saat mendengar bisikan positif orang-orang tentang Zia, ia merasa puas untuk pertama kalinya. Bagi seorang aktris pendatang baru tentu sangat sulit untuk mendapat respon begitu luar biasa dari para kru diawal karirnya.
Seusai syuting Zia duduk istirahat sambil merapikan rambut dengan jarinya. “Tit….tit….tit…..tit…ponselnyapun berbunyi. Zia diam sejenak memandangi no yang kelap-kelip dilayar ponselnya, no yang tak ia kenal. Dengan malas iapun menerimanya.
“Ya, halo….ini zia.” Sapanya dengan suara lirih.
“Zia, ini aku Honggi.” Zia langsung terkejut kaget, rupanya no tak dikenal itu milik Honggi.
“Kau…..kenapa no mu berubah.”
“Semalam, aku menghajar seorang copet dan ponselku terjatuh rusak.” Ungkap Honggi menjelaskan dengan penuh semangat. Namun Zia tertegun diam mendengarnya, pikiranya teringat kembali saat ia melihat Honggi duduk bersama Hyo Sung di emperan toko.
“Zia, malam ini aku akan mentraktirmu makan. Hari ini aku dapat pekerjaan, kau boleh memilih makanan apapun yang akan kau makan. Aku akan menuruti apapun maumu, aku sudah mendapatkan gajiku dimuka.” Ujar Honggi kegirangan.
Tak sengaja Zia menitikan airmatanya, entah kenapa tiba-tiba bibirnya kelu tak mampu berkata. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam kerongkonganya.
“Zia….zia…apa kau mendengarku.”
“Mmm….” Jawab Zia menganggukan kepala sambil berusaha menahan suara tangisnya agar tak terdengar oleh Honggi.
“Zia kau kenapa…apa kau sakit, kenapa kau hanya diam. Apa kau tidak bahagia kalau aku dapat pekerjaan, bukankah itu kemauanmu. Dengan aku bekerja, aku tidak akan lagi membebanimu dan merepotkanmu. Bahkan tadi pagi kau bersorak gembira, kenapa sekarang dingin.”
Ziapun memaksa dirinya tertawa bahagia, agar Honggi tak kecewa. Honggi terus bicara tanpa henti, ia bagi kebahagiaanya bersama Zia. Begitu juga dengan Zia, ia memahami apa yang dirasakan Honggi. Dengan sekuat tenaga ia menahan airmata kesedihanya. Namun lama ditahan, rasa itu semakin menyesakkan dada. Akhirnya Zia memutuskan untuk mengakhiri percakapan.
“Honggi, aku masih ada jadwal… nanti saja dirumah kita sambung lagi.” Pungkasnya lirih.
Zia berlari kekamar mandi dan melepas tangisnya.
“Apa yang terjadi padaku, kenapa aku tak rela bila kau bersama wanita lain. Kau orang yang pertama kali membuatku seperti ini, membuatku menunggu dengan perasaan yang tak menentu, membuatku khawatir dan menangis. Siapa kau…seberapa hebatkah dirimu untuk kutangisi seperti ini.” Isak Zia semakin menjadi.
Sementara itu Young Guk yang telah selesai ngobrol dengan Tn.Yu, kebingungan mencari-cari Zia. Ia bahkan bertanya pada semua kru yang masih sibuk bekerja, namun tak satupun yang melihatnya. Ia telfonpun juga tak diangkat, ia malah melihat ponsel dan tasnya diruang tunggu.Young Guk semakin panik, tapi tak lama kemudian gadis yang ditunggupun muncul.
“Kau dari mana saja, tak taukah kau kalau aku kebingungan mencarimu.” Ucap Young Guk berjalan menghampiri Zia.
“Maaf, aku ke toilet tadi.”
“Apa kau baik-baik saja, sepertinya kau baru menangis.” Tanya Young Guk penasaran.
Namun Zia hanya diam sambil membalikan badan seraya tersenyum menggelengkan kepala.
Sementara itu di STAR Agency, Hyo Sung dan Honggi nampak sedang membahas masalah kerja ditaman sambil bercanda tawa. Entah apa yang dilakukan Honggi hingga membuat wanita muda itu tertawa terpingkal-pingkal. Melihat keakraban yang terjadi diantara keduanya, JaeJin yang menyamar menjadi seekor burungpun tersenyum lega.
“Kenapa harus ada cinta didunia ini, mungkinkah manusia hidup tanpa cinta. Tanpa mencintai, manusia tidak akan mengerti arti kasih sayang dan perpisahan. Namun kadang cinta juga kerab dijadikan alasan untuk menyakiti orang lain. Tak ada hukum dalam cinta…tak ada yang salah dalam cinta….kenapa manusia mudah jatuh cinta.” Gumam JaeJin.
“Apa jadwalku hari ini.” Tanya Hyo Sung sambil mengunyah makananya.
“Hari ini ada jadwal di Red Agency, bertemu dengan presdir Choi jam 4 sore dan…..” Honggi tak melanjutkan ucapanya.
“Kenapa….kenapa kau diam.”
“Nanti malam kau ada jadwal, tapi…aku sudah ada janji dengan temanku. Bagaimana kalau jadwal nanti malam diganti besok malam.”
Hyo Sung diam memikirkan ucapan Honggi. Sebenarnya ia bisa saja membatalkan jadwalnya namun, itu berarti ia kehilangan kesempatan untuk bersama Honggi. Disaat yang bersamaan Zia muncul bersama Young Guk dari arah belakang. Hyo Sung tersenyum sinis  beranjak dari tempat duduknya dan, “Ahhhh……!” rintihnya sambil memegangi kepalanya. Kontan saja Honggi kaget dan menolongnya.
“Kau kenapa, apa kau baik-baik saja.” Ucap Honggi langsung memegangi tubuh Hyo Sung yang mau ambruk.
Young Guk dan Zia yang sempat melihat juga berlari menghampirinya.
“Apa yang terjadi.” kata Young Guk ikutan panik.
Zia terbelalak saat melihat pria yang menolong Hyo Sung itu adalah Honggi. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu. Cukup lama ia tertegun menatap Honggi. Begitu juga dengan Honggi, iapun juga kaget saat membalikkan badan dan melihat Zia sudah berdiri dihadapanya.
“Maaf, aku harus cepat kembali keruanganku.” Ucapnya sambil berlalu.
Hyo Sung tersenyum puas melihat reaksi Zia, tetapi senyum itu tak bertahan lama. Karena tiba-tiba saja Honggi berteriak pada Zia yang sudah lumayan jauh.
“Zia!!!......jangan lupa nanti malam.”
“Apa….jadi yang dimaksut temanya tadi adalah Zia. Hah….dia tega membatalkan jadwalku hanya untuk pergi bersama gadis itu.” Batin Hyo Sung kesal.
“Kau bekerja disini, bisakah kau menjaga sikapmu.” Tukas Young Guk dengan tatapan dingin dan berlalu.
“Begitukah, memang apa salahnya berteriak pada temanku sendiri.” Honggi mencoba membela diri. Young Guk menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Honggi.
“Kau karyawaan baru, kalau kau tidak menuruti prosedur yang ada….kau akan dikeluarkan.” Ancam Young Guk mulai meradang.
“Kakak sudahlah, dia kan masih baru…jadi wajar kalau bersikap seperti itu. Kenapa kakak membesar-besarkanya.” Sahut Hyo Sung membela Honggi sambil mendorong kakaknya pergi.
“Rupanya lelaki ini kakak Hyo Sung.” Batin Honggi kaget seraya melirik ke arah Young Guk yang masih berdiri disamping Hyo Sung.
Young Guk menghela nafas panjang dengan sikap adiknya, kemudian ganti menatap Honggi dengan penuh curiga. Honggi perlahan mulai risi dengan sikapnya Young Guk yang berlebihan.
Zia mulai memahami keadaan yang ada, tak ada airmata lagi yang menetes dipipinya. Malah airmata itu berubah menjadi senyuman dibibirnya.
“Kau pikir…aku akan menyerah dengan keadaanmu, tidak….aku malah semakin tertantang untuk melawanmu.” Gumamnya sambil memandangi langit dari jendela. Entah kata-kata itu ia tujukan pada siapa.
“Tok….tok…tok…” Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.
“Maaf nona, anda dipanggil  Tn. Young Guk keruanganya.”
Zia menganggukkan kepala lalu berjalan keluar menuju ruangan Young Guk.
“Kau memanggilku.” Sapanya begitu tiba dimulut pintu.
“Ya, kemarilah.” Jawab Young Guk seraya mempersilahkan Zia duduk.
“Zia, aku tidak akan mentolerir apapun yang bersangkutan dengan perusahaan dan pekerjaan meski itu adalah keluarga atau teman. Selama kita berada di kantor dan bekerja, kita adalah rekan kerja. Aku pikir kau sudah memahami itu.” Berundul young Guk tanpa jeda.
“Maaf atas kejadian tadi, semua ini tak akan terjadi kalau aku tau dari awal. Tapi aku juga baru tau hari ini.”
“Apa…kau baru tau hari ini, bagaimana mungkin. Bukankah kalian tinggal bersama, mana mungkin dia tidak berkata apapun.” Young Guk mulai meradang, dan perlahan sikap aslinya muncul.
“Tapi kenyataanya memang seperti itu.” Ucap Zia datar seraya menatap kedua mata Young Guk. “Maaf, kalau kau sudah selesai bertanya…aku akan pergi. Karena aku masih ada pekerjaan lain.” Imbuh Zia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.
Baru beberapa langkah ia keluar dari ruangan Young Guk, tiba-tiba ia dihentikan oleh seorang karyawan.
“Ada apa?” tanya Zia seraya menghela nafas.
“Maaf, nona Hyo Sung memanggil anda keruanganya.” Ucap karyawan itu dan berlalu.
Lagi-lagi Zia harus menghela nafas panjangnya, sepertinya hari ini ia penuh dengan kekesalan. Tanpa mengulur waktu ia langsung bergegas ke ruangan Hyo Sung.
Melihat kedatangan Zia, Hyo Sung beranjak dari duduknya seraya tersenyum menghampiri.
“Aku ucapkan selamat atas syuting pertamamu, bagaimana….apa semuanya berjalan lancar.” Tanya Hyo Sung basa-basi. Zia langsung menatap tajam ke arah hyo Sung seraya berkata.
“Waktumu tidak terlalu cukup untuk berbasa-basi denganku.”
Hyo Sung terdiam kesal mendengarnya, nampak sekali dari sorot mata dan gerak geriknya kalau ia sedang kesal pada Zia. Namun ia berusaha menutupinya.
“Hmm….kau benar sekali. Baiklah aku akan langsung pada intinya. Hari ini jadwalku ketat, dan….tadi kau melihatnya sendiri bukan. Kalau aku hampir pingsan, aku ingin kau mewakiliku untuk acara nanti malam.” Papar Hyo Sung sambil duduk ditempat kerjanya.
“Apa…” desah Zia kaget.
“Kenapa harus aku, sepertinya itu bukan tugasku.” Imbuhnya lagi.
“Siapa bilang itu bukan tugasmu, sekarang kau bekerja dibawah pimpinanku. Kau harus mampu melakukan apapun perintahku, kau juga harus mampu menggantikanku saat aku sedang berhalangan hadir di acara apapun itu.”
“Tidak!...aku tidak mau!.”
“Tapi harus bagaimana lagi….aku sudah terlanjur bilang pada Tuan Choi, kalau akan ada perwakilanku yang datang.” Kata Hyo Sung menatap tajam Zia yang berdiri dihadapanya.
Zia sangat tak terima dengan perilaku Hyo Sung, ia merasa sangat dipermainkan. Ingin sekali ia memberi pelajaran pada gadis bermata belok itu, namun diurungkanya.
Siang ini Presdir duduk bersandar dikursi kerjanya menghadap luar sambil memejamkan mata. Sepertinya ia lelah dengan pekerjaan yang menumpuk setiap harinya, hingga tanpa terasa ia tertidur. Dalam tidurnya yang masih belum terlalu lelap itu, presdir melihat seorang gadis kecil berambut pirang tengah berlari sambil berteriak-teriak memanggil kedua orangtuanya.
“Ayah!.....Ibu!.....jangan pergi….jangan tinggalkan aku….Ayah…Ibu…bukalah matamu, lihatlah aku.” Tangis anak kecil itu meronta-ronta sambil menggoyang-goyangkan tubuh kedua orangtuanya.
“Ayah…” presdir tiba-tiba terbangun dengan panggilan Young Guk disampingnya.
“Ayah kenapa, apa mimpi buruk itu datang lagi.” Tanya Young Guk sambil memeriksa berkasnya yang hendak dilaporkan.
Presdir hanya menghela nafas panjang  sambil mengusap keringat yang membasahi wajahnya, lalu memutar kursinya menghadap putranya yang masih sibuk membolak-balik berkas.
“Ayah, tidak apa-apa. Bagaimana kerjasama dengan Tuan Yu, apa berjalan lancar.”
“Ayah tenang saja, semuanya berjalan lancar tinggal menunggu hasilnya saja.”
Presdir tersenyum puas dengan kerja Young Guk, iapun berdiri dan menepuk pundak putranya seraya berkata.
“Kau sudah kembali seperti dulu lagi, aku senang dengan sikapmu ini. Tetaplah begini, sudah waktunya kita bangkit dari keterpurukan masa lalu.”
Jam sudah menunjukan pukul 6 malam, namun Hyo Sung masih belum keluar juga dari ruang meeting. Honggi sudah terlihat resah, berkali-kali ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganya. Berkali-kali pula ia mondar-mandir didepan pintu ruang meeting, berharap Hyo Sung segera keluar. Tiba-tiba ponselnya berdering…..”Rrrrrrrr….senyum lebar langsung mengembang diwajah tampan Honggi saat melihat nama Zia kelap-kelip dilayar ponselnya.
“Apa kau sudah menunggu ku, sebentar lagi aku pasti datang. Kau tunggu saja.” Celoteh Honggi antusias.
“Malam ini aku ada janji dengan seseorang...bagaimana kalau ditunda lain waktu saja, kau tidak keberatan bukan.”
“Baiklah…..kalau tidak bisa makan diluar, kita makan dirumah saja. Aku akan membelikanmu sesuatu.” Ucap Honggi yang tak putus asa.
“Kalau kau memaksa…..aku akan minta yang enak untuk malam ini.” Jawab Zia seraya tertawa riang.
“Baiklah…..apapun akan kulakukan untukmu. Aku tutup dulu, sepertinya Hyo Sung sudah selesai meeting. Kau jaga diri baik-baik ya, sampai ketemu dirumah.”
“Kalian seperti pasangan suami istri yang baru menikah saja.” Celetuk JaeJin yang tiba-tiba muncul. Honggi tersipu dengan ledekan malaikatnya itu.
“Kau yang lebih mengejutkan, tumben kau tidak memarahiku. Biasanya kau paling bawel saat aku menelfon Zia.” Sungut Honggi sambil berjalan menghampiri Hyo Sung yang baru keluar dari ruang meeting.
Hyo Sung tersenyum seraya menggandeng tangan Honggi, ia sangat bahagia sekali berada disampingnya.
“Aku lapar sekali, bagaimana kalau kita mampir kesebuah tempat makan. Kau pasti lapar juga kan.” Rengek Hyo Sung manja memegangi kedua tangan Honggi.
“Hari ini aku sangat lelah, beruntung kau membatalkan jadwalku malam ini. Kalau kau tidak keberatan…..sebenarnya aku ingin ketaman hiburan, aku ingin bermain melepas lelah.”  Imbuh Hyo Sung lagi menunduk sedih.
Sebenarnya Honggi sangat keberatan dengan permintaan Hyo Sung, namun ia bertahan untuk tujuanya. Ia juga berusaha menahan kekesalanya karena sifat manjanya Hyo Sung.
“Baiklah, malam ini kita akan bersenang-senang.!!” Sorak Honggi berpura-pura riang.
“Aku tau, kau pasti merasa terganggu. Tapi….aku memang sengaja melakukan semua ini. Aku Jang Hyo Sung….tak ada yang tak bisa aku dapatkan.” Gumam Hyo Sung seraya tersenyum licik.
Malam ini dengan cepat Zia menyelesaikan tugasnya bertemu dengan Tn. Choi, lalu bergegas pergi ke sebuah supermarket. Ia berniat untuk memberi kejutan untuk Honggi. Sesampainya di supermarket, ia langsung naik ke lantai dua. Tempat fashion pria beraneka macam jenis pakaian dan kelengkapanya dijual dengan harga yang terjangkau. Semangat Zia menggebu-nggebu saat memilah kemeja yang pas untuk Honggi, apalagi saat memilih T-shirt. Tanpa pikir panjang ia langsung comot sana comot sini, yang penting warnanya cocok untuk kulit Honggi.
Sementara itu Hyo sung dan Honggi tengah asyik menikmati wahana permainan sambil menikmati snack masing-masing. Mereka seolah merasa dunia milik berdua, tak jarang mereka terlihat saling bergandeng tangan hingga membuat iri siapa saja yang melintas disampingnya. Nampaknya Honggi telah lupa akan janjinya dengan Zia, ia terlarut dalam kebahagiaan hingga lupa waktu.
Tak terasa waktu sudah menunjuk pukul 10 malam, Zia melenggang dengan riang gembira menuju rumahnya. Yang ada dipikiranya adalah Honggi, Honggi dan Honggi. Ia bahkan tak menelfon, ia sangat yakin kalau Honggi sudah menunggunya di rumah. Setiba didepan pintu rumah, Zia melihat kamar Honggi yang gelap.
“Kamarnya sudah gelap, berarti ia sudah ada di dalam.” Ujarnya dengan penuh antusias.
Zia berjingkat masuk kedalam rumah sambil tengok kanan kiri, ia khawatir kalau nenek mendengar langkahnya dan terbangun. Begitu sampai dikamar Honggi, perlahan ia memegang gagang pintu dan mendorongnya. Kedua mata Zia melebar saat melihat seorang pria tengah duduk menatap cahaya bulan yang terhalang oleh jendela kaca. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menyeruak mendekap kedua mata lelaki itu denagn kedua tanganya sambil berbisik.
“Ternyata apa yang aku pikirkan benar, kau akan menungguku.”
Honggipun tersentak kaget, dan melihat apa yang sedang terjadi pada Zia di dalam bayanganya.
“Ada apa Honggi, sepertinya kau terkejut. Apa yang membuatmu terkejut.” Tanya Hyo Sung panik.
“Maaf Hyo Sung, aku harus segera pergi.” Jawab Honggi sambil berlari menghampiri mobilnya dan langsung melesat secepat kilat menembus malam.
Wajah Zia berubah murung, karena pria yang tengah didekapnya itu hanya diam membisu. Karena penasaran, perlahan ia melongokkan kepalanya sambil melepas kedua tanganya. Zia terbelalak tak percaya ketika melihat wajah yang samar-samar terpantul oleh sinar bulan, meski cahaya itu redup. Namun cukup mampu menerangi wajah lelaki yang ternyata bukan Honggi. Zia terkulai sambil membungkam mulutnya sendiri dan masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Si…si….siapa kamu, kenapa kamu ada disini. Jangan-jangan kamu pencuri.” Desah Zia ketakutan.
“Pen…..” Sebelum Zia berteriak, tangan lelaki itu sudah membungkamnya lebih dulu.
“Aku bukan pencuri. Aku…..aku….” Lelaki itu kebingungan mencari alasan.
Tiba-tiba saja pintu dibuka dengan kasar, Zia dan lelaki itu kaget setengah mati melihatnya.
“JaeJin!....apa yang kau lakukan!..” gertak Honggi sambil mendorong tubuh JaeJin.
“Honggi.” Bisik Zia yang terengah-engah ketakutan.
“Kau tak apa-apa bukan.” Ucap Honggi  mengusap keringat yang membasahi dahi Zia.
“Dia siapa?....kenapa dia bisa ada disini?....” tanya Zia yang masih ketakutan.
Honggi terdiam mendengar pertanyaan Zia dan hanya beradu pandang dengan JaeJin.
“Eee…dia…dia temanku.” Jawab Honggi seraya tersenyum manis menenangkan Zia.
“Teman….” Bisik Zia tak percaya. Jaejin mulai memahami kondisi saat Honggi menyebutnya sebagai teman. Iapun segera mendekat dan meyakinkan Zia.
“Benar, aku temanya Honggi. Maaf kalau mengejutkanmu, karena aku baru bertemu dia tadi siang. Dia memberiku alamat rumah ini, makanya aku datang kesini.” Papar Jaejin menjelaskan dengan penuh semangat seraya mengedipkan sebelah matanya mengkode Honggi, agar Honggi lebih mudah meyakinkan Zia.
“Jadi kau sudah menungguku sejak tadi siang.” Honggi langsung berpura-pura kaget, saat memahami kode yang diberikan Jaejin padanya.
“Ya benar, kenapa kau lama sekali....seharusnya kau tidak boleh membiarkan seorang teman menunggu terlalu lama seperti ini.” Sungut Jaejin pura-pura kesal.
“Kau benar sekali.!” Sahut Zia tiba-tiba.
Jaejin langsung melirik Honggi begitu Zia percaya dengan bualan mereka. Honggipun tersenyum lega kearah Jaejin.
“Honggi!, seharusnya kau bilang pada temanmu, kalau kau akan pulang terlambat. Kenapa kau juga tidak menghubunginya. Apa kau terlalu sibuk untuk menghubungi temanmu sebentar saja.” Dumel Zia sekalian meluapkan kekesalanya. Honggi tak menduga kalau reaksi Zia akan seperti itu. Iapun mulai panik mencari alasan untuk membela dirinya. Ia sama sekali tak menduga kalau akan diserang Zia dan Jaejin bersamaan. Namun sebelum Honggi berhasil membela diri, tiba-tiba terdengar suara teriakan Nenek dari balik pintu. Spontan ketiganya langsung terbelalak kaget dan saling berpandangan. Mereka takut dan khawatir kalau nenek akan masuk kedalam kamar lalu memergoki ketiganya.
“Honggi!.....Honggi!....kenapa kau ribut saat malam-malam begini!. Apa kau tidak tau kalau aku terbangun karena kegaduhanmu.!” Dumel Nenek yang langsung membuka pintu kamar Honggi tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu. Nenek langsung tercengang saat melihat tiga wanita  tengah duduk diatas kasur dan salah satu dari mereka adalah cucu kesayanganya  Zia.
“Zia!....kau, apa yang kau lakukan disini bersama teman-temanmu.” Tanya nenek sambil berjalan menghampiri cucunya yang cengengesan.
“Kenapa kau mengajak teman-temanmu kesini, bukankah ini kamar Honggi. Dimana Honggi, apa yang sedang kalian lakukan didalam kamar tengah malam begini.” Imbuh nenek mulai meradang dengan kedua mata yang melotot ke arah mereka bertiga.
“Nenek….nenek jangan salah paham, eee….sebelumnya aku minta maaf kalau kegaduhan kami telah membangunkan nenek. Malam ini Honggi lembur dikantornya, terus lampu dikamarku mati, sedangkan besok kami akan syuting pagi. Jadi terpaksa kami menghafalkan dialognya saat malam begini.” Papar Zia memberikan alasan untuk neneknya.
“Lalu, dengan alasan itu kau membawa kedua temanmu ini menginap disini.”
Zia terdiam dengan pertanyaan neneknya, lalu menatap Honggi dan Jaejin yang tengah menyamar bergantian. Sepertinya ia sudah kehabisan kata-kata untuk mencari alasan.
“Sekali lagi maafkan kami nek, bukan maksud kami untuk berbuat yang aneh-aneh. Tapi….ijinkanlah kami menginap disini malam ini. Rumah kami jauh diseberang desa, sedangkan kami kehabisan uang untuk pulang. Nenek tau….malam ini kami bahkan tidak makan malam, kami menahan sekuat tenaga….perut kami yang tengah keroncongan.” Rintih Honggi pura-pura meratap. Mendengar ratapan Honggi yang kacau, Zia dan Jaejin tertawa kecil.
“Baiklah…malam ini aku ijinkan kalian menginap disini. Tapi ingat, sekali lagi jangan berisik.” Pungkas nenek dan berlalu keluar dari kamar Honggi.
Zia, Honggi dan Jaejin langsung membuang nafas lega begitu nenek keluar dari kamar.
“Huf!.....untung kita semua selamat.” Ujar Jaejin seraya mengelus dadanya.
“Kau benar, untung saja aku membawa peralatan syutingku kemarin.” Imbuh Zia.
“Bungkusan apa ini, Jaejin…apa ini milikmu.?” Tanya Honggi sambil mengangkat sebuah bungkusan bergambar boneka panda.
“Oooo….bukan!!!....ini milik ku!” Sahut Zia sambil merebut bungkusan yang dipegang Honggi.
“Ini untukmu, aku sengaja membelikanya untukmu.” Imbuh Zia lagi.
“Waaaaahhh!!!”…..maksudmu hadiah!....seru Honggi kegirangan. Karena saking senangnya ia langsung merebut bungkusan yang dipegang Zia dan  membukanya.
Kedua mata Honggi bersinar terang saat melihat isi bungkusan itu. Dengan penuh semangat ia mengeluarkan satu persatu benda yang ada di dalamnya.
“Wah!....bagus sekali, ada banyak baju dan setelanya. Ada jam tangan juga!...” seru Honggi kegirangan. Zia tersenyum senang melihat reaksi Honggi, begitu juga dengan Jaejin, sambil  menatap Zia dan Honggi bergantian.
Tiba-tiba senyum Honggi dan Jaejin berhenti saat Honggi memegang sebuah benda dalam kotak kecil bergambar pria yang sedang bertelanjang dada dan hanya memakai celana dalam saja. Bersamaan dengan itu, wajah Zia pun merona. Ia hanya menundukkan kepala sambil menelan ludah. Nampaknya ia sedang menahan malu.
“Zia….kau sampai sedetail ini. Kau benar-benar memperhatikanku!” seru Honggi tak percaya. Zia semakin malu, ia benar-benar tak mampu mengangkat kepalanya menatap wajah pria yang telah menyihir hatinya. Tanpa sepatah kata ia langsung beranjak keluar dari kamar Honggi.
“Sepertinya akan ada yang begadang malam ini.” Ledek Jaejin sambil merebahkan tubuhnya.
Zia tersenyum senang saat tiba di kamarnya, entah kenapa ia ingin sekali tertawa dan bersorak. Hatinya tengah berbunga-bunga tanpa terasa iapun menari-nari kegirangan sambil memegangi kedua pipinya yang masih merona. Ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia alami, seumur hidup….baru kali ini ia merasakan sebuah perasaan yang tak menentu. Sebuah perasaan yang sulit diungkapkan, perasaan yang sulit dipahami. Namun rasa itu mampu menyesakkan dada dan lupa diri.
Hingga kini sinar fajar mulai membentang di langit biru nan indah, namun sinar itu tak mampu mengusik hati Zia yang tengah kasmaran. Sedangkan Honggi dan nenek sudah siap dimeja makan untuk sarapan pagi.
“Kau kapan pulang, kenapa aku tak melihatmu pulang.” Tanya nenek memulai percakapan.
“Uhuk!...uhuk!...” Honggi kaget dengan pertanyaan nenek, hingga membuatnya hampir tersedak. Nenek langsung melotot kearahnya sambil terus menyiapkan menu makan pagi.
“Kau kenapa?”….sebaiknya kau jangan tergesa-gesa.” Imbuh nenek lagi.
“Eee….maaf nek, sepertinya aku terburu-buru pagi ini.” Jawab Honggi cengengesan.
“Kau belum menjawab pertanyaanku, kapan kau pulang.” Hardik nenek.
“Mmmm…subuh…subuh nek, subuh tadi aku pulang. Makanya aku masih sangat mengantuk pagi ini.” Jawab honggi pura-pura menggeliat. Tapi sepertinya nenek cuek-cuek saja, ia bahkan tak melihat acting Honggi.
“Cepat kau bangunkan Zia dan kawan-kawanya. Semalam dia bilang ada syuting pagi, tapi sudah sesiang ini kenapa mereka belum bangun.”
Sepertinya pagi ini Honggi dibuat khawatir dan kebingungan oleh nenek dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengejutkan, karena masalah semalam.
Pagi ini nampaknya Zia masih tertidur lelap, ia bahkan tak mendengar suara ketukan pintu dan panggilan Honggi. Lalu tiba-tiba ponselnyapun berdering, ia langsung terperanjat kaget dan terbangun. Zia masih bermalas-malasan ditempat tidur, kedua matanya masih tampak berat. Tapi suara ponsel dan suara panggilan Honggi seolah bersahut-sahutan dikedua telinganya.
“Zia!......Zia!.....bangun!......sudah siang kenapa kamu belum bangun, Zia…apa aku perlu masuk kedalam.” Seru Honggi dari balik pintu.
Mendengar seruan Honggi yang hendak masuk kekamarnya, Zia langsung melompat dari tempat tidurnya dan membuka pintu.
“Aku sudah bangun…..kenapa kau masih berteriak.” Ucap Zia dengan suara paraunya dan tubuh yang masih terhuyung-huyung.
“Apa…..kau baru bangun, jam segini kau baru bangun. Apa kau tidak kekantor.” Tanya Honggi kaget. Tapi Zia hanya diam menunduk, ia tak mau Honggi melihat wajah sembabnya.
“Cepatlah, kau ditunggu nenek di meja makan.” Imbuh Honggi dan berlalu.
Zia berjalan pelan menghampiri tempat tidurnya dan kembali ponselnya berdering lagi.
Ia panik saat melihat nama Young Guk berkedip-kedip dilayar ponselnya yang besar. Terakhir bertemu, pria itu memarahinya. Kali ini ia takut kalau Young Guk akan memarahinya lagi. Karena sudah sesiang ini ia belum datang ke kantor. Jarinya yang lentik gemetar menggeser gambar telfon hijau yang terus bergetar itu.
“Ha….ha…halo, maaf…aku…..” ucap Zia terbata-bata. Tapi belum selesai ia bicara, Young Guk langsung menyelanya.
“Aku tau kau pasti takut datang kekantor, itu sebabnya aku menelfon. Kau jangan khawatir, aku akan menjemputmu kau siap-siap saja. Kita pergi ke BLUE Agency, disini banyak wartawan. Ayah dan Tn. Yu sudah menunggu kita disana.” Kata Young Guk penuh semangat. Sedangkan Zia hanya terdiam tak mengerti dan bingung dengan apa yang dikatakan direkturnya.
“Aku tak mengerti kau ini bicara apa, kenapa harus kesana…..apa ada masalah dikantor, kenapa bisa ada banyak wartawan kalau tak ada masalah.” Tanya Zia penasaran.
“Apa kau tidak tau kalau lagu yang kau bintangi menjadi sorotan publik, apa kau belum melihat beritanya, semua orang sedang membicarakanmu…kau akan menjadi terkenal!!!”. Sorak Young Guk kegirangan. Kedua mata Zia langsung terbelalak mendengar ucapan Young Guk.
“Apa!!......Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!......” pekiknya sambil berlonjak gembira.
Spontan nenek dan Honggi terkejut dan berlari kekamar Zia. Melihat kedatangan nenek dan Honggi, Zia langsung merangkul keduanya mengajaknya berputar dan berlonjak gembira.
“Zia….Zia apa yang kau lakukan, nenek bisa jatuh.” Rintih nenek yang kewalahan sambil melepas pelukan cucunya. Zia masih saja tersenyum memandangi nenek dan Honggi bergantian.
“Apa yang terjadi, kenapa kau berteriak.” Tanya Honggi. Zia diam dan berlari keluar kamar lalu menyalakan televisi.
“Lagu In your dream milik group pendatang baru AX nampaknya akan menjadi idola berikutnya. Namun yang tak kalah heboh lagi adalah gadis yang menjadi bintang dalam video music itu. Gadis pendatang baru itu diam-diam telah mencuri perhatian masyarakat, hingga kini rating lagu ini perlahan semakin meningkat. Belum dikonfirmasikan siapa nama gadis itu, namun yang jelas AX adalah group asuhan W Entertainment.”
“Yeah!!!”……kau memang hebat Zia, sebentar lagi kau akan terkenal.” Sorak Honggi sambil memegang pundak Zia.
Namun lain halnya dengan Jang Hyo Sung, sepertinya hanya ia saja yang terlihat tak bahagia dengan kemenangan Zia. Ia duduk diam memandangi televisi yang  sedari tadi silh berganti hanya membahas tentang Zia. Wajah putih dan ayunya telah tertutup dengan amarah yang dipendamnya. 
“Mungkin dewi keberuntungan sedang berpihak kepadamu, kau memang tak boleh diremehkan. Pesonamu mampu memperdaya kakakku, sudah pasti orang lainpun akan sama. Namun….aku tak peduli sehebat apakah dirimu, hanya satu orang yang tak boleh kau perdaya dan kau miliki….Kim Honggi. Aku tak akan membiarkanmu memilikinya.” Gumamnya seraya tersenyum sinis.
Lamunan Hyo Sung seketika bubar saat seorang karyawan masuk ke ruanganya tanpa mengetuk pintu.
“Maafkan aku nona, tapi aku harus segera memberitahu anda bahwa para wartawan telah memenuhi lobi. Kami kewalahan menahan mereka semua.” Ucap karyawan itu dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Bagaimana bisa seperti itu, apa kakak dan Zia belum datang.” Nampaknya Hyo Sung mulai panik dan segera melihat kegaduhan dilobi.
“Aku sudah menghubungi Tuan Young Guk, tapi sepertinya mereka menuju BLUE Agency bersama presdir.” Hyo Sung terkejut dan menghentikan langkahnya.
“Apa!”…..Kedua tangan Hyo Sung mengepal erat, ia kesal dengan sikap kakaknya. Dengan cepat iapun meraih ponsel dan menghubunginya.
“Kakak!....apa maksud kakak, kenapa kakak membiarkan para wartawan berkumpul disini. Kenapa kalian pergi ke kantor pusat tanpa memberitahuku lebih dulu!...” dumel Hyo Sung menggebu-gebu begitu tersambung dengan kakaknya.
“Bukan begitu Hyo Sung, ayah menelfonku dan berkata kalau Tuan Yu sudah menunggu di BLUE Agency. Aku juga kaget dan tak sempat menghubungimu.” Jawab Young Guk mencoba menenangkan emosi adiknya. Namun sepertinya Hyo Sung sudah terlanjur sakit hati. Ia langsung mematikan ponsel tanpa menjawab ucapan kakaknya.
“Ada apa….adikmu marah padamu.” Celetuk Zia lirih.
“Ini masalah kecil, jangan terlalu dipikirkan. Sebentar lagi kita akan sampai.” Pungkas Young guk sambil menambah kecepatan mobilnya.
“Aku yang seharusnya bertanggung jawab atas karir Zia, bukan kau kak. Aku yang seharusnya menanganinya, bukan kau!!”. Tapi…..keegoisanmu sudah menyakitiku, kau benar-benar telah dibutakan asmara.” Gumamnya geram.
Sesampainya dilobi, Hyo Sung menghela nafas dalam-dalam dan membuangnya keudara seraya menyeka airmata yang menumpuk di ujung kedua matanya. Lalu dengan tegas ia berdiri menatap kerumunan wartawan yang sudah siap dengan pertanyaan dan argumen.
“Aku minta maaf, karena baru datang sekarang. Untuk saat ini….aku tidak bisa berkata banyak, karena yang bersangkutan tidak hadir disini.”
“Bagaimana bisa kau tidak dapat memberi kami berita, bukankah kau yang bertanggung jawab atas dia.” Celetuk salah satu wartawan yang langsung memotong ucapan Hyo Sung.
“Iya, benar. Aku dengar anda adalah manager baru yang menangani artis-artis pendatang baru di Star Agency, kenapa anda bisa bilang tidak bisa…sepertinya anda tidak profesional.” Imbuh salah satu wartawan lagi.
Hyo Sung diam seribu bahasa mendapat serangan bertubi-tubi dari para wartawan. Tatapanya lurus tajam tanpa arah, pikiranya kini campur aduk jadi satu. Dilain sisi ia masih kesal dengan sikap kakaknya, disisi lain ia harus menghadapi para wartawan yang dari tadi terus melontarkan pertanyaanya hingga ia tak mampu konsentrasi. Perlahan kedua kakinya mulai gemetar, tubuhnya lemas karena tak kuat menahan rasa malu. Sekuat tenaga ia berusaha bertahan dengan memegang pilar gedung, namun tetap saja tubuh mungilnya goyah.
Akan tetapi tiba-tiba Honggi datang dan menahan tubuhnya yang ambruk, Hyo Sung terkejut tak percaya. Melihat wajah pria yang dicintainya, kini senyum manis tersungging dibibirnya yang merah. Semangatnya yang hilang sejenak, kini telah kembali. Iapun berdiri tegak kembali dengan penuh percaya diri.
“Kau harus kuat.” Bisik Honggi seraya tersenyum.
“Seperti yang kalian ketahui, aku memang manager untuk artis-artis baru itu. Namun, aku juga tidak fokus hanya untuk satu orang saja. Ada banyak artis yang aku tangani, jadi…aku mohon pengertian kalian semuanya. Aku berjanji….aku dan artis itu akan segera mengadakan jumpa Pers dan akan memuaskan kalian. Untuk sementara ini, aku mohon kalian meninggalkan gedung dengan damai dan tenang, terimakasih.” papar hyo Sung dengan lantangnya.
Satu persatu wartawan itu mulai meninggalkan gedung meski ada segelintir yang mengeluh kecewa.
Dilain tempat, presdir dan yang lainya tersenyum lega melihat Hyo Sung  berhasil menangani masalah. Namun tidak untuk Zia, melihat kedekatan Hyo sung dan Honggi dilayar TV hatinya terluka.
“Kau….perkenalkan dirimu pada kami.” Pinta presdir Jang pada Zia.
“Selamat Pagi, halo….nama saya Yang Zia Mie biasa dipanggil Zia. Cita-cita saya dari kecil adalah menjadi artis, apalagi semenjak kedua orangtua saya meninggal…terimakasih.”
“Jadi….kau sebatangkara.” Tanya presdir Yu
“Tidak, saya tinggal bersama nenek.” Jawab Zia dengan tersenyum menatap presdir Yu dan presdir Jang bergantian.
“Baiklah, nanti malam kita adakan pesta dikediamanku. Untuk merayakan keberhasilan kerjasama kita ini.” Ucap presdir Jang penuh semangat menatap presdir Yu. Presdir Yu hanya tersenyum menganggukkan kepalanya kearah presir Jang.
“Sekalian kita mengadakan jumpa Pers dan memperkenalkan Zia secara resmi pada publik.” Sahut Young Guk menimpali. Kedua orangtua itupun menyetujui keinginan Young Guk dan segera menghubungi rekan kerja mereka juga para awak media yang terpercaya.
“Apa kau bahagia.” Tanya Young Guk.
“Aku bahagia….sangat bahagia, terimakasih sudah membantuku. Tanpa kau, aku tidak akan jadi apa-apa.” Jawab Zia riang sambil memegang kedua tangan Young Guk. Tiba-tiba Young Guk menarik tubuh Zia kedalam pelukanya.
“A…a….apa yang kau lakukan, nanti ada yang melihat.” Kata Zia sambil mendorong tubuh kekar Young Guk, tapi pria itu seolah tak menghiraukan ucapan Zia. Ia malah semakin mendekap erat tubuh mungil itu.
Hyo Sung kembali gusar setelah melihat tayangan di televisi, kalau ayah dan kakaknya akan  mengadakan pesta perayaan dan jumpa pers tanpa melibatkan dirinya sedikitpun. Ia langsung beranjak dari tempat duduk dan bergegas keluar menuju mobilnya lalu melaju dengan kencangnya. Amarah yang sempat reda kini bergejolak kembali bahkan lebih. Ia tak menghiraukan rambu-rambu lalulintas, yang ada dipikiranya hanyalah ketidak adilan kakak dan ayahnya yang seolah mengabaikanya.
Selang beberapa menit berlalu sampailah ia di BLUE Agency. Setelah memarkir mobil kesayanganya ia langsung berjalan menuju ruangan ayahnya dengan tergesa-gesa hingga tak menghiraukan sapaan para karyawan yang melintas disekitarnya.
“Brak!!!..”
Presdir Jang, Young Guk dan zia terkejut melihat Hyo Sung yang datang dengan menggebrak pintu. Ketiga orang itu saling beradu pandang ketika melihat hyo Sung yang masih terengah-engah.
“Ada apa.” Tanya presdir pelan.
“Kenapa….kenapa ayah dan kakak mengabaikanku!,”… kenapa kalian tak memberitahuku tentang jumpa pers itu!”…Ayah tau kan, kalau Zia itu tanggung jawabku. Kenapa ayah membiarkan kakak merebutnya dariku.” Dumel Hyo Sung berapi-api.
“Dan kau kak, kenapa kau tak membiarkan aku bekerja dengan tenang. Apa kakak tak percaya pada kemampuanku. Baiklah….mulai sekarang aku lepaskan tanggung jawabku!”. Imbuhnya lagi kali ini airmatanya tak dapat dibendung lagi. Ia biarkan basah membasahi kedua pipinya.
Young Guk segera beranjak dari duduknya, lalu menghampiri adiknya yang sedang labil. Tapi dengan cepat gadis itu mendorongnya kasar.
“Jang Hyo Sung!”….gertak presdir seraya berdiri menatap putrinya yang berlinangan airmata.
“Ayah tidak tau kalau akan seperti ini, semua ini terjadi tiba-tiba. Tiba-tiba saja Tuan Yu datang, dia sudah tau kalau para wartawan sedang ramai di STAR Agency. Makanya beliau kesini untuk menghindarinya. Jika tidak, itu akan sangat membahayakan Zia. Mengenai kakakmu….justru kakakmu sudah percaya padamu, ia yakin kalau kau mampu mengatasi masalah ini. Bukan karena dia tidak percaya padamu. Tapi….tapi kenapa kamu bisa berfikir seperti itu.” Papar presdir Jang menerangkan pada Hyo Sung yang masih diselimuti amarah.
“Bohong!” gertak Hyo Sung yang makin kesal.
Presdir menghela nafas panjang melihat sikap putrinya yang keras kepala.
“Young Guk, sebelum ayah marah….kau ajak adikmu keluar dari ruangan ini.”
“Ayah tak perlu menyuruh kakak mengusirku, aku akan pergi sendiri. Yang jelas….aku kecewa pada ayah.”
Zia segera beranjak mengejar Hyo Sung, tapi Young Guk menghalanginya.
“Apa yang kau lakukan…aku harus bicara pada Hyo Sung, dia sudah salah paham padaku.”
“Biarkan saja dia, biar aku yang bicara padanya nanti.” Ucap Young Guk menenangkan Zia

Sementara itu dikediaman Zia yang tak begitu besar nampak sepi, hanya terlihat taman dan kolam berisi beberapa ikan koi. Samar-samar terdengar suara dentingan piano dari dalam rumah. Sudah lama sejak Zia anak-anak piano itu tidak dimainkan, entah kenapa hari ini nenek memainkannya. Walau sudah berumur tahunan, namun suara piano itu masih enak didengar.
Nenek nampak menghayati permainan jemarinya menyentuh satu demi satu not lagu. Seolah sedang mengingat sesuatu yang telah lama terkubur dalam ingatanya. Diatas piano hitam itu tengah berdiri sebuah pas photo bergambar sepasang muda mudi yang baru menikah.
“Sudah 20 tahun berlalu….tak terasa sudah lama sekali. Apa kau tau sesuatu…..dia sudah besar, tumbuh dengan cantiknya. Kalian beruntung memilikinya, hanya saja….takdir tak menginginkan kalian bersama untuk waktu yang lama.” Gumam nenek yang berlinangan airmata sambil memandangi foto itu.
“Tinggal menunggu waktu saja, dan semua akan kembali seperti semula.”
JaeJin terdiam melihat nenek yang sedang larut dalam memori masa lalunya. Samar-samar ia juga melihat apa yang dilihat nenek. Sebuah bayangan masa lalu saat Zia kecil yang bahagia ditengah-tengah keluarga kecilnya dan……ckiiiiiitttttt!!!!!”…….brak!!!”.
Bulir-bulir keringat dingin mengucur dikedua kening Jaejin saat sebuah bayangan melintas dimemorinya. Bayangan orang-orang yang berkerumun ditengah jalan lalu bayangan orang yang berkerumun dipinggir jembatan dan bayangan orang-orang yang menangis. Dan…..”Siapa kau!!”
JaeJin tersentak kaget mendengar suara gertakan itu hingga tersadar dari memorinya. Kedua tangannya gemetar saat nenek menatapnya dengan tajam.
“Kau lancang, siapa yang mengijinkanmu melihat memori kami!”
“Saya tak sengaja melihatnya, bayangan-bayangan itu tiba-tiba saja muncul. Tolong maafkan saya, bukan maksud saya untuk ikut campur.”
“Baiklah….untuk kali ini, aku membiarkanmu. Tapi….tidak untuk kesalahanmu berikutnya.”
“Terimakasih senior.”
tobe continued

    
. 



 




  











 







  



 



  

 

 












































  
  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS